Tampilkan postingan dengan label Rempah-Rempah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rempah-Rempah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Januari 2015

UNTUNG BESAR DARI BUDIDAYA LADA ATAU MERICA PERDU

Lada atau Merica dari jaman dahulu sudah dibudidayakan masyarakat kita, dan gara-gara rempah-rempah ini penjajah berusaha menguasai negeri kita.  Sampai saat ini Merica atau Lada masih sangat stabil haraganya, dan bertanam lada atau merica masih sangat menjanjikan. Banyak orang enggan menanam merica karena harus membuat tegakan atau rambatan tanaman merica, bahkan ada membuat rambatan merica yang dicor dari semen. 
Dengan semakin berkembangnya teknologi dalam bidang pertanian, kini jika anda mau bertanam merica tidak perlu membuat rambatan karena sudah ada yang namanya Lada Perdu.  Lada perdu ini sebenarnya berasal dari Lada Panjat namun diberikan dengan perlakuan khusus pada waktu pembibitan sehingga tanaman tidak akan menjalar atau memanjat panjang.
Tanaman lada perdu ini lebih efisien dalam biaya produksi dan memiliki produktivitas hasil panen yang lebih besar. Hal ini disebabkan lada perdu tidak membutuhkan media rambatan atau tegakan dalam penanamannya. Lada perdu juga memiliki keunggulan dalam perawatan dan pemanenan yang lebih mudah, karena tanaman ini tumbuh layaknya tanaman jenis perdu lainnya.Disamping itu Lada perdu juga punya sisi unggul yaitu :

Bibit mudah didapat dari Stek.
Pembibitan lada perdu diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif (setek) cabang buah tanaman lada. Bahan tanaman yang dipilih tersebut sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Bahan tanaman bisa diambil dari cabang utama yang memiliki 3 – 4 daun . Batang setek yang disiapkan, untuk bagian sulur panjatnya harus dibuang agar tidak kembali menjadi bibit lada panjat / rambat. Setek juga bisa diambil dari cabang tanaman yang sudah berbuah, dengan memotong pada bagian pangkal batangnya.
Pembibitan dapat dilakukan dengan menggunakan media tanam polibag, untuk memaksimalkan hasil sebaiknya digunakan kerubung atau tutup dengan menggunakan plastik. Sebelum ditanam, bagian setek pada pangkal yang sudah dipotong rata bisa direndam semalaman dengan air kelapa yang dicampur dengan air biasa dengan perbandingan 1 : 4. Perendaman dengan larutan air kelapa dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan dari batang setek. Lama pendederan adalah 6 – 9 bulan, selama pendederan di polibag bunga atau buah yang terbentuk harus dipotong atau dibuang. Setelah lebih dari 6 bulan dan bibit dianggap sudah jadi, tutup atau kerubung plastik bisa dibuka dan bibit lada perdu siap ditanam.
Biaya penanaman dan perawatan sangat Murah
Lada perdu tidak membutuhkan rambatan atau tiang panjat dalam pertumbuhannya, karena itu petani tidak perlu menyiapkan tegakan, sehingga lebih hemat biaya tanam. Petani cukup menyiapkan lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 cm dengan jarak tanam 1,5 M antara lubang satu dan lubang lainnya. Petani bisa menggunakan pupuk kandang untuk memperkaya unsur hara tanah dalam lubang tanam sebagai tahap awal sebelum bibit lada ditanam.
Lada perdu memiliki keunggulan cepat berbuah, sehingga bisa berproduksi lebih awal dalam umur 2 tahun. Dan karena tanaman yang bersifat perdu, maka penyiraman dan perwatan lainnya pun akan lebih mudah. Bahkan beberapa petani menanam lada perdu dalam media polibag, dengan menggunakan plastik atau wadah lainnya yang berukuran besar. Dengan cara ini, tanaman lada bisa dengan mudah dipindah dan bisa dimanfaatkan sebagai tanaman pekarangan atau halaman rumah.
Pemanfaatan lahan yang lebih maksimal
Penanaman lada perdu yang tidak membutuhkan media rambatan atau tegakan. Membuat lada perdu bisa ditanam dengan jumlah yang lebih banyak pada lahan. Dengan jarak tanam 1,5 M antara tanaman satu dan lainnya, maka lahan sempit pun akan bisa dimanfaatkan dengan lebih efisien. Lada perdu bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain, asalkan tanaman lainnya tidak menutup secara langsung cahaya matahari. Sehingga lada perdu tetap bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pemanenan yang lebih mudah
Jika para petani lada mengalami kesulitan pemanenan pada tanaman lada karena harus memanjat atau menggunakan alat bantu untuk mencapai buahnya. Hal ini tidak berlaku pada proses pemanenan lada perdu, karena lada perdu tidak tumbuh tinggi, sehingga pemanenan bisa dilakukan dengan mudah. Petani budidaya lada perlu tidak lagi direpotkan dengan proses pemanenan dan tidak perlu mengeluarkan biaya panen yang besar.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, petani bisa menunda masa panen. Caranya adalah dengan membuang bunga atau buah yang terbentuk pada awal penanaman. Dengan cara ini maka tanaman akan berkembang dengan lebih maksimal. Semakin berkembangnya tanaman, maka hasil panen yang dihasilkan pun akan semakin banyak dan terus bertambah setiap tahunnya.

Dari sisi dapat dimpulkan bahwa Keuntungan dari budidaya lada perdu adalah :
  1. Bibit tanaman mudah tersedia
  2. Tidak memerlukan tiang rambatan
  3. Populasi tanaman per satuan luas lahan lebih banyak
  4. Berumur genjah (mampu berproduksi setelah usia tanam 1 tahun)
  5. Pemeliharaan dan penen lebih mudah
  6. Pemanenan tidak memerlukan tangga
  7. Tidak memerlukan pemangkasan dan pengikatan sulur
  8. Dapat ditanam sebagai tanaman sela
  9. Memiliki nilai estetika jika ditanam di pekarangan atau di dalam pot
  10. Bermanfaat bagi kegiatan penelitian, misal untuk persilangan atau hibridisasi
  11. Dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan
  12. Risiko kematian tanaman akibat cekaman kekeringan relatif lebih kecil dibandingkan penanaman secara monokultur (tanpa naungan).
  13. Mampu memberikan nilai tambah yang cukup signifikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sub-balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat menunjukkan bahwa lada perdu dapat menghasilkan produksi rata-rata 200 g/pohon pada umur dua tahun, dan 500 g/pohon pada umur 3 tahun.
Jika lada perdu ditanam dengan jarak tanam 1 x 2 m maka lahan seluas 1 hektar dapat ditanami sampai ±4500 pohon. Dengan jumlah tanaman sebanyak ini, jika produksi lada mencapai 900kg maka dengan harga Rp. 30.000,- /kg pemasukkan yang didapat pada dua tahun pertama adalah Rp. 27.000.000,-
Pendapatan akan meningkat pada tahun ke tiga dimana produksi dapat mencapai 2.250kg atau setara dengan pendapatan Rp. 67.500.000,-.Jika kita memiliki lahan atau dak atap rumah seluas 100m2 maka kita dapat memiliki sampai 750 polybag lada yang akan memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp. 4.500.000,-  pada tahun ke dua dan Rp. 6.750.000,- mulai tahun ke tiga.

