Jumat, 23 Januari 2015

UNTUNG BESAR DARI BUDIDAYA LADA ATAU MERICA PERDU

Lada atau Merica dari jaman dahulu sudah dibudidayakan masyarakat kita, dan gara-gara rempah-rempah ini penjajah berusaha menguasai negeri kita.  Sampai saat ini Merica atau Lada masih sangat stabil haraganya, dan bertanam lada atau merica masih sangat menjanjikan. Banyak orang enggan menanam merica karena harus membuat tegakan atau rambatan tanaman merica, bahkan ada membuat rambatan merica yang dicor dari semen. 
Dengan semakin berkembangnya teknologi dalam bidang pertanian, kini jika anda mau bertanam merica tidak perlu membuat rambatan karena sudah ada yang namanya Lada Perdu.  Lada perdu ini sebenarnya berasal dari Lada Panjat namun diberikan dengan perlakuan khusus pada waktu pembibitan sehingga tanaman tidak akan menjalar atau memanjat panjang.
Tanaman lada perdu ini lebih efisien dalam biaya produksi dan memiliki produktivitas hasil panen yang lebih besar. Hal ini disebabkan lada perdu tidak membutuhkan media rambatan atau tegakan dalam penanamannya. Lada perdu juga memiliki keunggulan dalam perawatan dan pemanenan yang lebih mudah, karena tanaman ini tumbuh layaknya tanaman jenis perdu lainnya.Disamping itu Lada perdu juga punya sisi unggul yaitu :

Bibit mudah didapat dari Stek.
Pembibitan lada perdu diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif (setek) cabang buah tanaman lada. Bahan tanaman yang dipilih tersebut sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Bahan tanaman bisa diambil dari cabang utama yang memiliki 3 – 4 daun . Batang setek yang disiapkan, untuk bagian sulur panjatnya harus dibuang agar tidak kembali menjadi bibit lada panjat / rambat. Setek juga bisa diambil dari cabang tanaman yang sudah berbuah, dengan memotong pada bagian pangkal batangnya.
Pembibitan dapat dilakukan dengan menggunakan media tanam polibag, untuk memaksimalkan hasil sebaiknya digunakan kerubung atau tutup dengan menggunakan plastik. Sebelum ditanam, bagian setek pada pangkal yang sudah dipotong rata bisa direndam semalaman dengan air kelapa yang dicampur dengan air biasa dengan perbandingan 1 : 4. Perendaman dengan larutan air kelapa dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan dari batang setek. Lama pendederan adalah 6 – 9 bulan, selama pendederan di polibag bunga atau buah yang terbentuk harus dipotong atau dibuang. Setelah lebih dari 6 bulan dan bibit dianggap sudah jadi, tutup atau kerubung plastik bisa dibuka dan bibit lada perdu siap ditanam.
Biaya penanaman dan perawatan sangat Murah
Lada perdu tidak membutuhkan rambatan atau tiang panjat dalam pertumbuhannya, karena itu petani tidak perlu menyiapkan tegakan, sehingga lebih hemat biaya tanam. Petani cukup menyiapkan lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 cm dengan jarak tanam 1,5 M antara lubang satu dan lubang lainnya. Petani bisa menggunakan pupuk kandang untuk memperkaya unsur hara tanah dalam lubang tanam sebagai tahap awal sebelum bibit lada ditanam.
Lada perdu memiliki keunggulan cepat berbuah, sehingga bisa berproduksi lebih awal dalam umur 2 tahun. Dan karena tanaman yang bersifat perdu, maka penyiraman dan perwatan lainnya pun akan lebih mudah. Bahkan beberapa petani menanam lada perdu dalam media polibag, dengan menggunakan plastik atau wadah lainnya yang berukuran besar. Dengan cara ini, tanaman lada bisa dengan mudah dipindah dan bisa dimanfaatkan sebagai tanaman pekarangan atau halaman rumah.
Pemanfaatan lahan yang lebih maksimal
Penanaman lada perdu yang tidak membutuhkan media rambatan atau tegakan. Membuat lada perdu bisa ditanam dengan jumlah yang lebih banyak pada lahan. Dengan jarak tanam 1,5 M antara tanaman satu dan lainnya, maka lahan sempit pun akan bisa dimanfaatkan dengan lebih efisien. Lada perdu bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain, asalkan tanaman lainnya tidak menutup secara langsung cahaya matahari. Sehingga lada perdu tetap bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pemanenan yang lebih mudah
Jika para petani lada mengalami kesulitan pemanenan pada tanaman lada karena harus memanjat atau menggunakan alat bantu untuk mencapai buahnya. Hal ini tidak berlaku pada proses pemanenan lada perdu, karena lada perdu tidak tumbuh tinggi, sehingga pemanenan bisa dilakukan dengan mudah. Petani budidaya lada perlu tidak lagi direpotkan dengan proses pemanenan dan tidak perlu mengeluarkan biaya panen yang besar.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, petani bisa menunda masa panen. Caranya adalah dengan membuang bunga atau buah yang terbentuk pada awal penanaman. Dengan cara ini maka tanaman akan berkembang dengan lebih maksimal. Semakin berkembangnya tanaman, maka hasil panen yang dihasilkan pun akan semakin banyak dan terus bertambah setiap tahunnya.

