Lidah Buaya yang biasa kita tanam begitu saja di halam rumah, ternyata punya prospek bisnis yang sangat menguntungkan. Lidah buaya alias Aloevera itu merupakan salah satu komoditas pertanian paling laris di dunia dan paling banyak permintaannya. Lidah buaya telah dikembangkan sebagai tanaman
obat dan bahan baku industri makanan dan minuman
kesehatan di berbagai negara, dan di Indonesia juga sudah banyak industri yang mengembangkan hal tersebut.
Aloe vera/lidah buaya mengandung semua jenis vitamin kecuali vitamin D,
mineral yang diperlukan untuk fungsi enzim, saponin yang berfungsi
sebagai anti mikroba dan 20 dari 22 jenis asam amino. Dalam
penggunaannya untuk perawatan kulit, Aloe vera dapat menghilangkan
jerawat, melembabkan kulit, detoksifikasi kulit, penghapusan bekas luka
dan tanda, mengurangi peradangan serta perbaikan dan peremajaan kulit.
Dengan beragam manfaat yang terkandung dalam lidah buaya, pemanfaatannya
kurang optimal oleh masyarakat yang hanya memanfaatkannya sebagai
penyubur rambut.
Negara kita yang beriklim tropis merupakan lingkungan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan lidah buaya .
Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesiaternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi KalimantanBarat, khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baikdaripada di tempat tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang karenanya juga turut menyayangkan bilamanakeunggulan komparatif yang dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia.
Ada beberapa jenis tanaman lidah buaya yang memiliki nilai komersial yang tinggi:
1. Aloe vera barbandensis dari Amerika,
2. Aloe ferox dari Afrika yang punya bunga warna merah cantik
3. Aloe sinensis dari Asia (Cina).
Aloe vera barbandensis adalah yang terbaik untuk dibudidayakan karena lebih tahan terhadap hama dan penyakit, ukurannya jauh lebih besar dibanding jenis lainnya.
Cara Teknis Budidaya Tanaman Lidah Buaya
Penyediaan Bibit
Spesies tanaman lidah buaya di Kalimantan Barat adalah Aloe vera (L.)
Webb. Seperti yang telah dikemukakan terdahulu, pengadaan bibitnya
diperoleh hanya dengan memisahkan dan mengumpulkan anakannya yang
tumbuh (5-8 batang) di sekeliling tanaman induknya, berukuran kira-kira
sebesar ibu jari. Anakan tersebut kemudian didederkan terlebih dahulu di
pesemaian beratap hingga didapatkan bibit yang selanjutnya diseleksi
ukurannya untuk mendapatkan yang berukuran seragam dan memenuhi
syarat (3-4 minggu di pesemaian, tinggi bibit 10-20 cm). Pupuk kandang
atau kompos biasanya digunakan untuk menyiapkan bedengan pesemaian
yang subur. Pemeliharaan semaian dilakukan dengan seksama, di antaranya
dengan melakukan penyiraman dan pengendalian hama-penyakit, dan
gulmanya apabila diperlukan. Petani dapat pula menyiapkan kebun lidah
buaya yang khusus untuk sumber anakan. Polibag pun bisa digunakan untuk
menggantikan bedengan pesemaian.
Bibit lidah buaya dapat pula diperoleh dengan menggunakan stek batang.
Namun, karena batang tanaman ini pendek, tidak banyak bibit yang dapat
dihasilkan dari stek tersebut. Bibit dapat pula diperoleh dari anakan yang
tumbuh di sekitar tanaman hasil peremajaan, yakni yang dipotong batangnya
setinggi permukaan tanah.
Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan dimulai dengan memotong semak-semak (dan pohon-
pohon jika ada), menggali perakarannya, dilanjutkan dengan membakar
seluruh biomas tersebut (di masa depan disarankan agar petani tidak
melakukan pembakaran biomas, melainkan mengomposkannya). Jalan kebun
selanjutnya dibuat dengan posisi dan ukuran yang disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya terletak di tengah-tengah kebun selebar 2 m agar
gerobak dorong dapat dengan leluasa bergerak mencapai kebun dari jalan
utama. Di antara kebun petani, ada juga yang tidak memiliki jalan kebun
secara khusus, lebih-lebih jika luasannya sempit.
Pembersihan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa biomas pasca pembakaran dan bebatuan
yang ada. Sisa-sisa biomas dan bebatuan tersebut disingkirkan dari lahan
produksi agar tidak menjadi sumber infeksi jasad pengganggu tanaman atau
menjadi gangguan dalam penyiapan lahan selanjutnya.
Pembuatan ParitKeliling
Parit selebar 60 - 75 cm dan sedalam 100 cm dibuat di sekeliling lahan,
berfungsi sebagai batas kebun lidah buaya dan sebagai saluran drainase.
Kondisi parit dipertahankan agar dapat memenuhi fungsinya dengan cara
diperbaiki bilamana mengalami kerusakan atau pendangkalan.
Pencangkulan untuk Penyiapan Bidang Tanam
Tanah dicangkul hingga gembur sebelum dibuat bedengan tanam atau
langsung ditanami dengan lidah buaya. Jika bedengan dibuat, ukurannya
disesuaikan dengan jarak tanam lidah buaya, misalnya berukuran lebar 120
cm dan tinggi 30 cm, dengan panjang yang tergantung pada kondisi lahan
(sesuai dengan panjang lahan). Setelah pencangkulan selesai, abu bakaran
hasil pembukaan lahan atau yang didatangkan dari luar kebun ditabur
merata (1.5 - 2.0 kg/m2) di permukaan bedengan.
Di lahan gambut seperti di Kota Pontianak ini, petani umumnya tidak
membuat bedengan tanam. Bedengan tanam akan terbentuk dengan
sendirinya bilamana petani membumbun tanamannya atau meninggikan
tanah tempat tumbuh tanaman tersebut bilamana batangnya semakin tinggi.
Penanaman Bibit
Setelah tanah dicangkul dan diratakan, lubang-lubang tanam sedalam bilah
cangkul (20 cm) dipersiapkan dengan jarak tanam tertentu (misalnya jarak
antar barisan 1 - 1.5 m dan jarak dalam barisan 0.8 - 1.0 m). Demikian pula,
lubang-lubang untuk penyimpanan pupuk dibuat di samping lubang tanam.
Kemudian, bibit dipilih yang paling seragam pertumbuhannya, diambil
(berikut tanahnya) dengan hati-hati dari bedengan persemaian atau
dilepaskan berikut tanahnya dari polibag pesemaian, kemudian diletakkan di
dalam lubang tanam yang telah dipersiapkan, dikubur, dan dipadatkan
tanahnya.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan (kini Dinas Urusan Pangan, 2001)
mencatat dosis pupuk dasar yang biasa digunakan petani berupa 100 kg
urea/ha, 100 kg TSP (setara 200 kg SP-36/ha), dan 50 kg KCl/ha. Namun,
PPL yang merangkap sebagai pedagang pengumpul dan konsultan
pengekspor lidah buaya menyarankan pemupukan dasar sebelum tanam
dengan abu sebanyak 13 ton/ha, urea 900 kg/ha, dan pupuk kandang 12
t/ha untuk populasi tanaman sebanyak 8.300 batang/ha (jarak tanam 80 cm
x 120 cm). Di lapangan ketika survei dilakukan, di antara petani ada juga
yang hanya menggunakan pupuk berupa abu sebanyak 3.000 kg/ha dan
urea 150 kg/ha untuk populasi tanaman sebanyak 10.000 batang (jarak
tanam 100 cm x 100 cm).
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan penyulaman, penyiraman,
pemupukan, pengendalian hama-penyakit, pengendalian gulma,
pembuangan daun-daun yang busuk, penyobekan, dan pembumbunan
tanaman.
Penyulaman tanaman dilakukan menggunakan bibit yang seumur, yang
ditinggalkan di pesemaian untuk tujuan ini. Penyulaman dilakukan sesegera
mungkin jika ada tanaman yang mati, biasanya 1 - 3 minggu setelah tanam
agar tidak ada tanaman sulaman yang tertinggal pertumbuhannya.