CARA BUDIDAYA LADA
Syarat  Pertumbuhan

 Iklim
– Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
– Suhu udara 200C – 34 0C.
– Kelembaban udara 50% – 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% – 80% RH.
– Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

Jenis tanah :
- Laterit merah, Latosol coklat muda sampai coklat tua.
– Tanah lempung yang mengandung pasir 20 – 45 % (clay loam).
– Tanah lempung merah mengandung pasir

Media Tanam
– Subur dan kaya bahan organic
– Tidak tergenang atau terlalu kering
– pH tanah 5,5-7,0
– Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
– Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
– Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
– Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

Pedoman Teknis Budidaya
Pembibitan
– Terjamin kemurnian jenis bibitnya
– Berasal dari pohon induk yang sehat
– Bebas dari hama dan penyakit
– Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)
Pengolahan Media Tanam
a.     Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.
Dosis kapur pertanian :
– Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
– Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
– Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
– Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.
c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah
Teknik Penanaman
– Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m).Tetapi juga
bisa ditanam dengan tanaman lain.
– Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x  15 cm dan kedalaman 50 cm.
– Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
– Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
– Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.
– Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur Pupuk Organik.
– Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah  dicampur pupuk dasar :
– NPK 20 gram/tanaman
– Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.
– Segera setelah ditutup, disiram Pupuk Organik :
– Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
– Alternatif 2 : 1 botol Pupuk Organik diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
– Pemberian Pupuk Organik  selanjutnya dapat diberikan setiap 3 – 4 bulan sekali.
Pemeliharaan Tanaman
2.4.1.Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
2.4.2.  Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit. Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif.Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.
2.4.3. Pemupukan Susulan
Penyemprotan POC (4-5 tutup) atau POC (3- 4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 – 4 minggu sekali.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :
Umur
(bln)
Pupuk makro (gram/pohon)
Urea SP 36 KCl
3-4 35 15 20
4-5 35 20 25
5-6 35 25 30
6-17 35 30 35
2.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.
2.4.5. Pemberian Mulsa
Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.
2.4.6. Penggunaan Anjang – Anjang
Sebaiknya gunakan anjang2 mati dari bahan kayu. Pangkal Anjang2 diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi Anjang2.     Panjang Anjang   1 – 1,5 m.

Hama dan Penyakit

Hama
a.  Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTISIDA.

Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTISIDA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.

Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.

Penyakit
a.     Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
b.     Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Panen
Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
 Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan

Rabu, 16 Juli 2014

CARA BUDIDAYA WIJEN DI LAHAN KERING DAN BASAH

Biji dan minyak wijen sudah sangat akrab dengan kita dan secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat kita dalam olahan makanan salah satunya yang terkenal adalah jajanan pasar onde-onde yang dikulitnya dibalut denga biji wijen.   Minyak wijen dikenal mampu mengikat kolesterol sehingga aman buat penderita kolesterol tinggi.  Meski sudah dikenal di Indonesia namun hanya beberapa daerah saja yang telah membudidayakan wijen secara komersial.  Secara alami wijen tumbuh baik di daerah tropis macam di negara kita.  Di supermarket minyak wijen disebut sebagai sesame oil.
Wijen yang nama ilmiahnya adalah Sesamum indicum L. diduga berasal dari benua afrika, tepatnya dari negara Ethiopia.  Tanaman wijen memiliki kandungan protein yang tinggi dan telah diidentifikasi seyidaknya ada 24 jenis tanaman wijen yang bisa dimanfaatkan.


Habitus dari wijen adalah sebagai berikut : 
Batang tegak, berkayu bertekuk empat, kebanyakan bercabang, susunan daun bawah, tengan dan atas antara spesies yang satu dan lainnya berbeda. Tinggi tanaman 0,5 hingga 25 meter, umur tanaman 2,5 sampai 5 bulan tergantung varietas dan kondisi tempat. Bunga muncul dari ketiak daun 1 sampai 3 kuntum per ketiak, warna putih dan ungu dan berbentuk seperti terompet. Penyerbukan biasanya terjadi dibantu oleh serangga dan kadang-kadang dibantu oleh angin. Buah memiliki panjang 2 sampai 3 cm dengan diameter 0,5 sampai 1 cm terdiri dari 4,6 dan 8 lokus(kotak) memanjang. Tiap lokus mengandung 50 hingga 125 biji per polong.

SYARAT TUMBUH

Iklim
Tanaman wijen dapat tumbuh didaerah tropika dan subtropika 35 drajat LU dan 45 drajat LS dengan Ketinggian 1-1.200 meter diatas permukaan laut. Sensitif terhadap suhu rendah, curah hujan yang tinggi, dan cuaca mendung terutama saat pembungaan. Suhu optimal 25 derajat-30 derajat C dengan cahaya penuh. Curah hujan 300-1000 mm, toleran terhadap kekeringan, tetapi tidak tahan tergenang wijen dapat tumbuh optimal dengan pada wilayah kering dengan 3 bulan basa.
Wijen termasuk tanaman hari pendek, sektar 7 jam per hari. Makin panjang hari, panen akan semakin cepat. Namun sudah banyak varietas yang dapat menyesuaikan diri di berbagai daerah yang bervariasi panjang harinya.( Soenardi.2005)
Komoditas ini kurang tahan ternaung, sehngga perlu dipikirkan bila bertanam secara campuran dengan tanaman lain. Terutama yang lebih cepat tumbuh dan tinggi daripada tanaman wijen. Meski pun demikian, tanaman ini dapat ditumpangsarikan dengan tanaman semusim lain.( Soenardi.2005)

Tanah
Tumbuh baik dan berhasil pada semua jenis tanah, tetapi yang terbaik pada tanah lempung berpasir yang subur dengan pH 5,5-8,0. Tanah dangkal dan tanah garaman kurang sesuai. Selain itu, wijen menghendaki drainase baik, karena wijen tidak tahan tergenag. Oleh karena itu, pada tanah berat saluran drainase seringkali diperlukan agar kelebihan air dapat segera dibuang.( Soenardi.2005)


TEKNIK BUDIDAYA
Pembenihan
Tanaman wijen berkembang biak secara generatif, yaitu dengan biji. Untuk memperoleh hasil yang tinggi, biji yang akan dijadikan benih harus berkualitas baik dan berasal dari varietas unggul. Biji yag baik untuk digunakan sebagai benih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut,
1. berasal dari tanaman yang baik pertumbuhannya, berbatang atau berbyah banyak.
2. berasal dari buah yang sehat , tidak terserang hama atau penyakit.
3. bebas dari segala kotoran
4. utuh, tidak cacat atau luka. Biji yang cacat pada umumnya sulit tumbuh. Jika dapat tumbuh, biasanya mutu bibit jelek.
5. tidak keriput. Untuk memisahkan biji yang keriput,  biji direndam dalam air. Biji-biji yang tenggelam adalah biji yang baik,sedangkan biji yang mengambang adalah biji yang keriput.
6. tidak tercampur dengan varietas yang lain,Macam varietas yang digunakan perlu disesuiakan dengan tujuan pertanaman dan ketersediaan air. Mengingat masing-masing mempunyai kanopi dan umur yang berbeda. Bila jangka waktu ketersediaan air cukup panjang dapat dibudidayakan varietas dalam.
7. Benih diambil dari areal pertanaman yang seragam, sehat dengan daya kecambah lebih dari 80%. Kebutuhan benih untuk pertanaman monokultur sekitar 3-8 kg/ha, tergantung jarak tanam. Umur  tanaman berkisar antara 75-150 hari
Pengadaan benih dapat dilakukan sendiri atau dengan cara membeli. Pengadaan benih sendiri dilakukan dengan memilih tanaman yang sehat  dan berbuah banyak, kemuadian dipotong dan dipisahkan dengan tanaman lain(dari panenan keseluruhan). Selanjutnya, biji dibersihkan dan dijemur. Jika telah mengering, biji dimasukkan ke dalam botol atau kaleng, bagian atas dilapisi dengan abu agak tebal, dan ditutup. Wadah juga dapat berupa kantong plastik, asalkan dapat ditutup rapat.Pengadaan benih juga dapat dilakukan dengan cara membeli di toko-toko pertanian. Sebaiknya dipilih yang bersertifikat, yang lebih terjamin kualitasnya.( Anonymous.2012)

Penanaman Wijen di Lahan Kering/Tegalan
Wijen dapat ditanam atau dibudidayakan di tanah kering atau tanah tegalan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam budidaya wijen secara intensif di lahan kering atau tegalan adalah pengolahan tanah, penentuan saat tanam, dan penanaman.
I. Pengolahan Tanah
Lahan atau kebun untuk menanam wijen perlu dipersiapkan dengan baik agar tanaman dapat tumbuh baik dan bereproduksi tinggi. Tanah untuk menanam wijen harus gembur, memiliki drainase (pembuangan air ) yang baik, memiliki bahan organik cukup, dan steril (bebas patogen). Untuk mendapatkan media tanamyang baik, tanah perlu diolah secara intensif. Pengolahan tanah yang kurang baik dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil. Persiapan tanah yang baik dlakukan selama sekitar 60 hari.
Sebelum diolah, tanah diberokan selama 30 hari. Pengolahan tanah tahap pertama adalah membajak tanah dengan traktor atau dengan bajak yang ditarik oleh sapi atau kerbau, bertujuan untuk embalik tanah bagian dalam(lapisan bawah) agar terangkat ke permukaan. Tanah dibajak sedalam 40-60 cm, kemudian dibiarkan selama tujuh hari agar terangin-anginkandan terkena panas matahari. Dengan demikian, tanah akan mengalami desinfeksi secara alami karena akan terjadi proses oksidasi gas-gas beracun(asam sulfida) dan patogen (penyebab penyakit) akan mati, terutama golongan cendawan(jamur).
Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan satu minggu kemudian. Pada tahap ini bongkahan-bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan digemburkan dengan cara dicangkul tipis-tipis hingga tanah hancur dan menjadi remah(gembur), kemudian diratakan. Selanjutnya, tanah dibiarkan lagi selama tujuh hari agar terangin-anginkan dan terkena sinar matahri kembali.
Pengolahan tanah tahap ketiga dilakuakn seminggu barikutnya, tanah dicangkul atau dibajak unutk membalik kembali tanah yang berada di lapisan dalam(bawah).  Pada tahap ini sekaligus dapat dilakuakn pemupukan dasar dan pengapuran (bila perlu). Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang yang telah matang agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang yang belum matang masih mengeluarkan eneegi panas sampai 75 derajat celcius akibat proses penguraian dan pembusukan masih berlangsung, sehingga dapat menyebabkan kematian tanaman. Di samping itu, pupuk kandang yang belum matang biasanya masih mengandung bibit-bibit penyakit.
Kematangan pupuk kandang terlihat dari struktur dan tingkat kebasahannya. Pupuk kandang yang telah matang memiliki struktur yang remah dan tidak basah namun juga tidak terlalu kering. Pupuk kandang sangat baik digunakan sebagai pupuk dasar karena dapat berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah (memperbaiki daya ikat tanah), memperkaya bahan organik tanah, dan dapat menahan air tanah.
Dosis pemberian pupuk kandang adalah 15-20 ton/ha. Setelah pemberian pupuk kandang tanah dibiarkan selama tujuh hari agar terjadi reaksi antara tanah, pupuk kandang, dan kapur. Satu mnggu kemudian dilakukan pengolahan tanah lagi. Tanah dicangkul secara ringan, sekaligus dilakukan pembentukan bedengan-bedengan dan parit-parit.
Pemupukan dasar juga dapat menggunakan pupuk organik Super TW plus sebanyak 3,5 ton/ha atau Harmony BS-1 dan harmony P-1 dengan dosis 8 liter/ha. Pupuk Harmony BS-1 dan Harmony P-1 dilarutkan ke dalam 4.000 liter air,kemudian disiramkan pada bedengan.
Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi 40 cm, dan panjang 10 m atau disesuaikan dengan kondisi lahan; sedangkan parit dibuat dengan lebar 40 cm dan kedalaman 40 cm-50 cm. Bedengan harus membujur ke arah timur barat agar cahaya matahari dapat diterima oleh seluruh tanaman secara merata. Di sekililing bedengan dibuat saluran pembuangan air, berukuran lebar 60 cm dan kedalaman 60 cm. Karena di lahan kering/tegalan pada umunya tidak memiliki irigasi teknis maka pembuatan parit lebih ditujukan untuk menanggulangi banjir atau genangan air pada saat hujan.
Setelah  pembuatan bedengan dan parit, tanah dibiarkan lagi selama satu minggu, kemudian digemburkan dengan dicangkul tipis-tipis. Selanjutnya, tanah telah siap untuk ditanami.
Pengolahan tanah secara intensif akan menciptakan media tanam yang baik karena akan meningkatkan peredaran udara (oksigen) dalam tanah, tata air, penguraian bahan organik tanah, dan aktifitas biologis tanah yanag menguraikan bahan organik tanah menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman. Pengolahan tanah secara intensif juga dapat menghilangkan gas-gas beracun dala tanah, memberantas gulma, memelihara kesuburan tanah, dana memudahkan pemeliharaan tanaman di kebun.

