Biji dan minyak wijen sudah sangat akrab dengan kita dan secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat kita dalam olahan makanan salah satunya yang terkenal adalah jajanan pasar onde-onde yang dikulitnya dibalut denga biji wijen. Minyak wijen dikenal mampu mengikat kolesterol sehingga aman buat penderita kolesterol tinggi. Meski sudah dikenal di Indonesia namun hanya beberapa daerah saja yang telah membudidayakan wijen secara komersial. Secara alami wijen tumbuh baik di daerah tropis macam di negara kita. Di supermarket minyak wijen disebut sebagai sesame oil.
Wijen yang nama ilmiahnya adalah
Sesamum indicum L. diduga berasal dari benua
afrika, tepatnya dari negara Ethiopia. Tanaman wijen memiliki kandungan protein
yang tinggi dan telah diidentifikasi seyidaknya ada 24 jenis tanaman wijen yang bisa dimanfaatkan.
Habitus dari wijen adalah sebagai berikut :
Batang tegak, berkayu
bertekuk empat, kebanyakan bercabang, susunan daun bawah, tengan dan
atas antara spesies yang satu dan lainnya berbeda. Tinggi tanaman 0,5
hingga 25 meter, umur tanaman 2,5 sampai 5 bulan tergantung varietas dan
kondisi tempat. Bunga muncul dari ketiak daun 1 sampai 3 kuntum per
ketiak, warna putih dan ungu dan berbentuk seperti terompet. Penyerbukan
biasanya terjadi dibantu oleh serangga dan kadang-kadang dibantu oleh
angin. Buah memiliki panjang 2 sampai 3 cm dengan diameter 0,5 sampai 1
cm terdiri dari 4,6 dan 8 lokus(kotak) memanjang. Tiap lokus mengandung
50 hingga 125 biji per polong.
SYARAT TUMBUH
Iklim
Tanaman wijen dapat tumbuh didaerah tropika dan subtropika 35 drajat
LU dan 45 drajat LS dengan Ketinggian 1-1.200 meter diatas permukaan
laut. Sensitif terhadap suhu rendah, curah hujan yang tinggi, dan cuaca
mendung terutama saat pembungaan. Suhu optimal 25 derajat-30 derajat C
dengan cahaya penuh. Curah hujan 300-1000 mm, toleran terhadap
kekeringan, tetapi tidak tahan tergenang wijen dapat tumbuh optimal
dengan pada wilayah kering dengan 3 bulan basa.
Wijen termasuk tanaman hari pendek, sektar 7 jam per hari. Makin
panjang hari, panen akan semakin cepat. Namun sudah banyak varietas yang
dapat menyesuaikan diri di berbagai daerah yang bervariasi panjang
harinya.( Soenardi.2005)
Komoditas ini kurang tahan ternaung, sehngga perlu dipikirkan bila
bertanam secara campuran dengan tanaman lain. Terutama yang lebih cepat
tumbuh dan tinggi daripada tanaman wijen. Meski pun demikian, tanaman
ini dapat ditumpangsarikan dengan tanaman semusim lain.( Soenardi.2005)
Tanah
Tumbuh baik dan berhasil pada semua jenis tanah, tetapi yang terbaik
pada tanah lempung berpasir yang subur dengan pH 5,5-8,0. Tanah dangkal
dan tanah garaman kurang sesuai. Selain itu, wijen menghendaki drainase
baik, karena wijen tidak tahan tergenag. Oleh karena itu, pada tanah
berat saluran drainase seringkali diperlukan agar kelebihan air dapat
segera dibuang.( Soenardi.2005)
TEKNIK BUDIDAYA
Pembenihan
Tanaman wijen berkembang biak secara generatif, yaitu dengan biji.
Untuk memperoleh hasil yang tinggi, biji yang akan dijadikan benih harus
berkualitas baik dan berasal dari varietas unggul. Biji yag baik untuk
digunakan sebagai benih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut,
1. berasal dari tanaman yang baik pertumbuhannya, berbatang atau berbyah banyak.
2. berasal dari buah yang sehat , tidak terserang hama atau penyakit.
3. bebas dari segala kotoran
4. utuh, tidak cacat atau luka. Biji yang cacat pada umumnya sulit tumbuh. Jika dapat tumbuh, biasanya mutu bibit jelek.
5. tidak keriput. Untuk memisahkan biji yang keriput, biji direndam
dalam air. Biji-biji yang tenggelam adalah biji yang baik,sedangkan biji
yang mengambang adalah biji yang keriput.
6. tidak tercampur dengan varietas yang lain,Macam varietas yang
digunakan perlu disesuiakan dengan tujuan pertanaman dan ketersediaan
air. Mengingat masing-masing mempunyai kanopi dan umur yang berbeda.
Bila jangka waktu ketersediaan air cukup panjang dapat dibudidayakan
varietas dalam.
7. Benih diambil dari areal pertanaman yang seragam, sehat dengan
daya kecambah lebih dari 80%. Kebutuhan benih untuk pertanaman
monokultur sekitar 3-8 kg/ha, tergantung jarak tanam. Umur tanaman
berkisar antara 75-150 hari
Pengadaan benih dapat dilakukan sendiri atau dengan cara membeli.
Pengadaan benih sendiri dilakukan dengan memilih tanaman yang sehat dan
berbuah banyak, kemuadian dipotong dan dipisahkan dengan tanaman
lain(dari panenan keseluruhan). Selanjutnya, biji dibersihkan dan
dijemur. Jika telah mengering, biji dimasukkan ke dalam botol atau
kaleng, bagian atas dilapisi dengan abu agak tebal, dan ditutup. Wadah
juga dapat berupa kantong plastik, asalkan dapat ditutup rapat.Pengadaan
benih juga dapat dilakukan dengan cara membeli di toko-toko pertanian.
Sebaiknya dipilih yang bersertifikat, yang lebih terjamin kualitasnya.(
Anonymous.2012)
Penanaman Wijen di Lahan Kering/Tegalan
Wijen dapat ditanam atau dibudidayakan di tanah kering atau tanah
tegalan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam budidaya wijen
secara intensif di lahan kering atau tegalan adalah pengolahan tanah,
penentuan saat tanam, dan penanaman.
I. Pengolahan Tanah
Lahan atau kebun untuk menanam wijen perlu dipersiapkan dengan baik
agar tanaman dapat tumbuh baik dan bereproduksi tinggi. Tanah untuk
menanam wijen harus gembur, memiliki drainase (pembuangan air ) yang
baik, memiliki bahan organik cukup, dan steril (bebas patogen). Untuk
mendapatkan media tanamyang baik, tanah perlu diolah secara intensif.
Pengolahan tanah yang kurang baik dapat menghambat pertumbuhan tanaman
dan pembentukan hasil. Persiapan tanah yang baik dlakukan selama sekitar
60 hari.
Sebelum diolah, tanah diberokan selama 30 hari. Pengolahan tanah
tahap pertama adalah membajak tanah dengan traktor atau dengan bajak
yang ditarik oleh sapi atau kerbau, bertujuan untuk embalik tanah bagian
dalam(lapisan bawah) agar terangkat ke permukaan. Tanah dibajak sedalam
40-60 cm, kemudian dibiarkan selama tujuh hari agar
terangin-anginkandan terkena panas matahari. Dengan demikian, tanah akan
mengalami desinfeksi secara alami karena akan terjadi proses oksidasi
gas-gas beracun(asam sulfida) dan patogen (penyebab penyakit) akan mati,
terutama golongan cendawan(jamur).
Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan satu minggu kemudian. Pada
tahap ini bongkahan-bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan
digemburkan dengan cara dicangkul tipis-tipis hingga tanah hancur dan
menjadi remah(gembur), kemudian diratakan. Selanjutnya, tanah dibiarkan
lagi selama tujuh hari agar terangin-anginkan dan terkena sinar matahri
kembali.
Pengolahan tanah tahap ketiga dilakuakn seminggu barikutnya, tanah
dicangkul atau dibajak unutk membalik kembali tanah yang berada di
lapisan dalam(bawah). Pada tahap ini sekaligus dapat dilakuakn
pemupukan dasar dan pengapuran (bila perlu). Pemupukan dasar dilakukan
dengan menggunakan pupuk kandang yang telah matang agar tidak menghambat
pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang yang belum matang masih mengeluarkan
eneegi panas sampai 75 derajat celcius akibat proses penguraian dan
pembusukan masih berlangsung, sehingga dapat menyebabkan kematian
tanaman. Di samping itu, pupuk kandang yang belum matang biasanya masih
mengandung bibit-bibit penyakit.
Kematangan pupuk kandang terlihat dari struktur dan tingkat
kebasahannya. Pupuk kandang yang telah matang memiliki struktur yang
remah dan tidak basah namun juga tidak terlalu kering. Pupuk kandang
sangat baik digunakan sebagai pupuk dasar karena dapat berfungsi untuk
memperbaiki struktur tanah (memperbaiki daya ikat tanah), memperkaya
bahan organik tanah, dan dapat menahan air tanah.
Dosis pemberian pupuk kandang adalah 15-20 ton/ha. Setelah pemberian
pupuk kandang tanah dibiarkan selama tujuh hari agar terjadi reaksi
antara tanah, pupuk kandang, dan kapur. Satu mnggu kemudian dilakukan
pengolahan tanah lagi. Tanah dicangkul secara ringan, sekaligus
dilakukan pembentukan bedengan-bedengan dan parit-parit.
Pemupukan dasar juga dapat menggunakan pupuk organik Super TW plus
sebanyak 3,5 ton/ha atau Harmony BS-1 dan harmony P-1 dengan dosis 8
liter/ha. Pupuk Harmony BS-1 dan Harmony P-1 dilarutkan ke dalam 4.000
liter air,kemudian disiramkan pada bedengan.
Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi 40 cm, dan panjang 10 m
atau disesuaikan dengan kondisi lahan; sedangkan parit dibuat dengan
lebar 40 cm dan kedalaman 40 cm-50 cm. Bedengan harus membujur ke arah
timur barat agar cahaya matahari dapat diterima oleh seluruh tanaman
secara merata. Di sekililing bedengan dibuat saluran pembuangan air,
berukuran lebar 60 cm dan kedalaman 60 cm. Karena di lahan
kering/tegalan pada umunya tidak memiliki irigasi teknis maka pembuatan
parit lebih ditujukan untuk menanggulangi banjir atau genangan air pada
saat hujan.
Setelah pembuatan bedengan dan parit, tanah dibiarkan lagi selama
satu minggu, kemudian digemburkan dengan dicangkul tipis-tipis.
Selanjutnya, tanah telah siap untuk ditanami.
Pengolahan tanah secara intensif akan menciptakan media tanam yang
baik karena akan meningkatkan peredaran udara (oksigen) dalam tanah,
tata air, penguraian bahan organik tanah, dan aktifitas biologis tanah
yanag menguraikan bahan organik tanah menjadi bahan yang tersedia bagi
tanaman. Pengolahan tanah secara intensif juga dapat menghilangkan
gas-gas beracun dala tanah, memberantas gulma, memelihara kesuburan
tanah, dana memudahkan pemeliharaan tanaman di kebun.
II. Pengapuran Tanah
Pengapuran tanah dilakukan jika nilai keasaman (pH) tanah kurang dari
5,5. Kegiatan ini dilakukan dua minggu sebelum tanam, mengingat pada
umumnya akar tanaman tidak tahan terhadap pengapuran secara langsung
setelah penanaman.
Sebelum dilakukan pengapuran, dilakukan pengukuran pH tanah terlebih
dahulu. Adapun cara pengukuran pH tanah adalah sebagai berikut.
a. dambil sampel tanah secara acak dan merata pada petak kebun.
b. semua sampel tanah yang telah diambil dicampur hingga merat, kemudian diambil sampel lagi kira-kira satu cangkul.
c. sampel disukkan ke dalam ember yang berisi air dan dibarkan hingga mengendap.
d. air Dipisahkan dari endapan tanah ke dalam ember lain dan diukur
pHnya dengan menggunakan kertas lakmus atau pH meter. Nilai pH tersebut
menunjukkan derajat keasaman tanah atau pH tanah.
(Anonymous.2012)
Penanaman Wijen di Lahan Basah/Sawah
Tanaman wijen juga dapat ditanam di lahan basah atau sawah. Persiapan
yang perlu dilakukan sama dengan penanaman yang dilakukan di lahan
kering atau tegalan, yaitu meliputi pengolahan tanah, penentuan saat
tanam, dan penanaman.
I. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah bekas penanaman padi dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. mula-mula, dilakuakn pengatusan atau pengeringan lahan terlebih
dahulu, dengan membuat parit mengelilingi lahan untuk mengeluarkan air
dari lahan tersebut.
b. dilakukan pengolahan tanah. Tanah dibajak sedalam 40-60 cm dengan
menggunakan traktr atau alat bajak yan ditarik sapi atau kerbau ataupun
cangkul.
c. tanah dibiarkan selama satu minggu untuk membunuh kuman-kuman
penyakit yang adadi dalamnya dan agar terjadi proses oksidasi gas-gas
beracun (penguapan gas-gas beracun dalam tanah).
d. dilakuakan pengolahan tanah tahap kedua, yakni penyisihan tanah
untuk memecah dan menghaluskan gumpalan-gumpalan tanah hasil pembajakan.
Tanah dicangkul tipis-tipis hingga memperoleh struktur tanah yang
gembur dan halus, sekaligus diratakan.
e. tanah dibiarkan lagi selama satu minggu terangin-anginkan dan
terkena sinar matahari. Pada tahap ini juga dapat dilakukan pengapuran
tanah, terutam bila nilai pH tanah kurang dari 5,5.
f. tanah digemburkan lagi dengan cangkul sedalam 40 cm, sekaligus
dilakukan pembentukan bedengan dan parit-parit. Bedengan dibuat
membujur dari timur ke barat, berukuran lebar 120 cm, tinggi 40 cm, dan
panjang 10 m atau disesuaikan dengan kondisi lahan. Jika penanaman wijen
dilakukan pada musim hujan, bedengan dibuat lebih tinggi,
g. penyiangan dan pembumbunan
Lingkungan yang bersih dari tumbuhan lain, misalnya gulma atau
rerumputan, akan lebih menjamin pertumbuhan tanaman. Tumbuhan lain dapat
mengganggu kehidupan dan pertumbuhan tanaman pokok (wijen) karena
merupakan pesaing dalam penggunaan
zat-zat
(Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)
Pola Tanam
Tanaman wijen dapat ditanam pada lahan sawah maupun lahan kering.
Pada lahan sawah umumnya ditanam pada musim kemarau. Oleh karena itu
pada awal pertumbuhannya membutuhkan pengairan yang cukup sampai
dengan pengisian polong (umur 60-70 hari), tetapi pengairan tersebut
tidak boleh sampai menggenang. Di lahan kering wijen umumnya ditanam
pada musim penghujan. Tanaman wijen selain ditanam monokultur juga
dapat ditumpangsarikan dengan tanaman semusim lain seperti padi gogo,
jagung, kacang-kacangan, jarak, dll. Adanya tanaman wijen dalam pola
tanam juga bermanfaat untuk menekan nematoda.( Mardjono, R. dan
Suprijono, 2005)
Penanaman
Jarak tanam bervariasi (10-25) cm x (30-75) cm, tergantung dari
varietas tanaman. Varietas genjah lebih rapat dibanding varietas dalam,
begitu pula semakin sedikit percabangannya ditanam semakin rapat.
Penanaman dengan tugal sedalam 2-4 cm, tiap lubang tanam diisi 5 biji,
bila disebar keperluan benih dapat mencapai 4 kali lipat. Untuk
memudahkan penanaman biji dicampur dengan abu atau pasir halus.(
Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)
Pemupukan
Dosis pupuk 100 kg Urea per hektar. Sepertiga dosis diberikan
bersamaan dengan tanam, sisanya diberikan pada umur 4-5 minggu setelah
tanam. Pemberian dapat dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5-7,5 cm
dengan jarak 5 cm dari lubang tanam. Pupuk Urea yang telah diletakkan
dalam lubang harus ditutup. Pupuk P dan K dapat ditambahkan bila daerah
tersebut diketahui memerlukan hara tersebut.( Mardjono, R. dan
Suprijono, 2005)
Pemeliharan
Penyulaman dilakukan 6 hari setelah tanam. Tanaman wijen mudah hidup
bila dipindah, sehingga memungkinkan menggunakan bahan tanaman untuk
menyulam dari lubang tanam lain yang tumbuh lebih dari dua tanaman.
Untuk sistem ini sebaiknya penyulaman dilaksanakan 15-20 HST.
Penjarangan dilakukan 15-20 HST, sehingga tinggal 2 tanaman per lubang
tanam. Penyiangan dilakukan bila gulma telah mengganggu dan diupayakan
sampai dengan umur 40 HST bebas dari gangguan gulma. Sambil menyiang
tanaman dibumbun. Diupayakan agar pertananam tidak tergenag walaupun
sehabis hujan, berarti drainase harus baik.( Mardjono, R. dan Suprijono,
2005)
Pengendalian Hama dan Penyakit
Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupan salah satu kendala
yang cukup pelik dalam usaha pertanian. Ibarat dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan, setiap ada tanaman yang tumbuh, hama dan
penyakit selalu menyertainya. Keberadaan hama dan penyakit merupakan
faktor yang menghambat pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil.
Serangannya pada tanaman dapat datang secara mendadak dan dapat bersifat
ekplosif (meluas) sehingga dalam waktu yang relatif singkat sering kali
dapat mematikan seluruh tanaman dan menggagalkan panen.
Pemberantasan hama dan penyakit secara total tidak mungkin dapat
dilakukan karena perkembangannya yang sangat cepat dan sulit dikontrol.
Namun, dengan pengamatan yang baik di lapangan sejak awal penanaman
sampai panen, serangan hama dan penyakit dapat ditekan.
Hama adalah binatang yang dianggap dapat mengganggu atau merusak
tanaman dengan memakan bagian tanaman yang disukainya. Misalnya;
serangga (insekta), cacing (neatoda), binatang menyusui, dan lain-lain.
Penyakit yang menyerang tanaman bukan disebabkan oleh binatang,
melainkan oleh makhuk mikroskopis, misalnya bakteri, virus,
cendawan(jamur), dan lain-lain.
Hama dan penyakit dapat menyerang tanaman pada bagian-bagian
tertentu, misalnya daun, akar, batang, buah (polong), dan biji.
Kerugian-kerugian akibat serangan yang ditimbulkan antara lain adalah
sebagai berikut.
1. tanaman dapat mengalami gangguan fisiologis sehingga mengalami hambatan pertumbuhan.
2. menurunkan hasil (biji wijen), baik dalam hal kuantitas (bobot per
satuan luas) maupun kualitas (mutu). Hal ini disebabkan oleh kematian
bunga, pembusukan buah, pembentukan daun, dan sebagainya yang
menyebabkan pembentukan bunga dan buah terhambat, serta banyak tanaman
yang mati.
3. dapat menimbulkan infeksi sekunder sehingga menimbulkan kerusakan yang lebih parah
4. biaya produksi menjadi lebih besar karena harus mengeluarkan biaya untuk obat-obatan dan tenaga kerja untuk penangannya
Untuk menekan kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama dan
penyakit hingga sekecil mungkin, perlu diupayakan pengendalian atau
pemberantasan yang tepat. Untuk mengetahui secara tepat hama dan
penyakit yang menyerang tanaman diperlukan kecermatan dan ketelitian
dalam menganalisis gejala yang nampak. Setiap jenis hama atau penyakit
yang menyerang tanaman akan menunjukkan gejala yang berbeda-beda dan
spesifik. Dengan mempelajari gejala-gejala tersebut secara baik, dapat
ditemukan secara tepat penyebab kerusakan tanaman. Dengan demikian,
pengendalian dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan sasaran. Oleh
karena itu, diperlukan pengetahuan yang luas tentang hama dan penyakit
yang menyerang tanaman wijen serta gejala-gejalanya, dan obat-obatan
yang efektif digunakan.
Kegiatan perlindungan tanaman tidak bertujuan untuk meningkatkan
hasil seperti kegiatan pemupukan, pengairan, dan lain-lain, melainkan
untuk mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama atau penyakit
hingga sekecil mungkin. Perlindungan tanaman dapat dilakukan secara
preventif dan kuratif.
Pengendalian secara preventif merupakan tindakan pencegahan yang
dilakukan sebelum tanaman terinfeksi atau terserang hama dan penyakit.
Pengendalian secara preventif dilakukan dengan menanam jenis atau
varietas tanaman yang tahan atau resisten terhadap serangan beberapa
hama atau penyakit, pergiliran tanaman, penanaman menurut musim,
pengolahan tanah, secara baik, sistem tumpang sari, dan penyemprotan
pestisida secara berkala dan teratur. Pengendalian secara preventif
sangat dianjurkankarena lebih mudah, murah dan aman.( Ibrahim, N.,
Soerjono, Subaidah. 1994)
Panen dan pasca panen
Panen yang tepat dilakukan bila 2/3 dari polong buah sudah berwarna
hijau kekuningan. Penguningan dimulai dari polong-polong yang
berkedudukan di bawah. Bila terlambat polong akan pecah, bila jatuh dan
tidak lagi dapat diambil. Pemanenan yang dilakukan saat polng mulai
pecah, sebaiknya menggunakan sabit bergerigi, pelan-pelan batang
dipegang dan dipotong 10-15 cm di bawah kedudukan buah. Posisi batang
masih tetap tegak, kemudian dibalik agar biji dalam polong yang sudah
pecah jatuh ke tempat yang sudah dipersiapkan. Pada kondisi yang sangat
panas dan kering proses penuaan kadang-kadang tidak begitu jelas.
Polong-polong yang berwarna hijau langsung cokelat, kering, dan pecah.
Batang wijen sebagai hasil panen diikat, masing-masing ikatan bergaris
tengah sekitar 10-15 cm, kemudian dijemur dalam kedudukan berdiri.
Dibawah tempat penjemuran diletakan tikar/tempat menampung biji wijen
agar biji yang jatuh muda dikumpulkan. Bila lantai jemur ini dari
plester, tidak lagi diperlukan tempat menampung.jika Nampak
polong-polong sudah pecah, ikatan batang wijen dibalik yaitu ujungnya
terletak dibawah sehingga biji keluar. Untuk mendorong biji keluar,
batang dipukul-pukul dengan tongkat dab kalau belum semua biji dapat
keluar, ikatan batang tadi dijemur ulang dengan kedudukan berdiri
seperti semula dan biji dikeluarkan lagi sampai habis. Biji yang sudah
keluar dari polong umumnya dijemur selama 1 hari penuh agar kandungan
kadar air kurang dari 7 %
.
(sumber : Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)