Kelembaban tanah dipertahankan dengan penyiraman jika dianggap perlu
(tidak turun hujan).
Pemupukan ulang dilakukan berbeda-beda antar petani, padahal Dinas
Urusan Pangan (kini Dinas Urusan Pangan, 1998 dan 2001)
merekomendasikan penerapan pemupukan berdasarkan pengalaman petani
yakni dengan 1.5 - 2 kg abu yang disebar merata, hancuran kepala udang
(25 - 30 g/pohon) dan pupuk urea (5-10 g/pohon) yang dikubur di lubang-
lubang yang telah dipersiapkan, atau khusus untuk ureanya dapat pula
dilarutkan dahulu dalam air sebelum disiramkan ke daerah perakaran
tanaman (jadi, dalam kasus demikian, tidak perlu dibuat lubang untuk
pemupukan). Untuk kasus petani tersebut di butir 4.5.6, pemupukan ulang
dilakukan selang sebulan setelah tanam dengan jenis dan dosis yang sama
seperti yang diberikan pada saat tanam. Petani lainnya ada yang
menggunakan KCl selain urea dan abu, selain itu, ada juga petani yang
hanya menggunakan pupuk daun secara berkala. PPL menyarankan
pemupukan ulang dengan selang 3 minggu setelah tanam dengan jenis dan
dosis yang sama seperti yang direkomendasikannya pada saat tanam.
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai keperluan. Hama yang biasa
menyerang lidah buaya di kebun petani adalah ulat daun atau bekicot. Ulat
dikendalikan secara kimiawi, sedangkan bekicot dikumpulkan secara manual
untuk dibunuh. Penyakit yang umum adalah busuk pangkal batang yang
disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. Pengendaliannya menggunakan
fungisida seperti Dithane M-45 dan Benlate dengan konsentrasi 2 g/liter.
Pada umumnya petani menganggap serangan hama-penyakit tidak
berpengaruh banyak pada penurunan hasil daun.
Gulma dikendalikan dengan herbisida yang sesuai atau dicabut oleh petani
secara manual sepanjang umur tanaman. Gulma yang dominan di lahan
petani antara lain adalah alang-alang, teki, sikejut, krokot, dan wedusan.
Pertumbuhan gulma relatif cepat karena curah hujan di Kota Pontianak cukup
tinggi (di atas 2.000 mm/tahun). Pengendalian gulma secara manual
dilaksanakan petani praktis setiap hari jika dirasakan ada waktu terluang.
Pembuangan daun-daun yang busuk atau bakal afkir mutunya dilakukan
setidaknya bersamaan waktunya dengan pemanenan untuk menjaga
kesehatan tanaman. Daun-daun busuk dan/atau afkir dapat mencapai 0.5
persen dari hasil panen (830 kg - 1.000 kg daun segar/bulan/ha). Daun
busuk total dibuang ke luar kebun, sedangkan daun afkir (tergolong kelas
mutu C) masih dapat dijual sebagai bahan baku industri olahan rumah
tangga.
Penyobekan adalah kegiatan pemisahan anakan yang tumbuh di sekitar
tanaman sejak tanaman berumur 5 - 6 bulan agar pertumbuhan tanaman
induknya tidak terganggu (kerdil). Penyobekan dilakukan secara hati-hati
dengan pisau tajam akar tidak merusak perakaran tanaman induknya. Hasil
sobekan dapat dimanfaatkan untuk sumber bibit, didederkan di pesemaian.
Pembumbunan tanaman dilakukan untuk mengubur batang yang telah tinggi
sehingga tanaman tidak menjadi rebah terberati oleh daunnya.
Pembumbunan dilakukan dengan memindahkan tanah dari bidang tanah di
luar barisan tanaman sedemikian rupa sehingga bedengan tanam akan
terbentuk secara teratur. Bidang tanah antar bedengan selanjutnya berfungsi
sebagai saluran drainase yang terhubungkan ke saluran keliling kebun
sehingga kelebihan air pun dapat dikeluarkan dari kebun.