II. Pengapuran Tanah
Pengapuran tanah dilakukan jika nilai keasaman (pH) tanah kurang dari 5,5. Kegiatan ini dilakukan dua minggu sebelum tanam, mengingat pada umumnya akar tanaman tidak tahan terhadap pengapuran secara langsung setelah penanaman.
Sebelum dilakukan pengapuran, dilakukan pengukuran pH tanah terlebih dahulu. Adapun cara pengukuran pH tanah adalah sebagai berikut.
a.  dambil sampel tanah secara acak dan merata pada petak kebun.
b. semua sampel tanah yang telah diambil dicampur hingga merat, kemudian diambil sampel lagi kira-kira satu cangkul.
c. sampel disukkan ke dalam ember yang berisi air dan dibarkan hingga mengendap.
d. air Dipisahkan dari endapan tanah ke dalam ember lain dan diukur pHnya dengan menggunakan kertas lakmus atau pH meter. Nilai pH tersebut menunjukkan derajat keasaman tanah atau pH tanah.
(Anonymous.2012)
Penanaman Wijen di Lahan Basah/Sawah
Tanaman wijen juga dapat ditanam di lahan basah atau sawah. Persiapan yang perlu dilakukan sama dengan penanaman yang dilakukan di lahan kering atau tegalan, yaitu meliputi pengolahan tanah, penentuan saat tanam, dan penanaman.
I. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah bekas penanaman padi dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. mula-mula, dilakuakn pengatusan atau pengeringan lahan terlebih dahulu, dengan membuat parit mengelilingi lahan untuk mengeluarkan air dari lahan tersebut.
b. dilakukan pengolahan tanah. Tanah dibajak sedalam 40-60 cm dengan menggunakan traktr atau alat bajak yan ditarik sapi atau kerbau ataupun cangkul.
c. tanah dibiarkan selama satu minggu untuk membunuh kuman-kuman penyakit yang adadi dalamnya dan agar terjadi proses oksidasi gas-gas beracun (penguapan gas-gas beracun dalam tanah).
d. dilakuakan pengolahan tanah tahap kedua, yakni penyisihan tanah untuk memecah dan menghaluskan gumpalan-gumpalan tanah hasil pembajakan. Tanah dicangkul tipis-tipis hingga memperoleh struktur tanah yang gembur dan halus, sekaligus diratakan.
e. tanah dibiarkan lagi selama satu minggu terangin-anginkan dan terkena sinar matahari. Pada tahap ini juga dapat dilakukan pengapuran tanah, terutam bila nilai pH tanah kurang dari 5,5.
f. tanah digemburkan lagi dengan cangkul sedalam 40 cm, sekaligus dilakukan pembentukan bedengan dan parit-parit.  Bedengan dibuat membujur dari timur ke barat, berukuran lebar 120 cm, tinggi 40 cm, dan panjang 10 m atau disesuaikan dengan kondisi lahan. Jika penanaman wijen dilakukan pada musim hujan, bedengan dibuat lebih tinggi,
g. penyiangan dan pembumbunan
Lingkungan yang bersih dari tumbuhan lain, misalnya gulma atau rerumputan, akan lebih menjamin pertumbuhan tanaman. Tumbuhan lain dapat mengganggu kehidupan dan pertumbuhan tanaman pokok (wijen) karena merupakan pesaing dalam penggunaan zat-zat                                                                                         (Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)

Pola Tanam
Tanaman wijen dapat ditanam pada lahan sawah maupun lahan kering. Pada lahan sawah umumnya ditanam pada musim kemarau. Oleh karena itu pada awal pertumbuhannya  membutuhkan  pengairan yang cukup sampai dengan pengisian polong (umur 60-70 hari), tetapi pengairan tersebut tidak boleh sampai menggenang. Di lahan kering wijen umumnya ditanam pada musim penghujan. Tanaman wijen selain ditanam monokultur  juga dapat ditumpangsarikan dengan tanaman semusim lain seperti padi gogo, jagung, kacang-kacangan, jarak, dll. Adanya tanaman wijen dalam pola tanam juga bermanfaat untuk menekan nematoda.( Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)
Penanaman
Jarak tanam bervariasi (10-25) cm x (30-75) cm, tergantung dari varietas tanaman. Varietas genjah lebih rapat dibanding varietas dalam, begitu pula semakin sedikit percabangannya ditanam semakin rapat. Penanaman dengan tugal sedalam 2-4 cm, tiap lubang tanam diisi 5 biji, bila disebar keperluan benih dapat mencapai 4 kali lipat. Untuk memudahkan penanaman biji dicampur dengan abu atau pasir halus.( Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)
Pemupukan
Dosis pupuk 100 kg Urea per hektar.  Sepertiga dosis diberikan bersamaan dengan tanam, sisanya diberikan pada umur 4-5 minggu setelah tanam. Pemberian dapat dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5-7,5 cm dengan jarak 5 cm dari lubang tanam. Pupuk Urea yang telah diletakkan dalam lubang harus ditutup. Pupuk P dan K dapat ditambahkan bila daerah tersebut diketahui memerlukan hara tersebut.( Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)
Pemeliharan
Penyulaman dilakukan 6 hari setelah tanam. Tanaman wijen mudah hidup bila dipindah, sehingga memungkinkan menggunakan bahan tanaman untuk menyulam dari lubang tanam lain yang tumbuh lebih dari dua tanaman. Untuk sistem ini sebaiknya penyulaman dilaksanakan 15-20 HST. Penjarangan dilakukan 15-20 HST, sehingga tinggal 2 tanaman per lubang tanam. Penyiangan dilakukan bila gulma telah mengganggu dan diupayakan sampai dengan umur 40 HST bebas dari gangguan gulma. Sambil menyiang tanaman dibumbun. Diupayakan agar pertananam tidak tergenag walaupun sehabis hujan, berarti drainase harus baik.( Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)
Pengendalian Hama dan Penyakit
Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupan salah satu kendala yang cukup pelik dalam usaha pertanian. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada tanaman yang tumbuh, hama dan penyakit selalu menyertainya. Keberadaan hama dan penyakit merupakan faktor yang menghambat pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil. Serangannya pada tanaman dapat datang secara mendadak dan dapat bersifat ekplosif (meluas) sehingga dalam waktu yang relatif singkat sering kali dapat mematikan seluruh tanaman dan menggagalkan panen.
Pemberantasan hama dan penyakit secara total tidak mungkin dapat dilakukan karena perkembangannya yang sangat cepat dan sulit dikontrol. Namun, dengan pengamatan yang baik di lapangan sejak awal penanaman sampai panen, serangan hama dan penyakit dapat ditekan.
Hama adalah binatang yang dianggap dapat mengganggu atau merusak tanaman dengan memakan bagian tanaman yang disukainya. Misalnya; serangga (insekta), cacing (neatoda), binatang menyusui, dan lain-lain. Penyakit yang menyerang tanaman bukan disebabkan oleh binatang, melainkan oleh makhuk mikroskopis, misalnya bakteri, virus, cendawan(jamur), dan lain-lain.
Hama dan penyakit dapat menyerang tanaman pada bagian-bagian tertentu, misalnya daun, akar, batang, buah (polong), dan biji. Kerugian-kerugian akibat serangan yang ditimbulkan antara lain adalah sebagai berikut.
1. tanaman dapat mengalami gangguan fisiologis sehingga mengalami hambatan pertumbuhan.
2. menurunkan hasil (biji wijen), baik dalam hal kuantitas (bobot per satuan luas) maupun kualitas (mutu). Hal ini disebabkan oleh kematian bunga, pembusukan buah, pembentukan daun, dan sebagainya yang menyebabkan pembentukan bunga dan buah terhambat, serta banyak tanaman yang mati.
3. dapat menimbulkan infeksi sekunder sehingga menimbulkan kerusakan yang lebih parah
4. biaya produksi menjadi lebih besar karena harus mengeluarkan biaya untuk obat-obatan dan tenaga kerja untuk penangannya
Untuk menekan kerugian yang ditimbulkan  oleh serangan hama dan penyakit hingga sekecil mungkin, perlu diupayakan pengendalian atau pemberantasan yang tepat. Untuk mengetahui secara tepat hama dan penyakit yang menyerang tanaman diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menganalisis gejala yang nampak. Setiap jenis hama atau penyakit yang menyerang tanaman akan menunjukkan gejala yang berbeda-beda dan spesifik. Dengan mempelajari gejala-gejala tersebut secara baik, dapat ditemukan secara tepat penyebab kerusakan tanaman. Dengan demikian, pengendalian dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan sasaran. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang luas tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman wijen serta gejala-gejalanya, dan obat-obatan yang efektif digunakan.
Kegiatan perlindungan tanaman tidak bertujuan untuk meningkatkan hasil seperti kegiatan pemupukan, pengairan, dan lain-lain, melainkan untuk mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama atau penyakit hingga sekecil mungkin. Perlindungan tanaman dapat dilakukan secara preventif dan kuratif.
Pengendalian secara preventif merupakan tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum tanaman terinfeksi atau terserang hama dan penyakit. Pengendalian secara preventif dilakukan dengan menanam jenis atau varietas tanaman yang tahan atau resisten terhadap serangan beberapa hama atau penyakit, pergiliran tanaman, penanaman menurut musim, pengolahan tanah, secara baik, sistem tumpang sari, dan penyemprotan pestisida secara berkala dan teratur. Pengendalian secara preventif  sangat dianjurkankarena lebih mudah, murah dan aman.( Ibrahim, N., Soerjono, Subaidah. 1994)

Panen dan pasca panen
Panen yang tepat dilakukan bila 2/3 dari polong buah sudah berwarna hijau kekuningan. Penguningan dimulai dari polong-polong yang berkedudukan di bawah. Bila terlambat polong akan pecah, bila jatuh dan tidak lagi dapat diambil. Pemanenan yang dilakukan saat polng mulai pecah, sebaiknya menggunakan sabit bergerigi, pelan-pelan batang dipegang dan dipotong 10-15 cm di bawah kedudukan buah. Posisi batang masih tetap tegak, kemudian dibalik agar biji dalam polong yang sudah pecah jatuh ke tempat yang sudah dipersiapkan. Pada kondisi yang sangat panas dan kering proses penuaan kadang-kadang tidak begitu jelas. Polong-polong yang berwarna hijau langsung cokelat, kering, dan pecah. Batang wijen sebagai hasil panen diikat, masing-masing ikatan bergaris tengah sekitar 10-15 cm, kemudian dijemur dalam kedudukan berdiri. Dibawah tempat penjemuran diletakan tikar/tempat menampung biji wijen agar biji yang jatuh muda dikumpulkan. Bila lantai jemur ini dari plester, tidak lagi diperlukan tempat menampung.jika Nampak polong-polong sudah pecah, ikatan batang wijen dibalik yaitu ujungnya terletak dibawah sehingga biji keluar. Untuk mendorong biji keluar, batang dipukul-pukul dengan tongkat dab kalau belum semua biji dapat keluar, ikatan batang tadi dijemur ulang dengan kedudukan berdiri seperti semula dan biji dikeluarkan lagi sampai habis. Biji yang sudah keluar dari polong umumnya dijemur selama 1 hari penuh agar kandungan kadar air kurang dari 7 %
.
(sumber :  Mardjono, R. dan Suprijono, 2005)

Selasa, 30 April 2013

TEKNIK BUDIDAYA PALA SECARA INTENSIF

pala
Salah satu rempah-rempah yang cukup terkenal adalah Buah Pala.  Tanaman Pala ini termasuk tanaman asli dari Indonesia.  Meski tanaman ini asli Indonesia namun belum tentu anda pernah melihatnya.  Salah satu oleh-oleh yang cukup terkenal adalah manisan pala yang rasanya semriwing itu. Nama ilmiah dari pala adalah Myristica Fragan  dan tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Sulawesi, Jawa.  Kisah persebaran buah pala juga terkait dengan perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera dan daerah lain.
Jenis pala yang banyak diusahakan masyarakat kita adalah Myristica fragrans, sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya.
Tanaman Pala banyak biasa dipelihara sebagai tanaman pengisi kebun campuran dan belum banyak dipelihara secara intensif.
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi tanpa adanya periode(masa) kering yang nyata. Di daerah yang tropis seperti Indonesia, tanaman pala dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Misalnya, di Pulau Banda tanaman pala tumbuh pada ketinggian 500 m dari permukaan laut(dpl). Namun, tanaman pala di daerah yang ketinggian tempatnya di atas 700 m dpl., dinilai tidak produktif.

Secara umum tanaman pala tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl., dengan suhu udara optimum berkisar antara 20°C-30°C, kelembapan antara 50%-80%, curah hujan antara 2.000 mm-3.500 mm/tahun, dan tempatnya terbuka (mendapat cukup sinar matahari). Jumlah curah hujan yang baik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman pala belum diketahui dengan pasti, tetapi dari pengalaman menunjukkan bahwa curah hujan 2.175 mm-3.550 mm/tahun merupakan curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala. Makin tinggi curah hujan makin tinggi pula produksi yang dihasilkan

Kondisi  Tanah

Pada prinsipnya tanaman pala dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Namun, untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimum, tanaman pala menghendaki tanah yang ringan(gembur), berstektur pasir sampai lempung, terutama tanah vulkanis atau tanah di sekitar gunung berapi dengan keadaan aerasi dan drainase yang baik, subur, dan mempunyai pH 5,5-7,0. Tanaman pala cocok ditanam pada tanah andosol, latosol, dan alluvial yang kaya bahan organic.

Pada tanah miskin hara, tanaman pala masih dapat tumbuh apabila disertai pemupukan dan perawatan yang baik. Untuk mendukung pertumbuhan tanaman pala dengan baik, perlu dipilih tanah yang terhindar dari erosi, tanah mudah dikerjakan atau tidak terlalu keras, pengaturan tata air, dan udara dalam tanah yang baik, serta unsure hara cukup tersedia.

Tanaman pala peka terhadap genangan air (becek), karena genangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan mudah terserang penyakit busuk akar. Oleh karena itu, tanaman pala akan cocok diusahakan pada areal yang tofografinya tidak datar (bergelombang) dan drainasenya baik.

Tanaman pala yang sudah berumur 4-5 tahun memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi. Penjarangan pohon pelindung harus diperhatikan untuk mencegah tanaman pala tumbuh tidak normal(memanjang ke atas), dan untuk mencegah persaingan dalam pengambilan unsure hara antara pala dengan pohon pelindung.

Teknik Budi Daya Tanaman Pala

Kegiatan pokok dalam tehnik budidaya tanaman pala meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut.

1.    Penyiapan Lahan

Pekerjaan penyiapan lahan untuk menanam tanaman pala sebaiknya dilakukan pada musim kemarau atau minimal satu bulan sebelum tanam. Tahap-tahap penyiapan lahan meliputi berikut ini.

        Pembukaan Lahan

Pekerjaan membuka lahan diawali dengan pembabatan semak belukar dan penebangan pohon-pohon, kemudian semua pohon-pohon tersebut dikumpulkan di suatu tempat agar mudah di manfaatkan untuk kebutuhan kayu bakar.

        Pengolahan Tanah

Lahan yang sudah bersih dari pepohonan dapat segera dicangkul sedalam 30 cm hingga gembur sambil tanahnya dibalikkan. Pengolahan tanah bertujuan menggemburkan tanah, menyingkirkan akar dan sisa-sisa tanaman, serta menciptakan areal yang aerasi dan drainasenya baik. Pengolahan tanah pada lahan yang miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng(contour) agar terbentuk alur yang dapatr menghambat aliran permukaan dan menghindari terjadinya erosi.

Pembuatan Lubang Tanam

Tata cara membuat lubang tanam meliputi langkah-langkah kerja sebagai berikut.

1)    Tetapkan tempat lubang tanam yang pertama sejauh setengah jarak tanam dari pinggir atau batas  kebun, yaitu jarak 4,5 m-5,0 m apabila digunakan jarak tanam 9 m x 9 m atau 10 m x 9 m.

2)    Pasang ajir dari bilah bamboo sebagai ciri tempat lubang tanam dengan jarak antarajir 3 m x 3 m.

3)    Buat lubang berbentuk segi empat ukuran 60 cm x 60 cm atau 1 m x 1 m, tergantung kesuburan tanah.

4)    Galilah tanah dalam lubang tersebut sedalam 30 cm, kemudian tanah galiannya di angkat ke bagian kiri lubang yang terkena sinar matahari pagi.

5)    Perdalam lubang tadi menjadi 60 cm, hingga ukurannya menjadi 60 cm x 60 cm atau 1 m x 1 m x 0,6 m. Tanah galiannya diangkat ke bagian kanan lubang atau tempat yang terkena sinar matahari siang atau sore.

6)    Keringkan lubang tanam minimal 15 hari agar gas-gas beracun dalam tanah menguap.

7)    Masukkan kembali lapisan tanah yang berasal dari dasar lubang ke tempat semula.

8)    Lapisan tanah atas dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 20 kg-40 kg, kemudian masukkan ke dalam lubang tanam.

2.    Penyiapan Bibit

Binit tanaman pala yang siap ditanam adalah bibit yang telah berumur lebih  dari satu tahun dan tidak lebih dari dua tahun. Jika umur bibit melebihi dari ketentuan tersebut karena terlalu lama di tempat pembibitan, maka pertumbuhannya akan terhambat dan akarnya berlipat-lipat.

Pedoman mennetukan jumlah bibit per satuan luas lahan digunakan pendekatan rumus sebagai berikut.

Jumlah bibit yang dibutuhkan = Luas lahan(m²) : Jarak tanam x 1 batang bibit
Lahan seluas 1 hektar dengan  jarak tanam 9 m x 9 m dan lahan yang efektif ditanami 90%, dibutuhkan bibit tanaman pala sebanyak kurang lebih 111 batang bibit tanaman pala. Sebulan sebelum tanam sebaiknya bibit diadaptasikan dulu di lokasi dekat kebun.

3.    Penanaman

Waktu tanam yang paling baik adalah pada musim hujan untuk menjamin tersedianya sumber air yang sangat dibutuhkan pada fase awal pertumbuhan bibit tanaman pala. Bibit dipindahkan dari pesemaian dengan system putaran.Bibit putaran dibungkus dengan gedebok pisang atau pembungkus lainnya yang dapat merembeskan air. Namun, bibit dalam polibag dapat langsung ditanam pada lubang tanam yang tewrsedia.

Pengaturan jarak tanam sangat penting karena tanpa mengatur jarak tanam yang tepat, maka tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimal. Jarak tanam pada tanah datar adalah 9 m x 10 m, sedangkan pada tanah bergelombang(bukit) 9 m x 9 m.

Tata cara menanam bibit tanaman meliputi langkah-langkah kerja sebagai berikut.

1)    Siapkan alat dan bahan yang terdiri atas bibit tanaman pala dalam polibag, cangkul, gembor (embrat), dan sarana penunjang lainnya.

2)    Galilah tanah seukuran daun cangkul pada lubang tanam yang telah disiapkan jauh sebelumnya.

3)    Siramlah medium tanam pada polibag yang berisi bibit tanaman pala dengan air bersih hingga cukup basah atau lembap.

4)    Keluarkan bibit bersama medium tanamnya dari polibag secara hati-hati agar tidak merusak akar.

5)    Bibit tersebut segera ditanam tepat di tengah-tengah lubang tanam dengan posisi tegak.

6)    Tanah di sekitar pangkal batang bibit tanaman pala dopadatkan pelan-pelan agar akar tanaman langsung kontak dengan air tanah.

7)    Tanah di sekeliling bibit tanaman pala disiram hingga cukup basah atau lembap.

8)    Pasanglah kayu atau bilah bamboo penyangga di sisi kiri dan kanan batang tanaman tersebut.

9)    Seusai menanam dilakukan penyiraman hingga tanah di sekitar pangkal batang dan akar cukup basah

Pemeliharaan Tanaman Pala


Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman pala meliputi aktivitas-aktivitas sbagai berikut.

Penyulaman

Pada periode sejak bibit pala ditanam sampai berumur 1 bulan perlu diperhatikan pengamatan tanaman secara teliti Bibit tanaman yang mati atau tumbuhnya abnormal segera disulam atau diganti dengan bibit yang baru.

Cara menyulam adalah mula-mula bibit tanaman yang lama dibongkar, kemudian bibit yang baru dikeluarkan  dari polibag bersama akar dan mediumnya. Bibit tersebut ditanam di tengah-tengah lubang tanam secara tegak  dan tanah di sekitar pangkal batang di padatkan pelan-pelan.Setelah selesai menyulam segera disiram air seperlunya.

Pengairan

Tanaman pala membutuhkan cukup air, karena apabila kekurangan air pada fase vegetative akan menghambat pertumbuhan tunas dan akar. Sedangkan kekurangan air pada fase generative mengakibatkan kerontokan bunga atau buah, sehingga menurunkan produksi dan mutu buah, sehingga menurunkan produksi dan mutu buah.

Persediaan air dan pengairan harus cukup, terutama selama musim kering (kemarau). Sumber air dapat berasal dari sungai, kolam, waduk, serta sumur pantek. Pada tanaman pala yang baru ditanam, pengairan dapat dilakukan 1-2 kali sehari, terutama jika tidak hujan. Pada tanaman pala yang dewasa, pengairan dapat disesuaikan dengan keadaan tanah.

Cara mengairi dapat dilakukan dengan system jaringan pipa PVC atau pipa ledeng yang ditanam dalam tanah dan peralatan pompamuntuk mengatur distribusi air. Pemberian air bisa dikontrol hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah tertentu. Pengairan dapat pula dengan system percikan (springkler) atau tetesan yang digerakakkan mesin agar air yang disalurkan dapatmmemancar rata membasahi bidang lahan yang diinginkan.

Penyiangan dan Penggemburan Tanah

Sebulan setelah tanam biasanya lahan kebun tanaman pala ditumbuhi dengan rumput-rumput liar (gulma). Gulma tersebut perlu disiangi karena gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman pala dalam hal kebutuhan unsure hara, air, dan sinar matahari, bahkan gulma kadang-kadang menjadi sarang hama atau penyakit. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara teratur, yaitu setiap 3 bulan atau pada saat rumput telah tumbuh kembali.

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat di bawah tajuk tanaman, sekitar 30 cm-50 cm dari pangkal batang. Sambil menyiangi dilakukan penggemburan tanah secara hati-hati, kemudian tanahnya ditimbunkan dekat pangkal batang atau perakaran yang muncul ke permukaan tanah.

Pohon pelindung

Tanaman muda umumnya tidaktahan terhadap panas matahari. Oleh karena itu untuk menghindari kerusakan tanaman perlu disiapkan pohon pelindung yang cukup. Setelah tanaman berumur 4 tahun, pohon pelindung dapat diperjarang.

Pemupukan

Untuk menjamin tanaman pala tumbuh dengan baik dan terus menerus berproduksi tinggi, pemupukan perlu dilakukan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organic (pupuk kandang, kompos) dan pupuk buatan (urea,TSP, dan KCL). Pupuk organic sangat baik untuk menjaga keremehan tanah serta kesuburannya. Syarat penting pupuk organic adalah unsure N harus terdapat dalam persenyawaan organic agar mudah diserap tanaman dan pupuk tidak meninggalkan sisa asam organic di dalam tanah.

Pupuk anorganik yang paling dibutuhkan adalah Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K), serta unsure-unsur hara makro atau mikro seperti Zn, Cu, Mn, dan lain-lain.

Dosis pupuk yang diberikan terdiri atas 1 kg Urea + 1,1 kg TSP + 1,2 kg KCL per pohon. Pupuk diberikan 2 kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan dengan menyesuaikan kandungan unsure dari pupuk yang digunakan. Pupuk kandang dapat diberikan asal telah masak sehingga kontaminasi antara tanaman dengan zat yang berbahaya dapat dihindari.

Sumberr pupuk organic dan kandungan mineralnya setiap jenis pupuk tersebut.Sebelum dipupuk, sekeliling tanaman dibersihkan dahulu kemudian dibuat parit melingkari tanaman selebar kanopi sedalam 2-10 cm. pupuk ditaburkan di dalamnya dan kemudian ditutup kembali.

Pananaman Tanaman Sela

Pada fase vegetative, yaitu sejak bibit pala ditanam sampai tanaman mulai belajar berbuah, maka di antara tanaman-tanaman pala tersebut masih longgar. Lahan tersebut di olah dengan baik dan dibuat bedengan-bedengan untuk ditanami tanaman sela, misalnya menanam kacang-kacangan atau sayuran.

Setelah tanaman pala mulai belajar berbuah, tanamana sela dapat diganti dengan tanaman penutup tanah atau rumput. Penutup tanah berguna untuk menjaga kelembapan tanah, memperbaiki struktur tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan mencegah erosi lahan di sekitar tanaman.


Hama dan Penyakit

Hama uatama yang sering menyerang tanaman pala di antaranya adalah sebagai berikut.

1.    Penggerek Batang (Batocera spp.)

Serangan hama penggerek batang menimbulkan gejala terdapat gerekan pada batang dengan diameter ½-2 cm, dan dalam lubang gerekan tadi terdapat serbuk kayu. Akibat serangan hama ini dalam waktu yang lama dapat mematikan tanaman.

Pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan cara menutup lubang gerekan dengan kayu, menginjeksi racun sehingga sistemik ke dalam batang, membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya.

2.    Rayap

Serangan rayap banyak dijumpai pada kebun-kebun yang kurang bersih dari semak dan tunggul-tunggul pohon. Rayap biasanya menyerang bagian bawah tanaman, dimulai dari akar dan pangkal batang hingga bagian dalam batang, sehingga seluruh bagian batang terserang.

Tanda khusus serangan rayap adalah terjadinya bercak hitam pada permukaan batang. Apabila bercah hitam dikupas, maka kelihatan sarang serta saluran yang dibuat oleh rayap di dalamnya. Akhirnya batang tanaman yang terserang berat akan mati.

Pengendalian rayap dapat dilakukan dengan cara menyemprot larutan insektisida dua kali dalam setahun. Penyemprotan ditujukan pada tanah dan sekitar batang untuk mencegah naiknya rayap ke bagian batang sebelah atas.

3.    Kumbang (areoceum foriculatus)

Hama Ini menyerang biji pala yang telah jatuh. Imago menggerek biji, kemudian meletakkan telur di dalamnya. Dalam biji tersebut, telur akan berkembang menjadi lundi yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan.

Pengendalian hama kumbang dapat dilakukan dengan cara memetik buah pala yang terserang, kemudian buah atau biji pala tersebut segera dikeringkan.

Penyakit Pada Tanaman Pala

Penyakit utama yang sering merugikan tanaman pala diantaranya adalah sebagai berikut.

1.    Busuk Buah Kering

Penyebab penyakit busuk buah kering adalah cendawan (jamur) Siigmina myristicae (Stein) Mand. Sum Et Rifai. Gejala serangan yang dapat diamati secara visual adalah pada buah yang terinfeksi mula-mula terdapat bercak-bercak kecil bulat bergaris tengah kurang lebih 0,3 cm, berwarna cokelat atau mengendap (cekung).

Bercak tersebut akan terus meluas mencapai kurang lebih 2,5 cm. Pada permukaan bercak, jamur akan membentuk massa berwarna hitam kehijauan. Akhirnya bercak akan mongering dan menjadi keras, sehingga buah pecah dan gugur.

Pengendalian penyakit busuk buah kering dapat dilakukan dengan cara mengurangi kelembapan dengan mengadakan pembabatam gulma dan sanitasi kebun, membakar sisa-sisa tanaman yang sakit, dan penyemprotan fungisida Dithame M-45 konsentrasi 0,2%.