Dari sisi dapat dimpulkan bahwa Keuntungan dari budidaya lada perdu adalah :
  1. Bibit tanaman mudah tersedia
  2. Tidak memerlukan tiang rambatan
  3. Populasi tanaman per satuan luas lahan lebih banyak
  4. Berumur genjah (mampu berproduksi setelah usia tanam 1 tahun)
  5. Pemeliharaan dan penen lebih mudah
  6. Pemanenan tidak memerlukan tangga
  7. Tidak memerlukan pemangkasan dan pengikatan sulur
  8. Dapat ditanam sebagai tanaman sela
  9. Memiliki nilai estetika jika ditanam di pekarangan atau di dalam pot
  10. Bermanfaat bagi kegiatan penelitian, misal untuk persilangan atau hibridisasi
  11. Dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan
  12. Risiko kematian tanaman akibat cekaman kekeringan relatif lebih kecil dibandingkan penanaman secara monokultur (tanpa naungan).
  13. Mampu memberikan nilai tambah yang cukup signifikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sub-balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat menunjukkan bahwa lada perdu dapat menghasilkan produksi rata-rata 200 g/pohon pada umur dua tahun, dan 500 g/pohon pada umur 3 tahun.
Jika lada perdu ditanam dengan jarak tanam 1 x 2 m maka lahan seluas 1 hektar dapat ditanami sampai ±4500 pohon. Dengan jumlah tanaman sebanyak ini, jika produksi lada mencapai 900kg maka dengan harga Rp. 30.000,- /kg pemasukkan yang didapat pada dua tahun pertama adalah Rp. 27.000.000,-
Pendapatan akan meningkat pada tahun ke tiga dimana produksi dapat mencapai 2.250kg atau setara dengan pendapatan Rp. 67.500.000,-.Jika kita memiliki lahan atau dak atap rumah seluas 100m2 maka kita dapat memiliki sampai 750 polybag lada yang akan memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp. 4.500.000,-  pada tahun ke dua dan Rp. 6.750.000,- mulai tahun ke tiga.

CARA BUDIDAYA LADA
Syarat  Pertumbuhan

 Iklim
– Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
– Suhu udara 200C – 34 0C.
– Kelembaban udara 50% – 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% – 80% RH.
– Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

Jenis tanah :
- Laterit merah, Latosol coklat muda sampai coklat tua.
– Tanah lempung yang mengandung pasir 20 – 45 % (clay loam).
– Tanah lempung merah mengandung pasir

Media Tanam
– Subur dan kaya bahan organic
– Tidak tergenang atau terlalu kering
– pH tanah 5,5-7,0
– Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
– Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
– Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
– Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

Pedoman Teknis Budidaya
Pembibitan
– Terjamin kemurnian jenis bibitnya
– Berasal dari pohon induk yang sehat
– Bebas dari hama dan penyakit
– Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)
Pengolahan Media Tanam
a.     Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.
Dosis kapur pertanian :
– Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
– Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
– Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
– Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.
c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah
Teknik Penanaman
– Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m).Tetapi juga
bisa ditanam dengan tanaman lain.
– Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x  15 cm dan kedalaman 50 cm.
– Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
– Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
– Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.
– Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur Pupuk Organik.
– Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah  dicampur pupuk dasar :
– NPK 20 gram/tanaman
– Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.
– Segera setelah ditutup, disiram Pupuk Organik :
– Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
– Alternatif 2 : 1 botol Pupuk Organik diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
– Pemberian Pupuk Organik  selanjutnya dapat diberikan setiap 3 – 4 bulan sekali.
Pemeliharaan Tanaman
2.4.1.Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
2.4.2.  Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit. Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif.Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.
2.4.3. Pemupukan Susulan
Penyemprotan POC (4-5 tutup) atau POC (3- 4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 – 4 minggu sekali.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :
Umur
(bln)
Pupuk makro (gram/pohon)
Urea SP 36 KCl
3-4 35 15 20
4-5 35 20 25
5-6 35 25 30
6-17 35 30 35
2.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.
2.4.5. Pemberian Mulsa
Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.
2.4.6. Penggunaan Anjang – Anjang
Sebaiknya gunakan anjang2 mati dari bahan kayu. Pangkal Anjang2 diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi Anjang2.     Panjang Anjang   1 – 1,5 m.

Hama dan Penyakit

Hama
a.  Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTISIDA.

Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTISIDA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.

Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.

Penyakit
a.     Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
b.     Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Panen
Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
 Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan

Rabu, 14 Januari 2015

Rambutan Garuda dari Banjarmasin

Indonesia terkenal kaya akan keanekaragaman hayati yang sangat kaya seperti berbagai varietas rambutan.  salah satu varietas rambutan yang mungkin belum banyak ditahu adalah rambutan garuda yang asli Kalimantan.
rambutan garuda yang masih liar alami banyak tumbuh di bantaran sungai Andai Batola Banjarmasin.  Rambutan garuda dapat dengan mudah dikenali karena ukurannya besar dan biasa juga disebut rambutan raksasa karena dari sisi ukuran hampir 2 kali lipat ukuran rambutan biasa, seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Pada foto ini terlihat rambutan garuda yang ada dibawah dan rambutan biasa di atas, terlihat perbedaan ukurannya. 


Rambutan Garuda sangat adaptif pada lahan basah seperti rawa-rawa atau tepian sungai.  keunggulan rambutan garuda terletak pada rasa yang manis kemudian buahnya besar dengan berat sekitar 50,5 gram kemudian daging buahnya tebal 0,65 cm dan bijinya kecil.
Rambutan Garuda termasuk varietas unggul dengan ukuran buah mencapai 7 cm panjang dan lebar sekitar 3 cm.  Dengan dimensi ukuran tadi buah rambutan garuda berbentuk lonjong. 
keunggulan buah rambutan garuda yang lain adalah daging buah nglotok dari bijinya dan rasanya juga gurih.  Daging buah rambutan garuda juga kering tidak basah seperti rambutan jenis lain. 
Rambutan garuda masih kurang dibudidayakan dan masih susah dijumpai di pasaran