Panen
Panen pertama daun lidah buaya dapat dilakukan pada tanaman berumur 8 -
12 bulan tergantung pada keadaan penampakan daunnya, apakah telah
memenuhi persyaratan atau belum. Penampakan daun tersebut dipengaruhi
oleh kesuburan tanah: daun berukuran besar jika tanahnya subur, tetapi
kecil jika kesuburan tanah kurang. Daun yang dipanen adalah 1 - 2 helai
yang paling tua, terdapat paling bawah di pohonnya. Kualifikasi mutu daun
yang dapat dipanen ini telah mencapai bobot minimal 0.4 kg (memenuhi
kelas mutu B).
Dalam pemanenan daun lidah buaya, cara panen dan kebersihan daun
terpanen harus mendapat perhatian. Pisau yang tajam dipakai untuk
menyayat pangkal daun, selanjutnya daun tersebut diputar sambil
dipisahkan dari tanaman induknya. Getah berwarna kuning kecoklatan
dibiarkan mengucur dari bekas sayatan, dijaga agar tidak mengenai helaian
daunnya dengan cara menyimpan daun tersebut miring. Pelukaan daun
karena ketidakhati-hatian saat panen agar dihindari karena hal itu dapat
menurunkan kelas mutunya.
Di tahun pertama daun yang dapat dipanen umumnya berbobot segar
minimal 0.5 - 0.6 kg/tanaman. Panen berikutnya di tahun kedua dapat
dilakukan selang 10 atau 15 hari dan menghasilkan 0.8 - 1.0 kg daun
segar/tanaman; di tahun ketiga dapat dihasilkan 1.2 - 1.4 kg daun
segar/tanaman; di tahun keempat dapat dihasilkan 1.0 - 1.2 kg daun
segar/tanaman; di tahun kelima dapat dihasilkan 0.8 - 1.0 kg daun
segar/tanaman. Berdasarkan populasi sebanyak 7 500 tanaman/ha,
produktivitas rata-rata tanaman menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan
(kini Dinas Urusan Pangan, 2001) sejak tahun pertama hingga tahun kelima
masing-masing adalah 9.200 kg/ha/tahun di tahun pertama, 10.200
kg/ha/tahun di tahun kedua, 18.360 kg/ha/tahun di tahun ketiga, 12.100
kg/ha/tahun di tahun keempat, dan 8.500 kg/ha/tahun di tahun kelima.
Pascapanen
Daun hasil panen dilap dengan kain bersih setelah dipanen, kemudian
dibungkus dengan kertas koran dan dimasukkan ke dalam keranjang rotan
(jika ada). Keranjang rotan yang berisi daun terpanen itu selanjutnya
ditempatkan di bangunan kebun atau langsung dikirimkan ke pedagang
pengumpul. Sambil menunggu penjualan atau pengiriman kepada
pengekspornya, daun biasanya dipertahankan di bangunan simpan selama 1-
3 hari.
Dalam penanganan pascapanen harus diperhatikan agar daun tidak luka atau
patah karena kelas mutunya menjadi turun. Hal ini terutama dapat terjadi
ketika daun ditumpuk di dalam keranjang, ketika sedang diseleksi dan dipilah
berdasarkan kelas mutunya, ketika ditimbang dan disusun di atas rak pasca
seleksi, atau ketika disusun/dimasukkan ke dalam kemasan peti kayu untuk
dikirim kepada pengekspor.
Peremajaan atau Penanaman Kembali Kebun
Peremajaan kebun biasanya dilakukan pada umur tanaman lima tahun, pada
waktu tanaman terlihat tinggi batangnya, kadang-kadang mulai rebah. Cara
peremajaan kebun adalah dengan memotong batang tersebut, kemudian
menancapkannya kembali ke dalam tanah. Pasca peremajaan daun dapat
diteruskan pemanenannya setelah tanaman mengalami penyembuhan.
Penggantian kebun dengan penanaman baru dilakukan jika kondisi tanaman
dianggap tidak ekonomis lagi. Penanaman baru dapat dilakukan di lahan
yang sama mengikuti urutan kegiatan sebagaimana yang dikemukakan di
atas.