2.    Busuk Buah Basah

Penyebab penyakit busuk buah basah adalahcendawan (jamur) Colletotrichum gloeosporioides Penz. Gejala serangan yang dapat diamati adalah paha pangkal buah yang terinfeksi terdapat bercak-bercak berwarna cokelat. Perkembangan bercak cepat sekali, sehingga dalam beberapa hari garis tengahnya mencapai 2,5 cm . Bagian dalam daging buah menjadi rusak, lunak, dan berair kebasah –basahan. Buah yang sakit menjadi mudah gugur dan berwarna cokelat seperti habis direbus.

Pengendalian penyakit busuk buah basah dapat di lakukan dengan cara menjaga kebersihan (sanitasi) kebun, memangkas buah yang terserang berat, dan menyemprot tanaman dengan fungisida selama musim hujan antara lain dengan Dithane M-45 konsentrasi 0,2%.

3.    Busuk Buah dan Gugur Daun

Penyebab penyakit busuk buah dan gugur daun adalah cendawan (jamur) phythopthora palmivora (Butl) Butl. Gejala serangan penyakit ini adalah terdapat bercak-bercak kecil berwarna kehitaman pada buah yang masih muda. Bercak tersebut terus meluas, sehingga akhirnya buah menjadi pecah, dan fuli berwarna putih tampak dari luar, hingga akhirnya buah busuk.

Serangan pada buah pala yang masak menyebabkan kulit buah bebercak-bercak berwarna kuning sampai cokelat tua kehitaman. Daun dan pangkal daun yang terinfeksi menjadi berwarna cokelat tua kehitaman, daun rontok, dan akhirnya pohon menjadi gundul.

Pengendalian penyakit busuk buah dan gugur daun dapat dilakukan dengan cara mengatur jarak tanam yang lebar (jarang), pemangkasan bagian tanaman yang sakit, dan sanitsi kebun.

4.    Terbelah putih

Penyebab penyakit terbelah putih adalah cendawan (jamur) Coreneum sp. Gejala serangannya adalah terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecokelatan pada bagian luar daging buah yang berumur antara 5-8 bulan. Beecak tersebut bertambah besar dan berubah menjadi hitam. Daging buah yang terinfeksi menjadi hitam. Daging buah yang terinfeksi menjadi terbelah dan kemudian buah akan jatuh sebelum tua.

Pengendalian penyakit terbelah putih dapat dilakukan dengan cara membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik, pengasapan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram belerang/pohon, membuang buah-buah yang terserang, dan penyemprotan fungisida.

5.    Pecah Buah Mentah

Penyakit pecah buah mentah disebut penyakit fisiologis yang disebabkan oleh beberapa factor, di antaranya umur pohon telah tua, penyerbukan dan pembuahan yang menyimpang, sifst-sifat keturunan, jarak tanam rapat, dan kondisi kebun tidak terpelihara. Serangan penyakit fisiologis biasanya terjadi pada buah yang berumur 4-6 bulan. Gejala serangan yang dapat diamati adalah buah pecah, sehingga biji dan fuli yang masih berwarna putih kemerahan sampai merah muda terlihat dari luar. Pengendalian penyakit fisiologis dapat dilakukan dengan cara memelihara tanaman secara intensif, terutama pemupukan dan sanitasi kebun.

6.    Penyakit Lain

Penyakit lain yang sering ditemukan adalah kanker batang dan rumah laba-laba. Penyakit kanker batang  menyerang batang, cabang,dan ranting, sehingga membengkak. Sedangkan penyakit rumah laba-laba menyerang cabang, ranting, dan daun, yang menimbulkan gejala daun mongering, kemudian diikuti oleh ranting serta cabang.

Pengendalian kedua jenis penyakit ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian yang terserang dan kemudian membakarnya.

Senin, 29 April 2013

CARA BUDIDAYA LADA / MERICA

budidaya lada - merica
Siapa yang tidak kenal komoditas Lada atau juga dikenal dengan merica.  Gara-gara rempah inilah mencul kolonialisme di penjuru dunia.  Lada /merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud biji-bijian. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia terutama di barat (western) dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting.  
Provinsi Lampung adalah salah satu negara penghasil lada terbesar di Indonesia.  Indonesia mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada di dunia. Indonesia terkenal dengan pasokan lada putih “Muntok White Pepper” dan lada hitam ”Lampung Black Pepper”. 
Manfaat paling utama lada yang utama adalah sebagai bumbu masak yang bisa membuat rasa masakan menjadi sedap, beraroma merangsang, dan menghangatkan badan. Karenanya di Indonesia lada digunakan bumbu khusus masakan-masakan peningkat gairah. Sementara itu di India yang masyarakatnya dikenal sangat menyukai masakan berbumbu lada, sehingga hampir sebagian besar produksi lada mereka untuk konsumsi dalam negeri. Selain untuk bumbu masak, lada bersama beberapa rempah lain dan umbi-umbian juga digunakan sebagai bahan ramuan jamu tradisional.
Lada terutama lada hitam, sering pula disuling untuk diambil minyaknya. Minyak lada dengan aroma wangi yang khas ini dipergunakan untuk bahan campuran minyak wangi.

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th
- Cukup sinar matahari (10 jam sehari)
- Suhu udara 20°C-34°C
- Kelembaban udara 50-100%
- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang

Media Tanam
- Subur dan kaya bahan organik
- Tidak tergenang atau terlalu kering
- pH tanah 5,5-7,0
- Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol
- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m
- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300
- Ketinggian tempat 300-1.100 mdpl

CARA BUDIDAYA LADA ATAU MERICA
Pembibitan
- Terjamin kemurnian jenis bibitnya
- Berasal dari pohon induk yang sehat
- Bebas dari hama dan penyakit
- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)

Pengolahan Media Tanam
a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu
Dosis kapur pertanian :
  • Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha
  • Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha
  • Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha
  • Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha
c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah

Teknik Penanaman
  • Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m), tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain (tumpang sari)
  • Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm
  • Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam
  • Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore
  • Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas
  • Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman
  • Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas
Pemeliharaan Tanaman
Pengikatan Sulur Panjat
Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.

Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

Perempalan
Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.
Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif
Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.

Pemupukan Susulan
Lakukan pemupukan sesua dengan aturan pupuk yang akan digunakan, biasakan dengan menggunakan pupuk organik

Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.

Pemberian Mulsa
Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.

Penggunaan Tajar (Ajir)
Sebaiknya gunakan tajar (Ajir) mati dari bahan kayu. Pangkal tajar (Ajir) diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar (Ajir). Panjang tajar (Ajir) 2,5-3 m..

Hama dan Penyakit
Hama
a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang atau lakukan penyemprotan dengan bahan organik

b. Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: pemotongan pada tandan bunga atau lakukan penyemprotan dengan bahan organik

c. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah atau lakukan penyemprotan dengan bahan organik

Penyakit
a. Penyakit busuk pangkal batang (BPB)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB

b. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan 

Panen
Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan