Rambutan Binjai merupakan jenis rambutan yang paling banyak dicari pembeli buah. Maklum saja, karena memang rasanya manis dan segar, daging buah yang tebal dan daging buahnya mudah dikupas tidak menempel pada kulit ari biji biji, membuatnya lebih mudah ketika kita makan rambutan binjai ini. Tak heran Jika Rambutan Binjai asli dari Sumatera Utara ini disebut varietas rambutan unggulan.
Rambutan Binjai cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian maksimal sampai dengan 500 meter dari permukaan laut.
Rambutan menyukai daerah iklim basah, dengan curah hujan cukup tinggi sekitar
1.500-3.000 milimeter per tahun.
Cara budidaya Rambutan Binjai sangat mudah. Lahan yang telah
diolah dibuat lubang ukuran 60cm x 60 cm dengan kedalaman 50 cm.
Cara Budidaya Rambutan Binjai
Perbanyakan tanaman
Tanaman diperbanyak dengan okulasi. Perbanyakan
dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan karena kurang efisien.
Sebagai batang bawah digunakan bibit semai dari varietas sinyonya (tidak
ngelotok). Umur batang bawah yang dapat diokulasi sekitar 6-8 bulan.
Untuk mata tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan varietas unggul
yang daunnya mulai menua, tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang
tersebut mata tempelnya masih tidur.
Untuk mempercepat mata tempel mulai
bangun (matanya menonjol), dilakukan perompesan daun dari cabang entres
yang akan digunakan sebagai sumber mata tempel antara 2-3 minggu
sebelum cabang dipotong. Biji rambutan adalah monoembrional sehingga
semai generatif dari varietas sinyonya yang digunakan untuk batang bawah
pengaruhnya bervariasi terhadap batang atas. Sifat tanaman rambutan
adalah heterozigot dan menyerbuk silang.
Budi daya tanaman
Setelah
lahan diolah, dibuat lubang tanaman ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Pupuk
kandang yang digunakan adalah 40 kg/lubang tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m
atau 12 m x 12 m, tergantung pada kondisi lahan. Pada lahan miring,
jarak tanam lebih rapat.
Pada lahan gambut atau lahan masam dengan pH
kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur mati atau abu dapur.
Bibit
ditanam di lahan setelah tingginya lebih dari 75 cm, yakni berumur lebih
dari delapan bulan.
Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP atau SP-36,
dan KCI, dengan perbandingan 2 : 2: 1 diberikan sebanyak 50-250 gram per
tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat bulan sekali.
Sesudah tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK
hingga 500-1.000 g per pohon.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang penting adalah membersihkan kebun dari gulma dan memangkas tunas-tunas liar/tunas air yang muncul.
Hama dan Penyakit
Lalat daun Tarsolepis sommeri sering merusak bunga dan daun yang baru
trubus, terutama saat musim kemarau menjelang musim hujan.
Kutu putih
Pseudococcus lilacinus sering menyelinap di antara bulu buah rambutan
sehingga buah tampak kotor hitam. Insektisida dapat mengatasi hama
tersebut.
Namun, penyemprotan insektisida saat buah mendekati merah
(matang) sangat berbahaya karena mengakibatkan residu. Penyakit lain
yang biasa mengancam akar tanaman adalah cendawan putih Armilaria sp.,
busuk akar Phytophthora parasitica, dan busuk cokelat leher batang
Fusarium sp. Penyakit ini dapat diatasi dengan aerasi yang baik atau
disiram Benlate 0,3%. Cendawan yang biasa menyerang batang adalah busuk
cokelat batang Cortisium salmonicolor yang dapat ditularkan melalui
angin dan alat-alat pertanian. Penyakit jamur upas ini dapat diatasi
dengan jalan mengolesi bagian yang sakit dengan lisol.
Panen dan Pasca Panen
Buah rambutan dapat dipetik setelah matang pohon atau umur 120 hari
setelah anthesis (bunga mekar). Panen dilakukan dengan memotong tangkai
rangkaian (tandan) buah. Hasilnya dapat mencapai 500-700 kg/pohon. Musim
panen rambutan terjadi pada bulan Desember–Februari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar