Buah Pinang atau bahasa latinnya Areca cathecu merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Permintaan akan buah pinang ini lumayan tinggi. Buah pinang umumnya banyak tumbuh dipekarangan atau kebun, dan belum banyak petani yang membudidayakan Pinang secara serius. Biji
pinang berguna untuk bahan makanan, bahan baku industri seperti pewarna kain,
dan obat. Biji pinang sebagai penyusun ramuan
obat sudah masuk ke dalam daftar prioritas WHO (World Health
Organization/organisasi kesehatan dunia) . Biji
pinang ini sudah dimanfaatkan sebagai obat sejak ribuan tahun sebelum
masehi, terutama di Mesir dan India. Hingga kini banyak negara yang
menggunakan biji penang antara lain sebagai obat cacing, eksim, sakit
gigi, flu, luka, kudis, difteri, nyeri haid, mimisan, sariawan, mencret,
koreng, borok.
SYARAT TUMBUH TANAMAN PINANG
Penanaman dilakukan
di tempat yang sesuai dengan syarat tumbuhnya maka akan memberikan
dampak yang baik sehingga menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang
optimal. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan di dalam
penanaman pinang antara lain :
Tanaman
Pinang dapat berproduksi optimal pada ketinggian 0–1.000 m dpl (meter
diatas permukaan laut). Tanaman pinang idialnya ditanam pada ketinggian
dibawah 600 m diatas permukaan laut.
Tanah yang
baik untuk pengembangan pinang adalah tanah beraerasi baik, solum tanah
dalam tanpa lapisan cadas, jenis tanah laterik, lempung merah dan
aluvial.
Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman pinang sekitar pH 4 - 8.
Curah
hujan yang dikehendaki tanaman pinang antara 750-4.500 mm/tahun yang
merata sepanjang tahun atau hari hujan sekitar 100 - 150 hari.
Tanaman
pinang sangat sesuai pada daerah yang bertipe iklim sedang dan agak
basah dengan bulan basah 3 - 6 bulan/tahun dan bulan kering 4 - 8
bulan/tahun.
Tanaman pinang dapat
tumbuh dengan baik pada suhu optimum antara 20º - 32º C. Tanaman
pinang menghendaki daerah dengan kelembaban udara antara 50 – 90 %.
Penyinaran
yang sesuai untuk tanaman pinang berkisar antara 6-8 jam/hari.
Bibit Pinang
Bibit
bermutu berasal dari benih terpilih yang berasal dari pohon induk
terpilih. Seleksi pohon induk dapat dilakukan pada individu pohon, yaitu
melalui seleksi sebagai berikut:
a. Pohon induk tumbuh tegar, batang lurus, mahkota pohon berbentuk setengah bulat dan pertumbuhan daun terbagi rata.
b. Pohon bebas dari serangan hama dan penyakit
c. Umur pohon lebih dari 10 tahun dan telah stabil berproduksi, yaitu sekitar 4-5 tahun.
d. Lingkar batang lebih dari 45 cm (diukur pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah).
e. Daun yang terbuka penuh lebih dari 8 helai,
f. Jumlah tandan lebih dari 4 buah,
g. Jumlah buah per tandan lebih dari 50 butir.
TEKNIK BUDIDAYA.
Untuk budidaya tanaman pinang agar mendapatkan tanaman yang baik harus melalui beberapa tahap yaitu :
A. Persiapan Bibit.
Perbanyakan
tanaman pinang dilakukan dari penyemaian biji. Kerugian pembibitan
dengan biji adalah akan terjadi segregasi (penurunan kualitas keturunan)
secara genetik pada tanaman yang bersifat heterosigous dan jangka waktu
untuk berproduksinya akan sangat lama.
1). Jumlah bibit.
Kebutuhan
biji untuk disemaikan sebaiknya dicadangkan sebanyak 50 % dari jumlah
bibit yang diharuskan ditanam dalam setiap hektar areal tanam. Untuk
jarak tanam 2,7 m X 2,7 m, akan diperoleh sebanyak 1.300 tanaman/Ha.
Oleh karena itu disiapkan sebanyak 1.950 biji pinang untuk disemaikan.
2). Kriteria buah untuk bibit.
Beberapa
kriteria tentang buah pinang yang baik untuk dijadikan bibit, yaitu
ukuran, berat, dan umur buah. Khusus untuk ukuran buah, sangat
tergantung pada varietas pinang. Ukuran buah pinang bervariasi dari
ukuran kecil sampai besar.
Kriteria untuk ukuran buah besar adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya buah diambil yang mempunyai ukuran besar dan seragam, buah yang besar berpotensi menghasilkan buah yang besar.
b.
Berat buah yang dijadikan bibit sekitar 60 buah/kg. Semakin sedikit
jumlah per kilogramnya maka bijinyapun semakin baik dijadikan benih.
c. Umur Pohon yang baik untuk bibit.
Umur pohon lebih dari 10 tahun dan telah stabil berproduksi, yaitu
sekitar 4-5 tahun. Buah untuk benih harus matang sempurna (warna oranye)
dengan bobot di atas 35 g.
3). Perlakuan buah
Dalam
pembibitan pinang ada yang tanpa perlakuan langsung menyemaikan buah dan
ada yang diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum disemai dengan
merendam buah selama 24 jam. Air sangat mempengaruhi percepatan
perkecambahan biji selain suhu, oksigen dan cahaya.
* Sebaiknya perendaman buah dalam air jangan terlalu lama
* Suhu yang tinggi akan memacu percepatan perkecambahan sejalan dengan naiknya suhu.
* Oksigen sangat diperlukan untuk respirasi. Dengan sistem drainase
dan pengolahan pengaturan bedengan yang baik akan mempercepat
perkecambahan karena aerasi berjalan dengan baik. Aerasi yang baik ini
terjadi karena kebutuhan oksigen terjamin.
4). Persiapan lahan.
Sebelum
dilakukan kegiatan perkecambahan biji, lahannya perlu disiapkan
terlebih dahulu agar pertumbuhan optimal. Untuk kebutuhan bibit pada
penanaman di lahan seluas 1 ha maka luas perkecambahan yang diperlukan
sekitar 4-5 m² atau sekitar 400 biji/m². Langkah-langkah menyiapkan
lahan sebagai berikut :
1. Pilih lokasi lahan yang cukup baik atau subur dan aman dari ganggguan orang, ternak, dan organisme pengganggu lainya.
2. Bersihkan lahan dari rumput terlebih dahulu dengan cara dicangkul.
3.
Buat bedengan memanjang sesuai keadaan lahan dengan lebar 1 m. Caranya
dengan menggali saluran drainase di antara dua bedengan dan tanah
galiannya diuruk ke tengah sambil diratakan. Sebaiknya saluran drainase
dirapikan.
5). Perkecambahan
Setelah lahan disiapkan,
tahap selanjutnya adalah menyemai biji-biji yang sudah dipilih. Proses
perkecambahan biji ini akan berlangsung sekitar 1,5-2 bulan. Saat itu
akar atau tunas dari biji sudah bermunculan, tahapan perkecambahan biji
adalah sebagai berikut :
1). Susun biji pinang terpilih pada
bedengan dengan posisi horizontal. Penyusunan harus rapat agar daya
tampung bedengan menjadi maksimal.
2). Tutup biji pinang tersebut dengan lapisan tanah subur setebal 0,5 cm.
3).
Bedengan diberi naungan agar kelembaban terjaga dan terhindar dari
sinar matahari langsung. Penyiraman dilakukan pada setiap pagi dan sore
hari.
4). Bedengan diberi pagar agar terhindar dari gangguan hewan piaraan.
B. Cara Pembibitan.
Setelah biji berkecambah, kegiatan selanjutnya adalah pembibitan. Pembibitan ini dibagi dua tahap sebagai berikut :
Pembibitan
Pada
tahap pembibitan pertama ini kecambah biji dibibitkan pada lahan dengan
lebar 1 m dan panjang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan bedengan
diberi dinding keliling dari papan setinggi polybag ( 15 Cm). Tujuan
agar polybag dapat disusun tegak dan rapi.
Setelah lahan
pembibitan siap, kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan polybag untuk
pembibitan. Polybag yang digunakan berukuran volume 1 kg atau setinggi
15 cm. Polybag harus memiliki lubang di bagian bawahnya agar drainasenya
baik. Kemudian isi polybag dengan tanah hingga setinggi ¾ bagian, lalu
dipadatkan.
Polybag diisi dengan kecambah biji pinang,
pengambilan kecambah ini harus hati-hati agar tunas dan akarnya tidak
rusak. Biji kecambah dibenamkan sedalam 4 Cm atau posisi rata dengan
permukaan tanah, setiap polybag berisi satu kecambah, kecambah ini
ditutupi dengan tanah secukupnya agar kelihatan rapi.
Agar
terhindar dari sengatan matahari bedengan diberi naungan. Tinggi tiang
naungan sekitar 2,5 m. Sebagai atap bisa dari daun kelapa, nipah dan
alang-alang , naungan mulai dikurangi setelah bibit berumur 1,5 bulan.
Pengurangan ini dilakukan hingga bibit akan dipindahkan pada pembibitan
kedua atau sudah berumur 5 bulan.
Polybag
yang disiapkan bervolume sekitar 6 kg media tanam. Ke dalam polybag
diisi tanah subur 2/3 bagian. Selain tanah subur, ke dalam polybag pun
dapat diisi dengan kompos plus. Dari 2/3 bagian polybag yang akan diisi
dengan media tanam, 50 % adalah kompos plus(pada bagian bawah) dan 50 %
sisanya diisi tanah biasa (pada bagian atas).
Setelah media
tanamnya dimasukan didalam polybag besar, bibit dari polybag kecil pada
pembibitan tahap pertama dapat dipindahkan. Caranya dengan menyobek
polybag kecil, lalu bibit ditanam dalam polybag besar. Tanahnya harus
relatif padat dan pangkal batang bibit tepat pada permukaan polybag.
Agar
pertumbuhan tanaman dalam polybag lebih sempurna pertumbuhannya perlu
dilakukan pemupukan NPK dengan dosis 20 g setiap polybag.
Pada
areal pembibitan ke dua ini tidak perlu ada pelindung dari sinar
matahari, karena sinar matahari sangat diperlukan bibit untuk
pertumbuhannya.
Lokasi pembibitan sebaiknya diberi pagar keliling
untuk menghindari gangguan dari hewan peliharaan, sebaiknya lokasi
pembibitan dekat dengan sumber air.
Pemeliharaan tahap ke dua ini
dilakukan selama tujuh bulan atau hingga bibit berumur satu tahun
terhitung dari pembibitan tahap pertama. Dan bibit siap di tanam.
Persiapan Lahan Penanaman
Tahapan
yang harus dilakukan setelah lokasi tanam di tentukan lahan perlu
dilakukan pengolahan lahan dari pembukaan lahan sampai dengan pembuatan
lobang tanam.
Penanaman di lahan
pertanaman kelapa (pinang sebagai tanaman sela) dapat dilakukan pada
lahan pertanaman kelapa yang memiliki jarak tanam 9 x 9 meter segi
empat. Tanaman pinang dapat ditanam diantara dua baris tanaman kelapa
dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 meter segi empat
Penentuan jarak tanam
Jarak
tanam yang biasa di tanam dilapangan adalah 2,7 m X 2,7 m. Jarak tanam
ini dianggap cukup efisian untuk pertumbuhan tanaman.
Diantara tanaman dalam barisan dapat ditanami dengan tanaman lain seperti tanaman palawijo sebagai tanaman tumpang sari.
Pemancangan Ajir
Pemancangan
dilakukan setelah lahan penanaman bersih. Dengan pemancangan akan
memudahkan penentuan letak lubang tanam dengan jarak teratur.
Pemancangan
didasarkan pada kerapatan pohon per hektar, jarak tanam, dan topografi
daerah setempat. Pemancangan di areal rata dilakukan sesuai jarak tanam.
Sedangkan dilahan berbukit atau berkontur, pemancangan dilakukan dengan
arah barisan menurut kontur lahan dan jarak antar barisan menurut
proyeksi jarak antar barisan.
Alat yang digunakan untuk melakukan
pemancangan adalah tali nylon (tali polythylene). Tali nylon disiapkan
sepanjang 100 m. Pada tali tersebut diberi tanda (diikat diikat dengan
benang) batas setiap panjang 3 m. Sebaiknya ada perbedaan mencolok
antara warna tali nylon dengan benang. Fungsi tanda tersebut adalah
memudahkan penancapan ajir di areal.
Ajir biasanya dibuat dari
bambu dengan diameter minimal 2 cm. Tinggi anjir sekitar 1,5 m. Jumlah
ajir yang disiapkan sesuai jumlah tanaman yang seharusnya disiapkan
untuk luasan tertentu. Dengan jarak tanam 2,7 m x 2,7 m maka yang perlu
disiapkan sekitar 1.300 ajir (untuk luasan 1 hektar). Agar ajir mudah
ditancapkan ketanah bagian pangkalnya diruncingkan.
Setelah alat
dan ajir disiapkan, pemancangan dapat segera dilakukan. Tancapan satu
ajir di sudut tertentu dari lahan, misalnya sudut sebelah timur dan
ikatkan tali nylon pada ajir tersebut. Tarik tali seluruhnya kearah
sudut lainnya (barat). Beri ajir disudut barat dan ikat tali pada ajir
tersebut. Tarikan tali ini nantinya akan merupakan barisan pertama. Tali
harus ditarik lurus ke arah sudut lain. Penancapan ajir tersebut dapat
disesuaikan dengan lahan terpanjang walaupun tanpa arah.
Setelah
itu, tancapan ajir satu per satu sesuai tanda pada tali. Bila sudah
selesai, tali dapat dipindahkan pada barisan di sebelahnya atau barisan
kedua yang sebelumnya sudah diukur dengan jarak 2,7 m. Lakukan
pemancangan ajir seperti pada barisan pertama, demikian seterusnya
hingga seluruh lahan diberi ajir. Setiap selesai pemancangan ajir pada
satu barisan.
Pengaturan jalur dalam kebun jalur A (lebar 1 M)
sebagai jalan, jalur B ditanami kacang-kacangan. Jalur X sebagai
barisan tanaman pinang.
Pembuatan lubang tanam.
Lubang
tanam untuk pinang dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Lubang
tanam harus sudah dibuat 1 bulan sebelum penanaman karena perlu
dibiarkan terbuka kena sinar matahari selama 1 bulan. Setelah itu
lubang dapat di isi tanah lapisan atas yang telah dicampur dengan kompos
atau pupuk kandang sebanyak 1 kg. Selain itu, tanah lapisan atas
tersebut pun dapat dicampur pupuk NPK sebanyak 50-75 g/lubang. Tanah
tercampur pupuk tersebut dimasukan ke lubang hingga 1/3 bagian saja.
Penanaman tanaman penutup tanah.
Bila
lahan luas dan tidak ditanami tanaman tumpang sari, sebaiknya tanah
ditanami tanaman penutup tanah (cover crops). Penanaman dilakukan segera
setelah lahan bersih, pemancangan ajir, atau penyemprotan herbisida.
Penanaman tanaman penutup tanah sebaiknya saat musim penghujan.
Biasanya
tanaman penutup tanah adalah dari jenis kacang-kacangan seperti
Pueraria javanica, Centrocema pubercen, Calopogonium mucunoides,
Psophocarpus palutris, dan Calopogonium caeruleum. Tanaman ini dapat
ditanam dari biji atau dari stek.
Tanaman penutup tanah sangat
berguna untuk menambah cadangan unsur hara, memperbaiki sifat-sifat
tanah, mencegar terjadinya erosi, dan menekan pertumbuhan tanaman
pengganggu atau gulma.
Penanaman
Ada dua teknik penanam pinang yang dapat dilakukan, yaitu penaman dengan sistem monokultur dan sistem tumpang sari.
1. Penanaman sistem monokultur.
Penanaman
sistem monokultur artinya tanaman yang ditanam dalam satu areal hanya
satu jenis tanaman menghasilkan. Penanaman sebaiknya pada musim
penghujan. Bibit yang ditanam sebaiknya sudah merupakan hasil seleksi.
2. Penanaman sistem tumpang sari.
Dengan
penanaman sistem tumpang sari dapat memberikan nilai tambah petani
karena tanaman pinang baru berproduksi pada umur 5 tahun. Tanaman
tumpang sari yang biasa ditanam adalah tanaman palawija (Jagung,
kacang-kacangan). Dengan adanya tanaman tumpang sari petani sudah
mendapat pendapatan sebelum tanaman pinang berproduksi.
Pemeliharaan tanaman
Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Penyisipan tanaman
Penyisipan
dilakukan terhadap tanaman pinang yang mati atau tanaman tidak sehat
sebaiknya tanaman dicadangkan 5 % dari jumlah total populasi per hektar.
2. Pemupukan tanaman
Pemupukan
tanaman dilakukan dua kali dalam 1 tahun yaitu pada awal musim
penghujan dan pada akhir musim penghujan. Dosis pupuk untuk tanaman yang
berumur 4 tahun keatas (tanaman mulai berbunga) adalah: 100 g N; 40 g
P2O5; dan 140 g K2O (setara dengan 220 g urea; 80 g TSP; dan 240 KCL)
dan 12 kg kompos atau pupuk kandang per pohon per tahun. Untuk tanaman
muda berumur 1 tahun (tanaman baru dipindahkan ke lapangan) sampai 3
tahun, dosis pupuk masing-masing 25 %, 50 % dan 75 % dari dosis tanaman
mulai berbunga.
3. Penyiangan gulma.
Penyiangan dilakukan
agar tanaman terbebas dari gangguan gulma. Diusahakan agar disekitar
batang (daerah piringan) dengan diameter 0,5 sampai 2,0 m tidak ada
rumput/gulma yang tumbuhnya melewati pohon pinang. Pengendalian gulma
ini dilakukan setiap dua bulan.
a. Strip weeding
Strip
weeding artinya membersihkan gulma di sepanjang barisan tanaman hingga
bersih. Lebar yang dibersihkan cukup 1 m secara memanjang sesuai barisan
tanaman. Alat yang digunakan cangkul, tajak, sabit, Selain itu gulma
dapat diberantas dengan bahan kimia. Kegiatan ini dilakukan hingga lima
kali setahun secara berulang-ulang. Pinang yang sudah berumur 1-4 tahun
cukup dilakukan pembersihan dua kali setahun.
b. Strip spraying
Srtip
spraying artinya membersihkan gulma sepanjang barisan tanaman dengan
cara penyemprotan herbisida seperti : Paracol dengan konsentrasi 1,2-1,5
l/400 l air/ha dan Gramozone dengan konsentrasi 1,2-1,5 l/400 l air/ha.
Kegiatan ini untuk tanaman yang sudah berumur setahun atau lebih. Untuk
tanaman yang sudah berumur 2-3 tahun dapat dilakukan dua kali setahun.
Lebar jalur Strip spraying cukup 1,5 m, yaitu masing-masing 73 cm dari
kanan-kiri batang memanjang sesuai barisan tanaman.
c. Penyiangan bundaran pohon (ring weeding)
Penyiangan dilakukan di sekeliling pohon dengan radius 75-150 cm tergantung besarnya pohon.
4. Pengairan
Tanaman
pinang sangat peka terhadap kekeringan, oleh sebab itu penting
dilakukan pada daerah yang memiliki musim kering panjang. Tanaman perlu
diairi sekali dalam 4-7 hari tergantung jenis tanah dan iklim.
Pengendalian Organisme Pengganggu.
Sebagai
tanaman perkebunan lainnya, tanaman pinang tidak dapat terhindar dari
berbagai serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Beberapa
hama dan penyakit penting pada tanaman pinang mulai dari pembibitan
sampai di gudang penyimpanan yang perlu diketahui.
HAMA DAN PENYAKIT.
A. H a m a
1. Bagworms.
Penyebab adalah Manatha albipes Moore. Ditemukan di bagian bawah daun dan membuat sejumlah lobang-lobang kecil.
2. Termit atau rayap.
Termit
dapat menyerang benih atau bibit pada musim kemarau. Serangan pada
bibit dimulai pada pangkal batang, sehingga bagian pucuk menjadi layu
dan lama kelamaan tanaman mati. Pengendalian rayap dapat dilakukan
dengan menutup bagian pangkal batang dengan pasir ataupun secara kimiawi
menggunakan insektisida Aldrin.
3. Belalang (Aularches miliaris Linn)
Menyerang lamina daun sehingga meyebabkan daun berlubang.
4. Kutu (mite)
Dikenal
3 jenis kutu menyerang tanaman pinang. Kutu merah (Raolella indica
Hirst) dan kutu putih (Oligonychus Indicus Hirst). Kutu oranye, Kutu
merah dan Kutu putih hidup berkelompok di bawah daun dan mengisap cairan
di daun mengakibatkan daun berwarna kekuningan, coklat dan akhirnya
mengering. Kutu oranye (Dolichotetranychus sp.) menyerang buah yang
masih muda dan bersembunyi dibagian dalam perianth buah serta mengisap
cairan, sehingga buah akan gugur Pengendalian dilakukan dengan
penyemprotan Kelthan 1.86 ml/l air ataupun penggunaan predator antara
lain Chilocorus sp.
5. Kepik (Carvalhoia arecae Miller and China)
Kepik
ditemukan berkumpul di bagian ujung ketiak daun. Kepik dewasa berwarna
hitam dan Kepik muda berwarna hijau kekuningan, keduanya mengisap cairan
pada bagian spindle sehingga pertumbuhan tidak normal. Daun yang telah
diisap nampak garis-garis nekrotik berwarna coklat tua lama kelamaan
daun mengering dan patah. Pengendalian dilakukan dengan insektisida
sistemik Sevin 4G dengan dosis 10 g per tanaman setiap 3 bulan.
6. Tempayak akar (Leucopholis burmeisteri Brenske)
Tempayak
akar atau dikenal tempayak putih merupakan hama yang cukup merugikan
tanaman pinang. Bentuk hama ini seperti hurup ”V” serta tubuh lembut
dengan kaki berbulu warna coklat.
7. Ulat bunga (Tirathaba mundella Walk)
Ulat
bunga menyerang mayang dengan mengisap cairan dalam bunga. Ulat dewasa
meletakan telurnya pada bagian spatha. Sehingga Spadix tidak dapat
membuka dengan sempurna. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan
Endre x 20 EC 0.125 % atau Malathion 50 % EC dengan dosis 2 ml / l air
8. Gugur buah muda
Gugur
buah muda disebabkan oleh kepik Pentatomid (Halyomorpha marmorea F).
Buah pinang yang ditusuk dengan belalai akan mengeluarkan cairan. Buah
yang ditusuk akan berwarna hitam pada permukaan kulit buah dan dagingn
buah akan berwarna coklat gelap. Gejala ini akan berkembang terus
sehingga menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimiawi dilakukan
dengan menyemprot Endosulfan 0.05% pada tandan.
9. Kumbang pinang (Coccotrypes carpophagus Horn).
Kumbang
pinang dewasa menyebabkan kerusakan dengan menggerek buah sehingga
berlubang sampai pada bagian biji. Besar lubang gerekan kira-kira
berdiameter 0.6 - 1.0 mm.
10. Coffee bean weevil (Araecerus fasculatus D.)
Coffee
bean weevil menyerang biji pinang yang mengakibatkan buah berlubang
sebesar 1.5 - 2.5 mm. Hama ini ditemukan pada buah pinang di bagian
dalam perianth. Musuh alami adalah parasit Anisopteromatus calandra
Howard.
11. Kumbang sigaret (Lasioderma serricome F.)
Kumbang
dewasa berwarna coklat kekuningan dengan bulu-bulu bercahaya . Kumbang
ini menggerek buah dan bekas gerekannya terlihat seperti tepung . Musuh
alaminya yaitu parasit Anisopteromatus calandrae Howard.
12. Ngengat padi (Corcyra cephalonica Stainton)
Ngengat
membuat rongga-rongga didalam buah pinang dan memakan daging buahnya.
Pengendalian hama gudang ini dengan mengguunakan tablet phostoxin dengan
dosis 800 g/1000 cm³ luas gudang.
B. Penyakit
1. Bercak daun menguning (yellow leaf spot)
Penyebabnya
penyakit brtcak daun adalah cendawan Curvularia sp. Gejala pada lamina
daun, terlihat bercak-bercak kuning 3-10 mm diameter. Infeksi lanjut
dapat menyebabkan kematian bibit. Penyemprotan dengan Dithane dapat
mengurangi serangan.
2. Leaf blight.
Penyebabnya adalah
Pestalotia palmarum Cooke. Gejala penyakit berupa bercak-bercak coklat
kekuningan pada helaian daun. Pemupukan N dan K2O ataupun dengan
pemberian naungan dapat menekan penyakit.
3. Karat merah daun (red rust)
Penyebabnya
yaitu Cephaleuros sp. Cendawan ini menginfeksi batang dan daun.
Sehingga terlihat bercak tak beraturan pada bagian batang dan daun yang
berwarna kekuningan. Untuk menghindari perlu dibuat naungan secukupnya.
4. Busuk akar/pangkal batang (root/collar rot)
Penyebabnya
adalah cendawan Fusarium sp. dan Rhizoctoria sp. Penyakit ini biasanya
terlihat di pembibitan dengan sistim drainase jelek. Serangan cendawan
ini mengakibatkan tanaman layu.
5. Busuk buah (fruit rot)
Penyebabnya
adalah Phytopthora arecae. Gejala bercak basah terlihat pada permukaan
buah dekat kelopak bunga (perianth). Bercak ini akan menyebar sehingga
warna buah berubah menjadi hijau tua. Jika bercak mencapai bagian apikal
buah maka akan menyebabkan buah gugur. Pengendalian secara kimia dapat
di lakukan dengan fungisida Copper oxychlorride serta fitosanitasi
(pembersihan) kebun. Pengendalian lainnya dengan melakukan fotosanitasi
pada kebun-kebun.
6. Busuk pucuk (bud rof)
Penyebabnya
sama dengan penyakit busuk buah. Yaitu P. Arecal. Bagian yang diserang
adalah pangkal spidel pangkal spindle berwarna berangsur bagian yang
terinfeksi serangan berat menyebabkan kuning coklat pucuk membusuk
dengan bau khas. Pembersihan lokasi pertanaman dari tanaman terserang
akan mencegah penyebaran penyakit.
7. Daun menguning (yellow leaf disease)
Penyebabnya
adalah mycoplasm like organism (MLO). Daun yang terserang
memperlihatkan warna kekuningan dan terdapat garis-garis nekrotik. Pada
lamina daun. Pertumbuhan daun akan mengecil sehingga produksi buah
menurun. Daging buah berwarna kehitaman. Pengendalian dengan cara
terpadu dengan pemupukan, penggunaan fungisida 2 g phorate granula per
pohon serta fitosanitasi.
8. Busuk kaki (foot rot)
Penyebabnya
adalah Ganoderma lucidum. Munculnya penyakit ini karena kurang
pemeliharaan kebun, drainase jelek. Tanaman yang terserang menunjukan
gejala kekeringan dimana daun menguning, terkulai dan akhirnya patah.
Infeksi lanjut yaitu batang terlihat bercak coklat tidak beraturan dan
mengeluarkan cairan. Akar tanaman akan membusuk. Untuk menghindari perlu
pengaturan sistim drainase, kebersihan kebun. Bebeberapa mikroorganisme
antagonis seperti Trichoderma sp, Streptomyces sp. dapat menjadi agen
hayati pengendalian penyakit ini.
9. Die back pembungaan dan bubur buah.
Cooletotrichum
gloesporioides berasosiasi dengan penyakit ini. Gejalanya terlihat
tulang daun menguning dan terlihat mengering mulai ujung daun sampai ke
arah pangkal. Bunga betina akan gugur. Faktor lainnya yang menyebabkan
gugur buah adalah kegagalan polinasi, kandungan unsur hara kurang,
cekaman air dan temperatur atupun faktor fisiologis.
Pengendalian
dengan fungisida Dithane 4 g/L air pada 2 tahap yaitu dilakukan pada
saat bunga betina terbuka dan pada 20-24 hari berikutnya.
10. Bacterial leaf stripe.
Penyebab
yaitu Xanthomonas campestris pv. Arecae. Gejala daun terlihat
bercak-bercak selebar 0.5-1.0 cm. Permukaan bagian bawah daun ditutupi
oleh bakteri. Daun yang terserang menimbulkan bercak yang tidak teratur
berwarna putih keabuan atau kekuningan. Penyemprotan dengan antibiotik
tetracyclin 1 g/2 L air yang dilakukan setiap 2 minggu.
11. Mengecil (Band)
Penyebab
penyakit ini belum diketahui. Gejalanya yaitu daun menjadi pendek,
mengecil dan berbentuk sapu. Warna daun menjadi hijau tua, batang
meruncing dan jarak antar ruas batang memendek. Mahkota pohon bentuk
seperti berbunga mawar, sehingga pembungaan menjadi tidak sempurna, dan
produksi buah menurun. Pengendalian penyakit dilakukan dengan perbaikan
drainase, penggemburan tanah. Pemberian campuran Copper sulfat dengan
kapur perbandingan 1 : 1 dengan dosis 225 g per pohon per 6 bulan dapat
memperbaiki kondisi lingkungan tumbuh.
12. Batang berdarah (stem bleeding)
Penyebabnya
adalah Thielaviopsis paradoxa Von Hohn (Ceralostomelia paradoxa).
Terjadi perobahan warna pada bagian yang terinfeksi di bagian batang dan
jaringan lembut serta mengeluarkan cairan berwarna coklat gelap. Dugaan
bahwa penyakit ini berkembang akibat air tanah yang dangkal dan
drainase jelek. Untuk menghindari serangan hama Xyleborus sp. Yang dapat
masuk melalui lobang tersebut dilakukan penempelan dengan tar dan
insektisida.
13. Buah retak (nut splitting)
Penyebabnya
karena ketidak seimbangan fisiologis. Karakteristik penyakit ini
terlihat dari buah pinang yang retak-retak. Gejala yang dimulai dengan
buah kekuningan ketika buah setengah matang atau tiga per empat bagian
matang. Perbaikan drainase dan penyemprotan dengan Borax 2 g/1 l air
pada tahap awal dapat menekan serangan penyakit.
Umumnya buah
pinang akan terserang penyakit pada saat panen, prosesing sampai
penyimpanan. Sumber infeksi terutama berasal dari :
a). Infeksi
pada tanaman. Buah pinang yang berasal dari tanaman terserang penyakit
buah pecah (nut spliting) akan mudah terserang juga oleh organisme
sekunder seperti: Aspergiles sp., Penicilium sp.
b). Infeksi
selama panen dan prosesing. Buah pinang yang biasanya panen kemudian
terjatuh ketanah sering ditemukan adanya infeksi ke buah tersebut. Jenis
cendawan yang ditemukan seperti Aspergillus niger, A. Flavus,
Botryodiplodia theobromae dan Rhizopos sp. Kurangnya pemanasan selama
proeses pengeringan awal tentu akan memudahkan tumbuhnya
cendawan-cendawan tertentu.
c). Infeksi selama pengangkutan dan
penyimpanan. Buah pinang yang dipanen dan keranjang yang digunakan untuk
menampung harus bersih. Demikian pula pada penyimpanan di gudang
haruslah dalam keadaan yang terkontrol. Cendawan yang sering ditemukan
pada proses pasca panen adalah Aspergillus niger arecae, Subramanella
arecae.
Perlu diketahui untuk pengendalian penyakit selama panen
sampai di gudang yang perlu diketahui adalah : menghindari kontak
langsung buah pinang dengan tanah, buah pinang sebaiknya dimasukan ke
dalam karung goni polyetylen dan melakukan fumigasi ruang penyimpanan
dengan ethylene dibromide.
PANEN DAN PASCA PANEN
A. Panen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Panen buah masak penuh.
Panen
dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah masak. Tanda
buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau kemerahan. Panen
dapat dilakukan setiap bulan dengan menggilir beberapa kelompok
tanaman. Pada skala usaha luas 1 ha, panen dapat diatur sekali sebulan
dengan produksi rata-rata 400 kg biji pinang kering.
2. Panen buah muda.
pinang
kacung 110Panen dilakukan saat buah masih berwarna hijau tua atau
berumur antara 7-8 bulan (Gambar 4). Biasanya buah yang dipanen cara
seperti ini, dalam proses pasca panen melalui perebusan sehingga buah
akan mengeras dan tidak mudah terserang hama/penyakit.
B. Penanganan pasca panen
Sesudah
di panen buah dibelah menjadi dua tujuannya adalah agar buah cepat
kering, setelah buah terbelah semua segera dikeringkan dengan panas
sinar matahari, setelah kering buah yang masih mempunyai kulit tadi di
cungkil setelah itu buah di jemur kembali selama 50 jam. Penjemuran
berlangsung selama 4 hari secara berturur-turut. Setelah kering biji
pinang dapat dikemas dalam karung plastik untuk dijual atau disimpan
dalam gudang.
Informasi pertanian, tanaman pangan, tanaman hias, tanaman buah, perkebunan dan holtikultura
Jumat, 31 Mei 2013
Senin, 27 Mei 2013
JENIS DURIAN UNGGUL DI INDONESIA
Indonesia sebagai tempat asal durian, punya banyak sekali jenis durian, baik yang durian yang sudah dibudidayakan atau jenis durian hutan yang kurang komersiil. Dari sekian banyak jenis durian ini ada beberapa varietas yang termasuk durian unggul baik karena rasa, ukuran dan kualitas daging buahnya. Pemerintah sebenarnya sudah menetapkan 67 Jenis Durian unggul asli Indonesia, tetapi kayaknya program ini kurang bersinar, sehingga yang kita kenal cuma durian monthong aja. Mungkin saking banyaknya jenis durian unggul di Indonesia pemerintah jadi bingung, kalau di thailand cuma fokus pada dua varietas saja yang dikembangkan dengan serius sehingga terkenal di seluruh dunia.
Berikut beberapa durian unggul yang berpotensi untuk dibudidayakan:
1. Durian Monthong,
Meski durian ini berhasil dimuliakan di thailand namun sejatinya bibitnya berasal dari pulau kalimantan. Durian ini kita masukkan sebagai durian asli Indonesia saja. Buahnya terlihat menonjol dan ukurannya besar sehingga menggoda iman. memiliki rasa manis legit dan aroma harum yang disukai kebanyakan konsumen durian. Durian Monthong banyak disukai petani durian karena mampu berproduksi pada umur 4-5 tahun sejak di tanam. Produksi buahnya cukup banyak. Mampu beradaptasi pada berbagai tempat, Bentuk buah bervariasi, dari bulat panjang sampai hampir persegi. Durinya besar dan tersusun jarang. Bobot buahnya mampu mencapai 13 kg.
2. Durian Petruk.
Durian Petruk ini terkenal dengan rasanya yang ekstra legit dibanding jenis durian lain. Durian petruk berasal dari Jepara Jawa Tengah. Ciri-ciri durian petruk adalah rasanya yang manis, bentuk buah lonjong alur seperti buah belimbing,aroma mantab, manis, lezat agak pahit, baunya yang menyengat, daging buahnya tebal, dan bijinya yang kecil dan daging buahnya yang tidak lembek.
Jadi kalau anda jalan-jalan di daerah Jawa Tengah jangan lupa cicipi Duren ini. Jika ke semarang jangan lupa mampir di daerah Jepara dan rasakan durian petruk di tempat asalnya.tapi lihat juga musim panen duren di sana.
3. Durian Mimang
Durian Mimang merupakan durian Unggul dari Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Durian Mimang pernah juara ke 2 lomba durian se Asia Tenggara, Durian Mimang memiliki rasa Lebih manis, Legit, daging buah tebal 2-3 cm, biji kempes, kulit kempes.
4. Durian Matahari
Durian Matahari durian Unggul Nasional dengan rasa manis legit pulen daging buah tebal berwarna kuning seperti pancaran sinar matahari oleh karena itu disebut durian matahari . Kelebihan durian matahari adalah tanpa biji dengan daging buah tebal, rasanya manis, dan beraroma.
5. Durian Candy (Candimulyo)
Durian yang panjang dan besar asli Magelang jawa Tengah. Rasanya, sangat sesuai dengan lidah para penggemar buah durian, manis, agak-agak pahit. Durian dari Candimulyo menjadi spesial karena buahnya yang besar, daging tebal, rasa manis khas durian unggulan, manis-manis pahit, serta pongge (bijih durian) kecil.
6. Durian Bawor
Durian Bawor Monthongnya Banyumas merupakan Durian monthong Orange. Bibit durian bhinneka bawor di hasilkan dari berbagai macam jenis spesies durian yang dijadikan menjadi satu batang dengan batang pokoknya bibit durian montong dengan spesies-spesies yang lain dari bibit durian lokal yang mutunya bagus.
Durian Bawor mempunyai beberapa keunggulan antara lain : umur 3-4 tahun sudah mulai berbuah, satu tahun bisa panen 3 kali, 1 buah mempunyai berbagai macam rasa, daging buahnya tebal rasanya legit, bijinya kecil / tipis, sistim perakarannya baik karena mempunyai kaki empat sehingga memudahkan mencari nutrisi dalam tanah maka semakin tua umur tanaman semakin lebat / banyak buahnya. Bahkan pohon induknya yang berumur 7 tahun dalam 1 tahun mampu menghasilkan 2 ton durian. Durian bawor dapat dipanen 3 kali dalam setahun sedangkan pohon-pohon durian yang lain hanya dapat dipanen setahun sekali, untuk memanennyapun tidak terlalu sulit karena rata-rata tinggi tanaman durian bawor hanya 2 s/d 3 meter .
7. Durian Si Mas
Si Mas yang asli Bogor memiliki daging buah kuning dan kenyal.
Berikut beberapa durian unggul yang berpotensi untuk dibudidayakan:
1. Durian Monthong,
Meski durian ini berhasil dimuliakan di thailand namun sejatinya bibitnya berasal dari pulau kalimantan. Durian ini kita masukkan sebagai durian asli Indonesia saja. Buahnya terlihat menonjol dan ukurannya besar sehingga menggoda iman. memiliki rasa manis legit dan aroma harum yang disukai kebanyakan konsumen durian. Durian Monthong banyak disukai petani durian karena mampu berproduksi pada umur 4-5 tahun sejak di tanam. Produksi buahnya cukup banyak. Mampu beradaptasi pada berbagai tempat, Bentuk buah bervariasi, dari bulat panjang sampai hampir persegi. Durinya besar dan tersusun jarang. Bobot buahnya mampu mencapai 13 kg.
2. Durian Petruk.
Durian Petruk ini terkenal dengan rasanya yang ekstra legit dibanding jenis durian lain. Durian petruk berasal dari Jepara Jawa Tengah. Ciri-ciri durian petruk adalah rasanya yang manis, bentuk buah lonjong alur seperti buah belimbing,aroma mantab, manis, lezat agak pahit, baunya yang menyengat, daging buahnya tebal, dan bijinya yang kecil dan daging buahnya yang tidak lembek.
Jadi kalau anda jalan-jalan di daerah Jawa Tengah jangan lupa cicipi Duren ini. Jika ke semarang jangan lupa mampir di daerah Jepara dan rasakan durian petruk di tempat asalnya.tapi lihat juga musim panen duren di sana.
3. Durian Mimang
Durian Mimang merupakan durian Unggul dari Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Durian Mimang pernah juara ke 2 lomba durian se Asia Tenggara, Durian Mimang memiliki rasa Lebih manis, Legit, daging buah tebal 2-3 cm, biji kempes, kulit kempes.
4. Durian Matahari
Durian Matahari durian Unggul Nasional dengan rasa manis legit pulen daging buah tebal berwarna kuning seperti pancaran sinar matahari oleh karena itu disebut durian matahari . Kelebihan durian matahari adalah tanpa biji dengan daging buah tebal, rasanya manis, dan beraroma.
5. Durian Candy (Candimulyo)
Durian yang panjang dan besar asli Magelang jawa Tengah. Rasanya, sangat sesuai dengan lidah para penggemar buah durian, manis, agak-agak pahit. Durian dari Candimulyo menjadi spesial karena buahnya yang besar, daging tebal, rasa manis khas durian unggulan, manis-manis pahit, serta pongge (bijih durian) kecil.
6. Durian Bawor
Durian Bawor Monthongnya Banyumas merupakan Durian monthong Orange. Bibit durian bhinneka bawor di hasilkan dari berbagai macam jenis spesies durian yang dijadikan menjadi satu batang dengan batang pokoknya bibit durian montong dengan spesies-spesies yang lain dari bibit durian lokal yang mutunya bagus.
Durian Bawor Berkaki Empat merupakan
durian montong orange yang memiliki batang yang di sambung/okolasi
langsung dengan tanaman durian lain yang menjadi ”kaki baru” yang salah
satunya adalah untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, karena serapan
unsur haranya bisa lebih.
Durian Bawor mempunyai beberapa keunggulan antara lain : umur 3-4 tahun sudah mulai berbuah, satu tahun bisa panen 3 kali, 1 buah mempunyai berbagai macam rasa, daging buahnya tebal rasanya legit, bijinya kecil / tipis, sistim perakarannya baik karena mempunyai kaki empat sehingga memudahkan mencari nutrisi dalam tanah maka semakin tua umur tanaman semakin lebat / banyak buahnya. Bahkan pohon induknya yang berumur 7 tahun dalam 1 tahun mampu menghasilkan 2 ton durian. Durian bawor dapat dipanen 3 kali dalam setahun sedangkan pohon-pohon durian yang lain hanya dapat dipanen setahun sekali, untuk memanennyapun tidak terlalu sulit karena rata-rata tinggi tanaman durian bawor hanya 2 s/d 3 meter .
7. Durian Si Mas
Si Mas yang asli Bogor memiliki daging buah kuning dan kenyal.
Sabtu, 25 Mei 2013
BUDIDAYA RAMBUTAN BINJAI DATARAN RENDAH
Rambutan Binjai merupakan jenis rambutan yang paling banyak dicari pembeli buah. Maklum saja, karena memang rasanya manis dan segar, daging buah yang tebal dan daging buahnya mudah dikupas tidak menempel pada kulit ari biji biji, membuatnya lebih mudah ketika kita makan rambutan binjai ini. Tak heran Jika Rambutan Binjai asli dari Sumatera Utara ini disebut varietas rambutan unggulan.
Rambutan Binjai cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian maksimal sampai dengan 500 meter dari permukaan laut. Rambutan menyukai daerah iklim basah, dengan curah hujan cukup tinggi sekitar 1.500-3.000 milimeter per tahun.
Cara budidaya Rambutan Binjai sangat mudah. Lahan yang telah diolah dibuat lubang ukuran 60cm x 60 cm dengan kedalaman 50 cm.
Cara Budidaya Rambutan Binjai
Perbanyakan tanaman
Tanaman diperbanyak dengan okulasi. Perbanyakan dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan karena kurang efisien. Sebagai batang bawah digunakan bibit semai dari varietas sinyonya (tidak ngelotok). Umur batang bawah yang dapat diokulasi sekitar 6-8 bulan. Untuk mata tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan varietas unggul yang daunnya mulai menua, tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang tersebut mata tempelnya masih tidur.
Untuk mempercepat mata tempel mulai bangun (matanya menonjol), dilakukan perompesan daun dari cabang entres yang akan digunakan sebagai sumber mata tempel antara 2-3 minggu sebelum cabang dipotong. Biji rambutan adalah monoembrional sehingga semai generatif dari varietas sinyonya yang digunakan untuk batang bawah pengaruhnya bervariasi terhadap batang atas. Sifat tanaman rambutan adalah heterozigot dan menyerbuk silang.
Budi daya tanaman
Setelah lahan diolah, dibuat lubang tanaman ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Pupuk kandang yang digunakan adalah 40 kg/lubang tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m atau 12 m x 12 m, tergantung pada kondisi lahan. Pada lahan miring, jarak tanam lebih rapat.
Pada lahan gambut atau lahan masam dengan pH kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur mati atau abu dapur.
Bibit ditanam di lahan setelah tingginya lebih dari 75 cm, yakni berumur lebih dari delapan bulan.
Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP atau SP-36, dan KCI, dengan perbandingan 2 : 2: 1 diberikan sebanyak 50-250 gram per tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat bulan sekali.
Sesudah tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK hingga 500-1.000 g per pohon.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang penting adalah membersihkan kebun dari gulma dan memangkas tunas-tunas liar/tunas air yang muncul.
Hama dan Penyakit
Lalat daun Tarsolepis sommeri sering merusak bunga dan daun yang baru trubus, terutama saat musim kemarau menjelang musim hujan.
Kutu putih Pseudococcus lilacinus sering menyelinap di antara bulu buah rambutan sehingga buah tampak kotor hitam. Insektisida dapat mengatasi hama tersebut.
Namun, penyemprotan insektisida saat buah mendekati merah (matang) sangat berbahaya karena mengakibatkan residu. Penyakit lain yang biasa mengancam akar tanaman adalah cendawan putih Armilaria sp., busuk akar Phytophthora parasitica, dan busuk cokelat leher batang Fusarium sp. Penyakit ini dapat diatasi dengan aerasi yang baik atau disiram Benlate 0,3%. Cendawan yang biasa menyerang batang adalah busuk cokelat batang Cortisium salmonicolor yang dapat ditularkan melalui angin dan alat-alat pertanian. Penyakit jamur upas ini dapat diatasi dengan jalan mengolesi bagian yang sakit dengan lisol.
Panen dan Pasca Panen
Buah rambutan dapat dipetik setelah matang pohon atau umur 120 hari setelah anthesis (bunga mekar). Panen dilakukan dengan memotong tangkai rangkaian (tandan) buah. Hasilnya dapat mencapai 500-700 kg/pohon. Musim panen rambutan terjadi pada bulan Desember–Februari.
Rambutan Binjai cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian maksimal sampai dengan 500 meter dari permukaan laut. Rambutan menyukai daerah iklim basah, dengan curah hujan cukup tinggi sekitar 1.500-3.000 milimeter per tahun.
Cara budidaya Rambutan Binjai sangat mudah. Lahan yang telah diolah dibuat lubang ukuran 60cm x 60 cm dengan kedalaman 50 cm.
Cara Budidaya Rambutan Binjai
Perbanyakan tanaman
Tanaman diperbanyak dengan okulasi. Perbanyakan dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan karena kurang efisien. Sebagai batang bawah digunakan bibit semai dari varietas sinyonya (tidak ngelotok). Umur batang bawah yang dapat diokulasi sekitar 6-8 bulan. Untuk mata tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan varietas unggul yang daunnya mulai menua, tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang tersebut mata tempelnya masih tidur.
Untuk mempercepat mata tempel mulai bangun (matanya menonjol), dilakukan perompesan daun dari cabang entres yang akan digunakan sebagai sumber mata tempel antara 2-3 minggu sebelum cabang dipotong. Biji rambutan adalah monoembrional sehingga semai generatif dari varietas sinyonya yang digunakan untuk batang bawah pengaruhnya bervariasi terhadap batang atas. Sifat tanaman rambutan adalah heterozigot dan menyerbuk silang.
Budi daya tanaman
Setelah lahan diolah, dibuat lubang tanaman ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Pupuk kandang yang digunakan adalah 40 kg/lubang tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m atau 12 m x 12 m, tergantung pada kondisi lahan. Pada lahan miring, jarak tanam lebih rapat.
Pada lahan gambut atau lahan masam dengan pH kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur mati atau abu dapur.
Bibit ditanam di lahan setelah tingginya lebih dari 75 cm, yakni berumur lebih dari delapan bulan.
Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP atau SP-36, dan KCI, dengan perbandingan 2 : 2: 1 diberikan sebanyak 50-250 gram per tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat bulan sekali.
Sesudah tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK hingga 500-1.000 g per pohon.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang penting adalah membersihkan kebun dari gulma dan memangkas tunas-tunas liar/tunas air yang muncul.
Hama dan Penyakit
Lalat daun Tarsolepis sommeri sering merusak bunga dan daun yang baru trubus, terutama saat musim kemarau menjelang musim hujan.
Kutu putih Pseudococcus lilacinus sering menyelinap di antara bulu buah rambutan sehingga buah tampak kotor hitam. Insektisida dapat mengatasi hama tersebut.
Namun, penyemprotan insektisida saat buah mendekati merah (matang) sangat berbahaya karena mengakibatkan residu. Penyakit lain yang biasa mengancam akar tanaman adalah cendawan putih Armilaria sp., busuk akar Phytophthora parasitica, dan busuk cokelat leher batang Fusarium sp. Penyakit ini dapat diatasi dengan aerasi yang baik atau disiram Benlate 0,3%. Cendawan yang biasa menyerang batang adalah busuk cokelat batang Cortisium salmonicolor yang dapat ditularkan melalui angin dan alat-alat pertanian. Penyakit jamur upas ini dapat diatasi dengan jalan mengolesi bagian yang sakit dengan lisol.
Panen dan Pasca Panen
Buah rambutan dapat dipetik setelah matang pohon atau umur 120 hari setelah anthesis (bunga mekar). Panen dilakukan dengan memotong tangkai rangkaian (tandan) buah. Hasilnya dapat mencapai 500-700 kg/pohon. Musim panen rambutan terjadi pada bulan Desember–Februari.
Jumat, 24 Mei 2013
PANDAN BALI TANAMAN HIAS YANG EKSOTIS
Pandan Bali banyak menjadi incaran banyak pemilik rumah dan pecinta tanaman hias untuk menghias taman mereka. Penampilan Pandan bali ini cukup unik batangnya bisa besar dan tinggi, bercabang meliuk-liuk indah dan daunnya muncul pada ujung cabang. Pandan bali daunnya halus dan tidak berduri. Harganya pun cukup mahal kalau batangnya besar bisa puluhan juta rupiah. Tinggi tanaman ini bisa mencapai 6 meter lebih. Walau Namanya Pandan Bali tetapi tanaman ini bukanlah keluarga pandan. Nama Ilmiahnya adalah Cordyline australis. Tanaman ini banyak tumbuh liar di Indonesia timur.
Fungsi Pandan Bali sebagai tanaman eksotis tropis antara lain : focal point untuk taman, buffer , penyaring polusi dan debu, estetika, tanaman hias dalam pot di dalam dan luar ruang. Dari fungsi tersebut dengan menanam pandan bali niscaya halaman rumah anda akan lebih estetis dan asri.
Perawatan Pandan Bali relatif mudah dan tahan di cuaca kering sekalipun. Penulis banyak melihat pandan bali ini tumbuh liar di semak belukar yang berhawa panas.
Perbanyakan bisa menggunakan stek batang, jadi relatif mudah untuk diperbanyak.
Untuk membuat Pandan Bali bercabang bisa dilakukan dengan memotong batangnya, kemudian tunas akan muncul pada cabang yang dipotong tadi. Potongan dibungkus dengan plastik agar tidak busuk saat kena hujan. Sebaiknya saat memotong cabang, tanaman dalam keadaan sehat.
Fungsi Pandan Bali sebagai tanaman eksotis tropis antara lain : focal point untuk taman, buffer , penyaring polusi dan debu, estetika, tanaman hias dalam pot di dalam dan luar ruang. Dari fungsi tersebut dengan menanam pandan bali niscaya halaman rumah anda akan lebih estetis dan asri.
Perawatan Pandan Bali relatif mudah dan tahan di cuaca kering sekalipun. Penulis banyak melihat pandan bali ini tumbuh liar di semak belukar yang berhawa panas.
Perbanyakan bisa menggunakan stek batang, jadi relatif mudah untuk diperbanyak.
Untuk membuat Pandan Bali bercabang bisa dilakukan dengan memotong batangnya, kemudian tunas akan muncul pada cabang yang dipotong tadi. Potongan dibungkus dengan plastik agar tidak busuk saat kena hujan. Sebaiknya saat memotong cabang, tanaman dalam keadaan sehat.
Selasa, 21 Mei 2013
Seluk Beluk dan Cara Budidaya Jamur Tiram
Jamur Tiram memang kalau sudah diolah menjadi makanan memang enak, contohnya adalah jamur tiram krispi yang rasanya gurih dan bikin lidah tak mau berhenti makan aja. Jamur Tiram adalah jamur konsumsi yang bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan Jamur tiram yang sering dibudidayakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur tiram merah muda (P.flabellatus), jamur tiram abu-abu (P.sajor caju), dan jamur tiram abalone (P.cystidiosus). Pada dasarnya semua jenis jamur ini memiliki karateristikyang hampir sama terutama dari segi morfologi, tetapi secara kasar, warna tubuh buah dapat dibedakan antara jenis yang satu dengan dengan yang lain terutama dalam keadaan segar.
Jamur Tiram ini relatif mudah dibudidayakan, dan terbukti mampu mengangkat kehidaupan petani. Budidaya Jamur Tiram tidak memerlukan lahan luas seperti tanam padi atau tebu, di lahan sempitpun bisa dilakukan. Dan lagi budidaya jamur tiram ini juga bisa dilakukan di daerah dataran rendah yang suhunya relatif agak panas dibanding dengan daerah pegunungan.
Kalau anda tidak mau repot memulai dari nol sekali, anda bisa membeli baglog Jamur tiram tinggal ditaruh dirumah budidaya jamur saja. Jadi baglog yang anda beli tinggal dirawat dan panen saja.
Untuk memulai budidaya jamur tiram ini sebaiknya anda perlu mengatahui seluk beluknya, yang bisa di baca dibawah ini, setelah itu pengalaman tentu saja menjadi guru yang paling bagus.
Persiapan Budidaya Jamur Tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung, baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit Jamur Tiram bersertifikat dapat dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat.
Faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kelembaban dan kebersihan. Rumah jamur atau kumbung idealnya harus memenuhi kelembaban optimal untuk pertumbuhan jamur, sedangkan kebersihan menjadi syarat mutlak dalam mencegah serangan hama penyakit pada jamur yang kita budidayakan. Untuk baglog sebanyak 500-1500 baglog, diperlukan rumah jamur berukuran 6 x 4 m.
Rak Baglog untuk menaruh Jamur juga harus diperispkan. Satu lapis rak dibuat dengan panjang 300 cm, lebar 40 cm, serta tinggi 40 cm. Pada ukuran ini mampu menampung kurang lebih 60 baglog. Jadi, untuk satu unit rak yang terdiri dari 5 lapis, mampu menampung sebanyak 3000 baglog. Lapisan rak paling bawah jaraknya sekitar 30-35 cm dari permukaan tanah. Hal ini bertujuan menjaga kelembaban udara pada lapisan rak paling bawah, sirkulasi udara menjadi lancar sehingga perkembangbiakan hama penyakit dapat ditekan, terutama jika lantai dasarnya masih berupa lantai tanah. Jarak antar rak baglog 1 m juga agar memudahkan saat melakukan pemeliharaan serta pemanenan.
Untuk media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif bahan yang bisa digunakan untuk mengganti serbuk kayu adalah berbagai macam ampas, misal ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun, berdasarkan pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik untuk digunakan tetap serbuk gergaji kayu.
Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama karena kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien karena bisa memangkas biaya dan cenderung mudah dicari karena banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.
Sterilisasi Bahan
Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi terlebih dahulu menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C. Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Kedua bahan tersebut kemmudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepal. Air berfungsi dalam penyerapan nutrisi oleh miselium. Air yang digunakan harus air bersih untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-benar padar agar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi pastikan bahwa bahan-bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan hingga benar-benar padat, kemudian bagian atas kantong dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan karet.
Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit. Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, dapat menggunakan drum dengan kapasitas besar atau mampu menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di atas kompor minyak atau dapat juga menggunakan oven. Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya.
Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur.
Penanaman Dan Pemeliharaan Jamur Tiram
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting adalah jangan sampai jamur kekurangan udara segar.
Pertumbuhan jamur diawali dengan pertumbuhan miselium yang akan membentuk tunas atau calon tubuh buah jamur (pin head), kemudian akan berkembang menjadi tubuh buah (jamur). Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan miselium dan tubuh jamur diantaranya adalah keasaman (pH), suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban.
Jamur dapat tumbuh optimal pada kisaran pH 5-7. Lingkungan yang terlalu asam atau terlalu basa akan menghambat pertumbuhannya. Sedangkan suhu yang dapat menunjang pertumbuhan miselium jamur adalah 23-28 derajat C dengan suhu optimum 25 derajat C. Namun saat ini budidaya jamur tiram telah banyak dikembangkan di dataran rendah dengan kisaran suhu di atas 28 derajat C dan tubuh jamur dapat tumbuh baik pada suhu 30 derajat C. Bahakan hasil panennya lebih baik dibanding dengan budidaya di dataran menengah atau tinggi dengan kualitas tubuh buah yang memiliki daya adaptasi lebih baik, jamur telihat lebih segar, dan saat panen berbau lebih harum. Hal ini bisa terjadi karena adanya modifikasi komposisi media yang digunakan dengan penyesuaian keadaan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Intensitas cahaya lebih dibutuhkan saat pembentukan tubuh jamur dari pada saat pembentukan miselium. Paparan cahaya matahari langsung bisa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan miselium atau merusak tubuh buah yang sudah terbentuk. Pada dasarnya cahaya yang menyebar merupakan cahaya yang baik bagi pertumbuhan jamur tiram.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kelembaban dan oksigen. Kelembaban yang dibutuhkan selama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh jamur adalah 90%. Kelembaban tersebut harus selalu dijaga agar tidak menyebabkan substrat mengering. Salah satu cara untuk menjaga agar kelembaban tetap terjaga adalah dengan menyiram lantai ruangan budidaya menggunakan air bersih pada pagi dan sore hari. Sementara itu asupan oksigen selama pertumbuhan jamur harus selalu terpenuhi karena jamur merupakan tanaman saprofit semiaerob. Bila oksigen tersedia jumlahnya terbatas bisa menyebabkan jamur layu dan mati.
Pengendalian Hama Penyakit Pada Budidaya Jamur Tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM
Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.
Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
Tumbuhnya Cendawan atau Jamur Lain
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar.
Tangkai Memanjang
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
Panen dan Pasca Panen
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan oleh pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 4o hari setelah pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Berikut beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian bagian tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pencucian dan pemisahan ini penting untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya petani menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap pada bagian pangkal dan masih memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram berdasarkan bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen saat dipasarkan.
Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.
Jamur Tiram ini relatif mudah dibudidayakan, dan terbukti mampu mengangkat kehidaupan petani. Budidaya Jamur Tiram tidak memerlukan lahan luas seperti tanam padi atau tebu, di lahan sempitpun bisa dilakukan. Dan lagi budidaya jamur tiram ini juga bisa dilakukan di daerah dataran rendah yang suhunya relatif agak panas dibanding dengan daerah pegunungan.
Kalau anda tidak mau repot memulai dari nol sekali, anda bisa membeli baglog Jamur tiram tinggal ditaruh dirumah budidaya jamur saja. Jadi baglog yang anda beli tinggal dirawat dan panen saja.
Untuk memulai budidaya jamur tiram ini sebaiknya anda perlu mengatahui seluk beluknya, yang bisa di baca dibawah ini, setelah itu pengalaman tentu saja menjadi guru yang paling bagus.
Persiapan Budidaya Jamur Tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung, baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit Jamur Tiram bersertifikat dapat dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat.
Faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kelembaban dan kebersihan. Rumah jamur atau kumbung idealnya harus memenuhi kelembaban optimal untuk pertumbuhan jamur, sedangkan kebersihan menjadi syarat mutlak dalam mencegah serangan hama penyakit pada jamur yang kita budidayakan. Untuk baglog sebanyak 500-1500 baglog, diperlukan rumah jamur berukuran 6 x 4 m.
Rak Baglog untuk menaruh Jamur juga harus diperispkan. Satu lapis rak dibuat dengan panjang 300 cm, lebar 40 cm, serta tinggi 40 cm. Pada ukuran ini mampu menampung kurang lebih 60 baglog. Jadi, untuk satu unit rak yang terdiri dari 5 lapis, mampu menampung sebanyak 3000 baglog. Lapisan rak paling bawah jaraknya sekitar 30-35 cm dari permukaan tanah. Hal ini bertujuan menjaga kelembaban udara pada lapisan rak paling bawah, sirkulasi udara menjadi lancar sehingga perkembangbiakan hama penyakit dapat ditekan, terutama jika lantai dasarnya masih berupa lantai tanah. Jarak antar rak baglog 1 m juga agar memudahkan saat melakukan pemeliharaan serta pemanenan.
Untuk media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif bahan yang bisa digunakan untuk mengganti serbuk kayu adalah berbagai macam ampas, misal ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun, berdasarkan pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik untuk digunakan tetap serbuk gergaji kayu.
Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama karena kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien karena bisa memangkas biaya dan cenderung mudah dicari karena banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.
Sterilisasi Bahan
Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi terlebih dahulu menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C. Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Kedua bahan tersebut kemmudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepal. Air berfungsi dalam penyerapan nutrisi oleh miselium. Air yang digunakan harus air bersih untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-benar padar agar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi pastikan bahwa bahan-bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan hingga benar-benar padat, kemudian bagian atas kantong dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan karet.
Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit. Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, dapat menggunakan drum dengan kapasitas besar atau mampu menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di atas kompor minyak atau dapat juga menggunakan oven. Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya.
Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur.
Penanaman Dan Pemeliharaan Jamur Tiram
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting adalah jangan sampai jamur kekurangan udara segar.
Pertumbuhan jamur diawali dengan pertumbuhan miselium yang akan membentuk tunas atau calon tubuh buah jamur (pin head), kemudian akan berkembang menjadi tubuh buah (jamur). Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan miselium dan tubuh jamur diantaranya adalah keasaman (pH), suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban.
Jamur dapat tumbuh optimal pada kisaran pH 5-7. Lingkungan yang terlalu asam atau terlalu basa akan menghambat pertumbuhannya. Sedangkan suhu yang dapat menunjang pertumbuhan miselium jamur adalah 23-28 derajat C dengan suhu optimum 25 derajat C. Namun saat ini budidaya jamur tiram telah banyak dikembangkan di dataran rendah dengan kisaran suhu di atas 28 derajat C dan tubuh jamur dapat tumbuh baik pada suhu 30 derajat C. Bahakan hasil panennya lebih baik dibanding dengan budidaya di dataran menengah atau tinggi dengan kualitas tubuh buah yang memiliki daya adaptasi lebih baik, jamur telihat lebih segar, dan saat panen berbau lebih harum. Hal ini bisa terjadi karena adanya modifikasi komposisi media yang digunakan dengan penyesuaian keadaan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Intensitas cahaya lebih dibutuhkan saat pembentukan tubuh jamur dari pada saat pembentukan miselium. Paparan cahaya matahari langsung bisa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan miselium atau merusak tubuh buah yang sudah terbentuk. Pada dasarnya cahaya yang menyebar merupakan cahaya yang baik bagi pertumbuhan jamur tiram.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kelembaban dan oksigen. Kelembaban yang dibutuhkan selama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh jamur adalah 90%. Kelembaban tersebut harus selalu dijaga agar tidak menyebabkan substrat mengering. Salah satu cara untuk menjaga agar kelembaban tetap terjaga adalah dengan menyiram lantai ruangan budidaya menggunakan air bersih pada pagi dan sore hari. Sementara itu asupan oksigen selama pertumbuhan jamur harus selalu terpenuhi karena jamur merupakan tanaman saprofit semiaerob. Bila oksigen tersedia jumlahnya terbatas bisa menyebabkan jamur layu dan mati.
Pengendalian Hama Penyakit Pada Budidaya Jamur Tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM
Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.
Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
Tumbuhnya Cendawan atau Jamur Lain
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar.
Tangkai Memanjang
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
Panen dan Pasca Panen
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan oleh pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 4o hari setelah pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Berikut beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian bagian tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pencucian dan pemisahan ini penting untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya petani menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap pada bagian pangkal dan masih memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram berdasarkan bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen saat dipasarkan.
Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.
Senin, 13 Mei 2013
CARA BUDIDAYA KANGKUNG DARAT SKALA KOMERSIAL
Siapa yang tak kenal Tumis Kangkung, dan pastinya anda juga suka dengan masakan ini.
Tanaman Kangkung mudah dibudidayakan dan pastinya banyak penggemarnya. Bahkan jika dibudidayakan secara serius tanaman kangkung ini memungkinkan anda menjadi jutawan.
di Negara kita dikenal dua macam kangkung yang dibudidayakan secara komersial, yakni kangkung darat (Ipomoea Reptans) dan kangkung air (Ipomoea Aquatica).
Kedua kangkung ini mudah sekali dibedakan. Kangkung darat berwarna hijau terang dengan ujung daun yang runcing, warna bunga kangkung darat putih. Sedangkan kangkung air daunnya berwarna hijau agak gelap dengan ujung yang membulat atau lebih tumpul sehingga terlihat lebih lebar. Warna bunga kangkung air cenderung ungu. Selain itu cara memanen dua jenis kangkung ini berbeda pula. Kangkung darat di panen dengan cara dicabut sehingga dikenal juga dengan nama kangkung cabut, sedangkan kangkung air dipanen dengan cara dipotong.
CARA BUDIDAYA KANGKUNG DARAT
Pengolahan Media Tanam
1. Bersihkan lahan dari rumput dan sisa tanaman
2. Buat bedegan dengan lebar 1,5 m, sedangkan panjang bedengan tergantung kondisi lahan.
3. Tugal dan tancapkan di atas tanah bedengan dengan jarak 20 x 20 cm.
4. Masukkan benih kedlaam lobang 2-3 biji/lobang
5. Siram bedengan yang telah di tanam
Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00 sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu rumpun maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati, maka segera dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang telah disiapkan).
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman pengganggu). Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu.
3. Pembubunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu.
4. Pemupukan
Pemupukan hanya diberikan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air. Penyemprotan dilakukan secara periodik 5 7 hari sekali.
5. Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00). Penyiraman dilakukan dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya.
Hama dan Penyakit kangkung
Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk mencegah terjadi over populasi, semprotkan larutan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant WT dosis 2 ml/lt air dan disemprotkan pada tanaman.
Pada waktu membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari. Kemudian diairi kembali.
Penyakit
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan sedikit perlindungan.
Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae).Semprotkan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan higiene umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah.
Panen
Tanaman kangkung sudah dapat di panen setelah 27 hari tanam. Panen dilakukan dengan cara mencabut kangkung hingga ke akar. Panen pertama sudah bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm. kemudian di kumpulkan dan dicuci untuk kemudian di kemas. Panen dilakukan pada sore hari.
Tanaman Kangkung mudah dibudidayakan dan pastinya banyak penggemarnya. Bahkan jika dibudidayakan secara serius tanaman kangkung ini memungkinkan anda menjadi jutawan.
di Negara kita dikenal dua macam kangkung yang dibudidayakan secara komersial, yakni kangkung darat (Ipomoea Reptans) dan kangkung air (Ipomoea Aquatica).
Kedua kangkung ini mudah sekali dibedakan. Kangkung darat berwarna hijau terang dengan ujung daun yang runcing, warna bunga kangkung darat putih. Sedangkan kangkung air daunnya berwarna hijau agak gelap dengan ujung yang membulat atau lebih tumpul sehingga terlihat lebih lebar. Warna bunga kangkung air cenderung ungu. Selain itu cara memanen dua jenis kangkung ini berbeda pula. Kangkung darat di panen dengan cara dicabut sehingga dikenal juga dengan nama kangkung cabut, sedangkan kangkung air dipanen dengan cara dipotong.
CARA BUDIDAYA KANGKUNG DARAT
Pengolahan Media Tanam
1. Bersihkan lahan dari rumput dan sisa tanaman
2. Buat bedegan dengan lebar 1,5 m, sedangkan panjang bedengan tergantung kondisi lahan.
3. Tugal dan tancapkan di atas tanah bedengan dengan jarak 20 x 20 cm.
4. Masukkan benih kedlaam lobang 2-3 biji/lobang
5. Siram bedengan yang telah di tanam
Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00 sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu rumpun maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati, maka segera dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang telah disiapkan).
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman pengganggu). Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu.
3. Pembubunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu.
4. Pemupukan
Pemupukan hanya diberikan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air. Penyemprotan dilakukan secara periodik 5 7 hari sekali.
5. Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00). Penyiraman dilakukan dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya.
Hama dan Penyakit kangkung
Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk mencegah terjadi over populasi, semprotkan larutan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant WT dosis 2 ml/lt air dan disemprotkan pada tanaman.
Pada waktu membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari. Kemudian diairi kembali.
Penyakit
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan sedikit perlindungan.
Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae).Semprotkan larutan WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan higiene umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah.
Panen
Tanaman kangkung sudah dapat di panen setelah 27 hari tanam. Panen dilakukan dengan cara mencabut kangkung hingga ke akar. Panen pertama sudah bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm. kemudian di kumpulkan dan dicuci untuk kemudian di kemas. Panen dilakukan pada sore hari.
Minggu, 12 Mei 2013
JADI JUTAWAN DENGAN BERTANAM KANGKUNG AIR
Dana untuk produksi hanya sekitar Rp.14.000.000 perhektar dan dengan produktivitas maksimal dapat mencapai 35 ton/ha dan bila harga jual Rp.1.000/kg maka pendapatan kotor mencapai 35.000.000,- ,maka petani mampu mengantongi pendapatan sebesar ± Rp.20.000.000an hanya dalam waktu 4-5 bulan saja. Sebuah Bisnis yang cukup menguntungkan saya rasa. Disamping itu kangkung juga telah diekspor ke berbagai negara seperti ke Australia, malaysia, singapura, brunei dan arab saudi.
Syarat Tumbuh
•Tumbuh baik pada ketinggian 5-1.200 m dpl.
•Tanah gembur dan banyak mengandung bahan organik.
•pH tanah antara 5,6 - 6,5.
•Suhu 20 - 32 °C.
•Tersedia cukup air yang mengalir sepanjang masa pemeliharaan.
Bibit
• Varietas yang digunakan adalah Varietas Sinyonya dan Gomong.
• Bibit berasal dari stek pucuk panen yang kedua dan atau yang ketiga.
• Stek bibit berasal dari tanaman yang sehat dan bebas dari hama penyakit.
• Panjang stek diusahakan seragam yaitu antara 30 - 35 cm.
Penyiapan Lahan
• Tanah dibajak 2 kali dan digaru 2 kali sampai tanah menjadi gembur dan berlumpur.
• Tanah yang sudah selesai diolah dikeringkan sampai macak - macak lalu ditaburi pupuk kompos 500 kg + 100 kg SP36/ha sebagai pupuk dasar.
• Tanah yang sudah dipupuk dibiarkan macak - macak selama 2 - 3 hari.
• Tanah yang sudah dikeringkan 2 - 3 hari, dimasukkan air setinggi 4 - 5 cm dari permukaan,ketinggian tersebut dibiarkan selama ± 1 minggu.
Penanaman
• Penanaman dilakukan 2 atau 3 hari setelah pemupukan dasar.
• Stek ditanam dengan kedalaman 3 - 4 Cm.
• Jarak tanam 30 x 50 Cm (1 stek per lubang).
Pemeliharaan
• Satu minggu setelah penanaman, lahan diairi kembali hingga sepanjang masa
pemeliharaan.
• Pemupukan susulan menggunakan pupuk Urea 250 kg/ha yang dibagi menjadi 10
bagian, dilakukan setiap selesai panen.
• Pengendalian OPT menggunakan prinsip PHT.
Panen
• Tanaman kangkung dapat dipanen optimal 8 - 10 kali / musim.
Panen pertama dilakukan setelah berumur 20 hari setelah tanam.
• Panen kedua sampai dengan panen ke - 10 dilakukan setiap 12 hari sekali.
Syarat Tumbuh
•Tumbuh baik pada ketinggian 5-1.200 m dpl.
•Tanah gembur dan banyak mengandung bahan organik.
•pH tanah antara 5,6 - 6,5.
•Suhu 20 - 32 °C.
•Tersedia cukup air yang mengalir sepanjang masa pemeliharaan.
Bibit
• Varietas yang digunakan adalah Varietas Sinyonya dan Gomong.
• Bibit berasal dari stek pucuk panen yang kedua dan atau yang ketiga.
• Stek bibit berasal dari tanaman yang sehat dan bebas dari hama penyakit.
• Panjang stek diusahakan seragam yaitu antara 30 - 35 cm.
Penyiapan Lahan
• Tanah dibajak 2 kali dan digaru 2 kali sampai tanah menjadi gembur dan berlumpur.
• Tanah yang sudah selesai diolah dikeringkan sampai macak - macak lalu ditaburi pupuk kompos 500 kg + 100 kg SP36/ha sebagai pupuk dasar.
• Tanah yang sudah dipupuk dibiarkan macak - macak selama 2 - 3 hari.
• Tanah yang sudah dikeringkan 2 - 3 hari, dimasukkan air setinggi 4 - 5 cm dari permukaan,ketinggian tersebut dibiarkan selama ± 1 minggu.
Penanaman
• Penanaman dilakukan 2 atau 3 hari setelah pemupukan dasar.
• Stek ditanam dengan kedalaman 3 - 4 Cm.
• Jarak tanam 30 x 50 Cm (1 stek per lubang).
Pemeliharaan
• Satu minggu setelah penanaman, lahan diairi kembali hingga sepanjang masa
pemeliharaan.
• Pemupukan susulan menggunakan pupuk Urea 250 kg/ha yang dibagi menjadi 10
bagian, dilakukan setiap selesai panen.
• Pengendalian OPT menggunakan prinsip PHT.
Panen
• Tanaman kangkung dapat dipanen optimal 8 - 10 kali / musim.
Panen pertama dilakukan setelah berumur 20 hari setelah tanam.
• Panen kedua sampai dengan panen ke - 10 dilakukan setiap 12 hari sekali.
Jumat, 10 Mei 2013
TEKNIS BUDIDAYA UBI CILEMBU ST1 SUMEDANG
Ubi Jalar meskipun banyak mengandung karbohidrat, oleh masyarakat kita tidak dijadikan makanan pokok seperti halnya nasi. Ubi Jalar umumnya dijadikan penganan karena rasanya yang cukup lezat. Salah satunya Ubi Cilembu yang terkenal dengan rasanya yang enak dan lezat. Karena banyak peminatnya, panganan dari ubi jalar ini pun banyak dijajakan di berbagai kota, yang terkenal adalah Ubi Bakar Cilembu.
Untuk Budidaya Ubi Cilembu Atau dikenal juga dengan Ubi Madu, cukup mudah dan tidak banyak neko-nekonya.
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas Poir) adalah salah satu tanaman yang cukup penting, sebagai makanan pokok alternatif di musim paceklik maupun makanan tambahan dalam rangka diversifikasi makanan pengganti beras atau nasi.
Ubi jalar mengandung air 64,60-79,59%, abu 0,92-0,98%., pati 17,06-28,19%, Protein 1,19-2,07%, gula 0,38-0,43%, serat kasar 2,16-5,24% dan beta karoten 17,42-51,20%.
Ubi jalar adalah salah satu komoditi yang penting dalam ketahanan pangan masyarakat sebagai bahan makanan pengganti nasi yang sangat kaya manfaat dan sehat. .
Hampir seluruh bagian ubi jalar dapat dimanfaatkan yaitu
a) Daun: sayuran, pakan ternak,
b) Batang: bahan tanam, pakan ternak,
c) Kulit ubi: pakan ternak,
d) Ubi segar: bahan makanan,
e) Tepung ubi jalar: makanan,
f) Pati ubi jalar : fermentasi, pakan ternak, asam sitrat.
Di luar negeri seperi di negara Jepang, ubi jalar telah digunakan bahan pangan dan dikatakan tidak kalah dengan makanan cepat saji mcam hamburger dan pizza. Di negara tersebut berbagai makanan berbahan baku ubi jalar banyak dijumpai di toko-toko dan restoran bertarap internasional. Untuk Ubi Jalar Cilembu ST 1, sejak lama menembus pasar Singapura, Malaysia, Korea, dan Jepang.
Ubi Cilembu ST 1, merupakan salah satu komoditi unggulan varietas ini dirilis oleh menteri pertanian RI pada Tahun 2001. Nama cilembu diambil dari nama daerah asal ubi tersebut diproduksi yaitu Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan, ST merupkan singkatan dari Sumedang Tandang, sedangkan angka 1 menunjukan bahwa di Kabupaten Sumedang memiliki varietas lokal ubi jalar lain yang memiliki keunggulan tidak jauh berbeda dengan Cilembu ST 1, namun belum di rilis oleh menteri pertanian.
Ubi ini hanya memiliki rasa dan aroma yang khas apabila di tanam di daerah Cilembu dan sekitarnya. Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) di Kecamatan Pamulihan dapat menghasilkan umbi basah 15-20 ton sedangkan di Kecamatan Rancakalong dapat menghasilkan 20- 25 ton ubi basah per hektar.
Keunggulan ubi jalar ini adalah apabila ubi yang telah disimpan lebih dari 10 hari , dimasak dengan cara dioven selama 30-90 menit (bergantung ukuran), bagian tengah umbi akan menghasilkan cairan sangat manis seperti madu. Lebih manisnya ubi jalar cilembu disebabkan kadar gula ubi cilembu lebih tinggi dari ubi jalar lain yaitu ubi mentah mencapai 11-13% dan ubi masak 19-23%, sehingga sangat digemari oleh konsumen
Kulit ubi cilembu berwarna putih kekuningan (gading) dengan bentuk umbi bulat memanjang. Ubi ini memiliki keunikan lain yaitu tidak mengakibatkan gangguan perut.
TEKNIK BUDIDAYA UBI CILEMBU
A. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
1. Persyaratan Bibit
Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Bibit berasal dari varietas Cilembu ST
Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus cenderung menurunkan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
2. Penyiapan Bibit
Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, pertumbuhannya sehat dan normal tidak terlalu subur.
Stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau 3-4 ruas, diambil dari ujung batang atau cabang dan maksimal 3 stek untuk setiap cabang atau batang bagian tanaman bibit, pemotongan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi
Setelah dipotong, bibit direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 g/L larutan selama 5 menit
Pengolahan Tanah
a) Penyiapan Lahan Tegalan
Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar
Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air.
b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi
Babat jerami sebatas permukaan tanah
Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan
Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak, kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk guludan. Ukuran guludan adalah lebar bawah 60 cm, tinggi 40 cm, lebar atas 40 cm ( untuk ukuran guludan dengan jarak antara gulud 100 cm ) sedangkan untuk jarak antar guludan 80 cm digunakan ukuran lebar bawah 50 cm, lebar atas 30 cm, tinggi guludan 30 cm
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatan guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi rata. Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal pada bulan berikutnya.
Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana penyiapan lahan sebagai berikut :
Babat jerami sebatas permukaan tanah
Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos
Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur
Biarkan tanah kering selama minimal satu minggu
Buat guludan-gululudan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.
Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehingga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan memudahkan serangan hama boleng Cylas sp.
Teknik Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau
Penanaman stek dilakukan pagi hari, setelah direndam dalam larutan fungisida, stek sebaiknya searah ( menghadap ke timur ) agar pertumbuhan tanaman menjadi searah
Stek ditanam miring pada guludan, dengan 1/2-2/3 bagian masuk ke dalam tanah. Jarak tanam 30-40 cm
Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30-40 cm.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2. Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma) yang merupakan pesaing dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual menggunakan kored dan cangkul pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), 5 MST, dan 8 MST atau dilakukan tergantung dari keadaan rumput
Tata cara penyiangan dan pembumbunan sebagai berikut:
Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar.
Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah
3. Pemupukan
Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Sebaiknya lahan dipupuk dengan pupuk organik baik pepuk kandang maupun kompos dengan dosis 10.000 - 20.000 ton/ha. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat. Sebagai acuan dosis pupuk/ha yang dianjurkan adalah :
- 100 kg N ( ± 200-250 kg Urea)
- 50 Kg P2O5 (± 100-150 kg TSP/SP-36)
- 200 kg K2O (± 300-350 kg KCL)
Pemberian pupuk dilakukan dalam larikan dengan jarak garitan 10 cm dari lubang setek sedalam 5 cm. Waktu pemupukan sebagai berikut:
- Saat tanam : Urea diberikan 1/3 takaran, SP-36, KCL diberikan seluruhnya pada saat tanam.
- Umur 6 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran
- Umur 12 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran
4. Pembalikan batang dan pucuk
Pembalikan batang dan pucuk bertujuan untuk meningkatkan hasil umbi, pembalikan dan pengangkatan batang dilakukan tiap 3 minggu sekali, sebab pada tanaman yang pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan akan menjalar sepanjang 1-1,5 m. Bila batang terus dibiarkan menjalar di atas tanah dengan segera akan tumbuh akar di ketiak-ketiak daun. Akar akan membentuk umbi-umbi kecil yang mengurangi cadangan makanan bagi umbi di batang utama. Pembalikan batang dimaksudkan untuk mematikan akar yang tumbuh pada ketiak daun.
5. Pemangkasan
Tanaman yang terlalu subur perlu dipangkasan sebab tanaman yang daunya terlalu rimbun akan mengurangi hasil umbi. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau tajam. Mengenai berapa daun yang harus dibuang tidak bisa ditentukan kapasitasnya karena sangat tergantung pada keadaan tanaman. Pemangkasan dilakukan pada sulur-sulur yang merayap dalam saluran di sela-sela bedengan. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
6. Pengairan dan Penyiraman
Meskipun ubi jalar tahan kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan air tanah yang memadai.
Seusai tanam, guludan diairi selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dibuang.
Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman berumur 1-2 bulan.
Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik pagi atau sore hari.
Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali. Hal yang penting diperhatikan dalam pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
a) Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati. Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5%, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.
b) Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur di tempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata. Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, dengan konsentrasi yang dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; (7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.
c) Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: (1) sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
B. Penyakit
a) Kudis atau Scab
Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai serta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1) pergiliran/ rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
b) Layu fusarium
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum, F. batatas. Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium.
c) Virus
Beberapa jenis virus yang menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
d) Penyakit Lain-lain
Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz. Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang, dan penggunaan pestisida selektif.
PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair. Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan. Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
2. Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:
Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.
Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan (pengumpulan) hasil.
PASCAPANEN
1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Pemilihan atau penyortiran ubi jalar dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung atau setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi berdasarkan warna kulit umbi kecacatan, ukuran umbi, bentuk serta bercak hitam/garis- garis pada daging umbi.
2. Penyimpanan
Penyimpanan ubi jalar cilembu selain ditujukan untuk mempertahankan daya simpan, juga bertujuan agar umbi lebih manis. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu dengan cara sebagai berikut:
Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3 hari.
Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup. Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen. Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-300C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90%.
Penyimpanan juga dapat dilakukan pada rak-rak atau menghindari penyimpanan umbi di lantai secara langsung atau dalam keranjang bambu dengan alas berupa abu atau pasir kering dan Penyimpanan ubi pada para-para ( rak bambu ) yang diletakan dekat dapur.
Untuk Budidaya Ubi Cilembu Atau dikenal juga dengan Ubi Madu, cukup mudah dan tidak banyak neko-nekonya.
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas Poir) adalah salah satu tanaman yang cukup penting, sebagai makanan pokok alternatif di musim paceklik maupun makanan tambahan dalam rangka diversifikasi makanan pengganti beras atau nasi.
Ubi jalar mengandung air 64,60-79,59%, abu 0,92-0,98%., pati 17,06-28,19%, Protein 1,19-2,07%, gula 0,38-0,43%, serat kasar 2,16-5,24% dan beta karoten 17,42-51,20%.
Ubi jalar adalah salah satu komoditi yang penting dalam ketahanan pangan masyarakat sebagai bahan makanan pengganti nasi yang sangat kaya manfaat dan sehat. .
Hampir seluruh bagian ubi jalar dapat dimanfaatkan yaitu
a) Daun: sayuran, pakan ternak,
b) Batang: bahan tanam, pakan ternak,
c) Kulit ubi: pakan ternak,
d) Ubi segar: bahan makanan,
e) Tepung ubi jalar: makanan,
f) Pati ubi jalar : fermentasi, pakan ternak, asam sitrat.
Di luar negeri seperi di negara Jepang, ubi jalar telah digunakan bahan pangan dan dikatakan tidak kalah dengan makanan cepat saji mcam hamburger dan pizza. Di negara tersebut berbagai makanan berbahan baku ubi jalar banyak dijumpai di toko-toko dan restoran bertarap internasional. Untuk Ubi Jalar Cilembu ST 1, sejak lama menembus pasar Singapura, Malaysia, Korea, dan Jepang.
Ubi Cilembu ST 1, merupakan salah satu komoditi unggulan varietas ini dirilis oleh menteri pertanian RI pada Tahun 2001. Nama cilembu diambil dari nama daerah asal ubi tersebut diproduksi yaitu Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan, ST merupkan singkatan dari Sumedang Tandang, sedangkan angka 1 menunjukan bahwa di Kabupaten Sumedang memiliki varietas lokal ubi jalar lain yang memiliki keunggulan tidak jauh berbeda dengan Cilembu ST 1, namun belum di rilis oleh menteri pertanian.
Ubi ini hanya memiliki rasa dan aroma yang khas apabila di tanam di daerah Cilembu dan sekitarnya. Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) di Kecamatan Pamulihan dapat menghasilkan umbi basah 15-20 ton sedangkan di Kecamatan Rancakalong dapat menghasilkan 20- 25 ton ubi basah per hektar.
Keunggulan ubi jalar ini adalah apabila ubi yang telah disimpan lebih dari 10 hari , dimasak dengan cara dioven selama 30-90 menit (bergantung ukuran), bagian tengah umbi akan menghasilkan cairan sangat manis seperti madu. Lebih manisnya ubi jalar cilembu disebabkan kadar gula ubi cilembu lebih tinggi dari ubi jalar lain yaitu ubi mentah mencapai 11-13% dan ubi masak 19-23%, sehingga sangat digemari oleh konsumen
Kulit ubi cilembu berwarna putih kekuningan (gading) dengan bentuk umbi bulat memanjang. Ubi ini memiliki keunikan lain yaitu tidak mengakibatkan gangguan perut.
TEKNIK BUDIDAYA UBI CILEMBU
A. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
1. Persyaratan Bibit
Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Bibit berasal dari varietas Cilembu ST
Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus cenderung menurunkan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
2. Penyiapan Bibit
Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, pertumbuhannya sehat dan normal tidak terlalu subur.
Stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau 3-4 ruas, diambil dari ujung batang atau cabang dan maksimal 3 stek untuk setiap cabang atau batang bagian tanaman bibit, pemotongan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi
Setelah dipotong, bibit direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 g/L larutan selama 5 menit
Pengolahan Tanah
a) Penyiapan Lahan Tegalan
Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar
Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air.
b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi
Babat jerami sebatas permukaan tanah
Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan
Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak, kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk guludan. Ukuran guludan adalah lebar bawah 60 cm, tinggi 40 cm, lebar atas 40 cm ( untuk ukuran guludan dengan jarak antara gulud 100 cm ) sedangkan untuk jarak antar guludan 80 cm digunakan ukuran lebar bawah 50 cm, lebar atas 30 cm, tinggi guludan 30 cm
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatan guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi rata. Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal pada bulan berikutnya.
Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana penyiapan lahan sebagai berikut :
Babat jerami sebatas permukaan tanah
Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos
Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur
Biarkan tanah kering selama minimal satu minggu
Buat guludan-gululudan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.
Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehingga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan memudahkan serangan hama boleng Cylas sp.
Teknik Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau
Penanaman stek dilakukan pagi hari, setelah direndam dalam larutan fungisida, stek sebaiknya searah ( menghadap ke timur ) agar pertumbuhan tanaman menjadi searah
Stek ditanam miring pada guludan, dengan 1/2-2/3 bagian masuk ke dalam tanah. Jarak tanam 30-40 cm
Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30-40 cm.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2. Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma) yang merupakan pesaing dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual menggunakan kored dan cangkul pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), 5 MST, dan 8 MST atau dilakukan tergantung dari keadaan rumput
Tata cara penyiangan dan pembumbunan sebagai berikut:
Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar.
Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah
3. Pemupukan
Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Sebaiknya lahan dipupuk dengan pupuk organik baik pepuk kandang maupun kompos dengan dosis 10.000 - 20.000 ton/ha. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat. Sebagai acuan dosis pupuk/ha yang dianjurkan adalah :
- 100 kg N ( ± 200-250 kg Urea)
- 50 Kg P2O5 (± 100-150 kg TSP/SP-36)
- 200 kg K2O (± 300-350 kg KCL)
Pemberian pupuk dilakukan dalam larikan dengan jarak garitan 10 cm dari lubang setek sedalam 5 cm. Waktu pemupukan sebagai berikut:
- Saat tanam : Urea diberikan 1/3 takaran, SP-36, KCL diberikan seluruhnya pada saat tanam.
- Umur 6 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran
- Umur 12 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran
4. Pembalikan batang dan pucuk
Pembalikan batang dan pucuk bertujuan untuk meningkatkan hasil umbi, pembalikan dan pengangkatan batang dilakukan tiap 3 minggu sekali, sebab pada tanaman yang pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan akan menjalar sepanjang 1-1,5 m. Bila batang terus dibiarkan menjalar di atas tanah dengan segera akan tumbuh akar di ketiak-ketiak daun. Akar akan membentuk umbi-umbi kecil yang mengurangi cadangan makanan bagi umbi di batang utama. Pembalikan batang dimaksudkan untuk mematikan akar yang tumbuh pada ketiak daun.
5. Pemangkasan
Tanaman yang terlalu subur perlu dipangkasan sebab tanaman yang daunya terlalu rimbun akan mengurangi hasil umbi. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau tajam. Mengenai berapa daun yang harus dibuang tidak bisa ditentukan kapasitasnya karena sangat tergantung pada keadaan tanaman. Pemangkasan dilakukan pada sulur-sulur yang merayap dalam saluran di sela-sela bedengan. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
6. Pengairan dan Penyiraman
Meskipun ubi jalar tahan kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan air tanah yang memadai.
Seusai tanam, guludan diairi selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dibuang.
Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman berumur 1-2 bulan.
Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik pagi atau sore hari.
Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali. Hal yang penting diperhatikan dalam pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
a) Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati. Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5%, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.
b) Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur di tempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata. Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, dengan konsentrasi yang dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; (7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.
c) Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: (1) sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
B. Penyakit
a) Kudis atau Scab
Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai serta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1) pergiliran/ rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
b) Layu fusarium
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum, F. batatas. Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium.
c) Virus
Beberapa jenis virus yang menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
d) Penyakit Lain-lain
Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz. Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang, dan penggunaan pestisida selektif.
PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair. Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan. Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
2. Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:
Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.
Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan (pengumpulan) hasil.
PASCAPANEN
1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Pemilihan atau penyortiran ubi jalar dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung atau setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi berdasarkan warna kulit umbi kecacatan, ukuran umbi, bentuk serta bercak hitam/garis- garis pada daging umbi.
2. Penyimpanan
Penyimpanan ubi jalar cilembu selain ditujukan untuk mempertahankan daya simpan, juga bertujuan agar umbi lebih manis. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu dengan cara sebagai berikut:
Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3 hari.
Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup. Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen. Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-300C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90%.
Penyimpanan juga dapat dilakukan pada rak-rak atau menghindari penyimpanan umbi di lantai secara langsung atau dalam keranjang bambu dengan alas berupa abu atau pasir kering dan Penyimpanan ubi pada para-para ( rak bambu ) yang diletakan dekat dapur.
SELAMAT MENCOBA BUDIDAYA UBI CILEMBU
Jumat, 03 Mei 2013
POHON PALEM CANTIK PENGHIAS RUMAH DAN TAMAN
Tanaman dari suku areacaceae alias palem-paleman ini sangat disukai oleh masyarakat sebagai pohon penghias halaman rumah. Daunnya yang cantik dan mudah perawatannya membuat tanaman ini selalu menjadi pilihan saat merancang taman. Jenisnya pun beraneka ragam dari yang kecil sampai yang besar. Ada yang cocok ditanam di dalam pot sampai penghias keindahan lingkungan dan kota.
Berikut ini beberapa jenis palem yang cocok ditanam di halaman rumah dan penghias rumah anda.
1. Palem Merah
2. Palem Ekor Tupai
Palem ekor tupai ini punya penampilandaun mirip ekor tupai yang cantik. Palem ini sangat digemari dan banyak dicari penggemar tanaman hias. Bentuknya yang menjulang tinggi mampu meneduhkan rumah bila ditanam berderet. Dari berbagai jenis tanaman palem, jenis palem ekor tupai paling sulit ditemukan, sehingga harganya cukup mahal. Palem Ekor Tupai punya nama ilmiah Wodyetia bifurcata ini oleh sebagian orang diyakini mampu mendatangkan berkah dan kebijakan.
3. Palem Botol
Pelem ini nama ilmiahnya adalah Hyophorbe lagenicaulis, dikenal umum sebagai palem botol, Bottle Palm or Palmiste Gargoulette, adalah anggota palem yang biasa ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Asalnya dari Mauritius, tepatnya di Round Island.
4. Palem Putri
Palem putri memiliki bentuk tubuh seperti palem raja hanya saja lebih kecil (sehingga disebut palem putri). Palem ini menunjukkan kecantikkannya ketika sudah memiliki buah layaknya putri raja memerkan perhiasannya.
5. Palem Raja
Palem Raja aslinya berasal dari daerah Karibia dan Amerika tropika. Nama ilmiahnya adalah Roystonea reria, untuk menghormati seorang insinyur yang bekerja di kemiliteran AS, Roy Stone. Karena pohonnya yang besar palem ini banyak ditanam di pinggir jalan atau di taman-taman kota, atau taman rumah dan kantor yang punya lahan luas.
6. Palem Kuning
Mungkin Palem Kuning adalah tanaman hias yang paling banyak dipeliharan oleh masyarakat kita, biasanya ditanam dalam pot. Palem Kuning ini berasal dari Madagaskar namun di tempat asalnya sekarang terancam.Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga mencapai 6 meter, meskipun biasanya di pekarangan hanya setinggi 3m karena alasan keindahan. Seperti palem lainnya, daun tersusun majemuk, menyirip. Warna helai daun hijau terang, cenderung kekuningan (sehingga disebut palem kuning). Daun ini memiliki pelepah daun yang cukup panjang dan menutupi batang yang beruas-ruas. Jumlah anak daun sekitar 80 hingga 100 lembar.
Berikut ini beberapa jenis palem yang cocok ditanam di halaman rumah dan penghias rumah anda.
1. Palem Merah
Palem Merah (Cyrtostachys renda) ini sangat cantik dan keunikan utamanya pada pelepah yang berwarna merah menyala. Pelem merah adalah flora maskot provinsi Jambi. Dinamakan sering juga disebut dengan Pinang Lipstik. Karena banyak diburu, Palem ini pun termasuk salah
satu dari 14 jenis palem yang dilindungi di Indonesia. Nama lain dalam bahasa inggris adalah Lipstick Palm, Scarlet Palm, Sealing Wax Palm, Red Palm, dan Sumatra Wax Palm.
Palem merah ini pohonnya tidak terlalu besar dan tumbuh bergerombol, sangat cocok ditanama bila lahan untuk taman rumah anda agak sempit.2. Palem Ekor Tupai
Palem ekor tupai ini punya penampilandaun mirip ekor tupai yang cantik. Palem ini sangat digemari dan banyak dicari penggemar tanaman hias. Bentuknya yang menjulang tinggi mampu meneduhkan rumah bila ditanam berderet. Dari berbagai jenis tanaman palem, jenis palem ekor tupai paling sulit ditemukan, sehingga harganya cukup mahal. Palem Ekor Tupai punya nama ilmiah Wodyetia bifurcata ini oleh sebagian orang diyakini mampu mendatangkan berkah dan kebijakan.
3. Palem Botol
Pelem ini nama ilmiahnya adalah Hyophorbe lagenicaulis, dikenal umum sebagai palem botol, Bottle Palm or Palmiste Gargoulette, adalah anggota palem yang biasa ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Asalnya dari Mauritius, tepatnya di Round Island.
4. Palem Putri
Palem putri memiliki bentuk tubuh seperti palem raja hanya saja lebih kecil (sehingga disebut palem putri). Palem ini menunjukkan kecantikkannya ketika sudah memiliki buah layaknya putri raja memerkan perhiasannya.
5. Palem Raja
Palem Raja aslinya berasal dari daerah Karibia dan Amerika tropika. Nama ilmiahnya adalah Roystonea reria, untuk menghormati seorang insinyur yang bekerja di kemiliteran AS, Roy Stone. Karena pohonnya yang besar palem ini banyak ditanam di pinggir jalan atau di taman-taman kota, atau taman rumah dan kantor yang punya lahan luas.
6. Palem Kuning
Mungkin Palem Kuning adalah tanaman hias yang paling banyak dipeliharan oleh masyarakat kita, biasanya ditanam dalam pot. Palem Kuning ini berasal dari Madagaskar namun di tempat asalnya sekarang terancam.Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga mencapai 6 meter, meskipun biasanya di pekarangan hanya setinggi 3m karena alasan keindahan. Seperti palem lainnya, daun tersusun majemuk, menyirip. Warna helai daun hijau terang, cenderung kekuningan (sehingga disebut palem kuning). Daun ini memiliki pelepah daun yang cukup panjang dan menutupi batang yang beruas-ruas. Jumlah anak daun sekitar 80 hingga 100 lembar.
Langganan:
Postingan (Atom)