Pohon Aren atau Enau sudah lama dikenal oleh masyarakat kita dengan berbagai macam produk dari Aren antara lain kolang-kaling, sapu ijuk, Gula Aren  (Brown Sugar) sampai minuman tradisional semacam saguer, tuak atau legen. Aren yang punya nama ilmiah 
Arenga pinnata mudah dijumpai di daerah pedesaan di seluruh nusantara. Di pedesaan Tanaman Aren umumnya tumbuh secara alami dan belum dibudidayakan secara serius. Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang seperti musang. 
Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya 
keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar 
secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya  dilapangan, 
dapat dilakukan dengan mencabut secara putara.
PEMBIBITAN AREN
Untuk memperoleh bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang seragam, tentu saja tidak bisa mengandalkan cabutan dari alam.  
Untuk menyemai biji aren bisa berlangsung lama untuk tumbuh. Untuk 
mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai 
yaitu :
1. Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
2. Meredam biji dalam air panas bersuhu 50ยบ selama 3 menit.
3. Mengikir biji pada bagian dekat embrio.
Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 
cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi 
secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase.  Biji-biji yang
 telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut 
sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga 
menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan cara :
1. Penyiraman 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
2. Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu.
3. Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
PENANAMAN AREN
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim kultur tunggal (monokultur) seperti perkebunan kelapa sawit atau 
dengan sistim tumpangsari. Dengan sistim monokultur 
terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan
 serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak 
antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat 
pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan 
pupuk kandang, urea, TSP, sekitar  3 – 5 hari setelah lubang tanaman 
disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya 
diberi naungan atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai 
bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan 
tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija
PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi :
a. Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun 
sebagai langkah pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan 
penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, 
kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak 
(Oryctes thinoceros), kumbang sagu (
Rhinochophorus ferrugineus), 
belalang (
Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap 
nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama 
dapat dilakukan dengan cara :
1. Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar.
2. Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah 
bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., 
Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan 
fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.
b. Penanggulangan tanaman pengganggu (gulma)
Tanaman pengganggu (gulma) pada tanaman aren sangat mengganggu 
pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan.
Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu 
pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan pada tanah di sekitar
 pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai tanamanberumur 3-4 tahun. 
Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan 
menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar 
lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan 
memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan KCL yang 
ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan 
tanahnya.
PANEN
Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun
 sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda 
produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga 
kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal 
pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan 
anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk 
itumenempel.
Lempenganlempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren, 
masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari 
serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat 
ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan 
sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk 
membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.
Nira
Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik 
bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga 
jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang
 banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada 
tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :
- Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang 
tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat 
jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning
 tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
- Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.
Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu 
dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang 
lebih 250 kali.
Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan 
diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan 
dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila 
torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada 
bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung 
bamboo sebagai penampung nira yang keluar.
Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore.
 Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan 
potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga 
nira dapat keluar dengan lancer.
Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan 
selama 3 – 4 bulan sampai tandan mongering. Hasil dari air aren dapat 
diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut :
- Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya dengan cara :
- Umur pohon relative tua (15 – 25 tahun)
- Menancapkan kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 – 12 cm pada dari ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.
- Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat tepung/pati yang menempel.
- Apabila terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.
 
- Potong batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.
- Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.
- Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih (diekstraksi).
- Hasil ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan pemisahan 
air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih dan 
diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang bersih
- Hasil endapan dijemur sampai kering.
Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie, soun, cendol, dan campuran bahan perekat kayu lapis.
Kolang Kaling
Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah 
masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah
 masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji 
(endosperm) berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang
 diolah menjadi kolang-kaling.
Adapun cara untuk membuat kolang-kaling :
- Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji dan 
lender yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. 
Biji-biji yang hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti 
biji yang bersih.
- Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam 1-2 jam.
 Dengan merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan 
untuk melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini dicuci 
berulang-ulang sehingga menghasilkan kolang-kaling yang bersih.
Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik )bersih dan kenyal) inti 
biji yang sudah dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari. 
Setelah direndam dlam air kapur, maka kolang-kaling yang terapung inilah
 yang siao untuk dipasarkan.
Sumber: http://disbun.jabarprov.go.id/data/arsip/Budidaya%20Tan.%20Aren.doc.