Minggu, 01 Desember 2013

MANFAATKAN LAHAN TIDUR DENGAN BERTANAM SENGON

Jika anda punya lahan atau pekarangan yang tidak anda gunakan alias nganggur aja karena jaraknya jauh, ada baiknya lahan tersebut anda manfaatakan dengan tanaman kayu yang tidak butuh perawatan secara teratur dan kontinyu. Menanam tanaman kayu, saat ini memang menguntungkan karena kebutuhan kayu juga semakin meningkat sedangkan pasokan semakin terbatas.  Salah satu tanaman kayu yang banyak direkomendasikan adalah kayu sengon atau nama ilmiahnya Paraserianthes falcataria L. Nielsen sedangkan nama sinonimnya adalah Albizia moluccana, Albizia falcata dan Albizia falcataria.

Sengon merupakan jenis tanaman penghasil kayu yang paling cepat pertumbuhannya. Setelah berumur 1 tahun tingginya 7 m dan setelah 12 tahun mencapai 39 m dengan diameter batang 60 cm. dengan tinggi bebas cabangnya sekitar 10-30 m. Batangnya lurus tidak berbanir dengan kayu berwarna putih dan berat jenis kayu sekitar 0,3.

Sengon tidak perlu dipupuk terutama nitrogen (N), karena pada perakarannya ada bintil akar yang di
dalamnya ada bakteri Rhizobium yang dapat mengikat N dari udara. Karena itu sengon juga bisa dipakai untuk menyuburkan lahan kritis.  Untuk budidaya, pupuk yang diberikan adalah TSP dan KCl.

Sengon tumbuh baik pada daerah bercurtah hujan 1.500-4.500 mm/th. Ketinggian tempat 0-1200 m dpl. Keasaman tanah dari agak masam sampai netral. Solum tanah minimal 50 cm. Pada tanah yang kurang subur pun jenis ini masih dapat tumbuh dengan baik.

Pembibitan Tanaman Sengon
a) Benih
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
  •     Kulit bersih berwarna coklat tua
  •     Ukuran benih maksimum
  •     Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
  •     Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.

b) Kebutuhan Benih

Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :

    Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
    Jarak tanam 3 x 2 meter
    Satu lubang satu benih sengon
    Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
    Daya tumbuh 60 %
    Tingkat kematian selama di persemaian 15 %

Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
c) Perlakuan benih

Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
d) Pemilihan Lokasi Persemaian

Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :

Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5%
Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.

Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.
Langkah-Langkah Penyemaian Benih Sengon

Terlepas dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung maka langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap – tahap kegiatan sebagai berikut:
 
a) Penaburan

Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.

Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :

    Benih
    Bedeng tabur/bedeng kecambah
    Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1
    Peralatan penyiraman
    Tersedianya air yang cukupdan sebagainya.

Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.

Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.

Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.

b) Penyapihan Bibit

Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :

    Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada bagian sisi-sisinya.
    Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
    Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.
    Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
    Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif.

c) Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :
Penyiraman

Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan “gir”. Adapun pembuatan larutan “gir” adalah sebagai berikut :

    Siapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang.
    Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian.
    Tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata.
    Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan.
    Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
Penyiangan

Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.


Penyiapan Lahan Budidaya Sengon

Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap:

Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman.
Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).

Penanaman Sengon

Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :

Pembuatan dan pemasangan ajir tanam : Ajir dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.
Pembuatan lobang tanam. Lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.
Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.
Penanaman bibit, pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati – hati agar bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.

Pemeliharaan Tanaman Sengon

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan :

Penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.

Penyiangan. Pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya. Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.

Pendangiran. Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanman.

Pemangkasan. Melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).

Penjarangan. Penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur. Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem “untu walang” (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.

Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.

Minggu, 24 November 2013

TEKNIK BUDIDAYA PISANG AMBON SECARA MODERN

Pisang ambon adalah buah yang punya nilai ekonomis tinggi, Pisang Ambon sering digunakan sebagai pencuci  mulut setelah makan .  Ada beberapa varian pisang ambon yang populer antara lain pisang ambon kuning, pisang ambon lumut, dan pisang ambon putih. Pisang Ambon atau biasa dikenal dengan pisang hijau mengandung senyawa yang disebut asam lemak rantai pendek, yang berguna untuk memelihara lapisan sel jaringan dari usus kecil, mampu meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi. Pisang ambon juga baik untuk penderita diabetes, Sebab gula sederhana yang dikandung pisang ambon cukup mudah diserap tubuh. Bagi mereka yang sedang menjalani diet, pisang ambon juga bisa menjadi sumber karbohidrat harian Anda.

SYARAT TUMBUH:
Media Tanam
a. Sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
b. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang.
c. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
Ketinggian Tempat
Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m. Pisang ambon tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 mdpl.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
 Pembibitan
- Perbanyakan dengan cara vegetatif berupa tunas (anakan).
- Tinggi anakan untuk bibit 1 – 1,5 m, lebar potongan umbi 15 – 20 cm.
- Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat.
- Bibit yang baik daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit.
Penyiapan Bibit
- Tanaman untuk bibit ditanam dgn jarak tanam 2×2 m
- Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7- 9.

Teknik Penanaman Pisang Ambon
1) Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
3) Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan. Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15-20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.

Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
2) Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
3) Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
4) Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun).
5) Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.
6) Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh
dipasang terus menerus.
7) Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan
sedalam 30 cm ke dalam tanah.

HAMA DAN PENYAKIT
Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala : lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian : sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala : pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.

Jumat, 15 November 2013

MERAWAT TANAMAN INDOOR DENGAN CARA HIDROPONIK

Tanaman dalam ruangan tentuya bisa menambah segar ruangan kita.  Namun kadangkala kita malah lupa merawat tanaman indoor lantaran kesibukan sehingga tanaman kita jadi merana dan mati.  untuk mengatasi hal tersebut dengan menanam tanaman dalam ruang (indoor) dengan sistem hidroponik sangat cocok bagi anda yang suka tanaman indoor, namun tidak ada waktu merawatnya.  Sistem hidroponik cocok dipakai pada masyarakat di kota-kota besar, aktivitas yang padat tidak sempat mengurus tanaman. Sistem hidroponik ini juga tepat untuk rumah yang memiliki lahan minimalis.
 
Menanam tanaman indoor dengan sistem hidroponik ini pada dasarnya menanam tanpa tanah sehingga ruangan tetap bersih.  Nutrisi yang dibutuhkan tanaman diberikan melalui alat berupa indikator air yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan khusus tanaman di dalam ruangan.  Dan jangan khawatir karena saat ini sudah banyak tersedia beragam pot cantik khusus tanaman indoor.  Bukan hanya bentuknya yang menarik, tersedia pula pilihan warna yang dapat disesuaikan dengan ruangan. Pot cantik ini bisa dibeli satu paket leng kap dengan wadah yang sudah ada indikator air, dan media tanam.   Harga satu set antara Rp 500 ribu hingga Rp 800 ribu tergantung dari ukurannya.  Agak mahal memang jika harus membeli paket media hidroponik buatan pabrik.

Sabtu, 19 Oktober 2013

CARA BUDIDAYA BUNGA POTONG SEDAP MALAM

Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberosa) sudah sangat kita kenal dengan bau wanginya dan memiliki kesegaran yang mampu bertahan lama. Meskipun telah dipotong bunga yang menjadi flora Identitas provinsi Jawa Timur ini kesegarannya dapat bertahan selama 5-10 hari. Bunga ini banyak dimanfaatkan sebagai bunga potong untuk berbagai keperluan. Selain itu bunga Sedap Malam juga dapat diolah sebagai bahan pembuat parfum. Sedap malam akan berbunga pada umur 4 - 5 bulan setelah tanam.  Bunga sedap malam punya sejumlah manfaat untuk kesehatan, mulai dari mengobati keluhan susah tidur, influenza, sampai rematik.  Wanginya yang seharum melati bermanfaat menenangkan hati orang di sekitarnya.

Perbanyakan benih sedap malam sampai saat ini hanya dengan vegetatif yaitu melalui umbi. Kebutuhan bibit umbi ditentukan pada sistem tanam dan jarak tanam. Pada sistem tanam dengan jarak tanaman 20 x 20 cm, kebutuhan umbi per hektar sekitar 200.000 butir umbi bibit. Harga bibit sekitar Rp 400 per umbi berukuran sedang. Sedap malam roro anteng cocok di dataran rendah (di bawah 100 m dpl) dan Dian Arum di dataran rendah-sedang (100 - 400 m). 
Sedap malam berbunga tunggal dan semi ganda lebih cocok ditanam di dataran rendah dengan elevensi di bawah 50 m dpl. Sedap malam berbunga ganda cocok ditanam di daerah dengan ketinggian di atas 100 m sampai 600 m dpl.  Bila sedap malam berbunga tunggal dan semi ganda ditanam di dataran sedang, maka bunga yang dihasilkan akan memiliki tangkai bunga yang agak panjang, tidak kokoh dan kurang kekar serta malai bunga agak panjang dan bagian ujung malai terkulai dengan jumlah kuntum bunga lebih sedikit.

Hal yang terpenting dalam menanam sedap malam adalah pemilihan jenis tanah adalah: subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainase tanah baik serta derajat kemasaman tanahnya (pH) antara 5,0 - 5,7.

TEKNIK BUDIDAYA SEDAP MALAM
a. Pengolahan Tanah
Tanah  diolah pada kondisi kering sebelum musim hujan dengan cara dicangkul, dibajak/traktor, atau dibalik menggunakan garpu terlihat bongkahan-bongkahan tanah yang sudah berubah menjadi gembur tanpa ada tanaman satupun. Untuk tanah kering yang masih banyak gulma kita perlu melakukan pembersihan gulma dengan cara dibabat, dicabut sehingga bebas dari tanaman/gulma selanjutnya tanah diolah dengan dicangkul atau ditraktor kemudian diberi bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5-10 t/ha.
1. Setelah ada hujan/musim hujan tiba tanah diolah kembali dengan cara dibajak ulang, digaru untuk mengancurkan bongkahan-bongkahan tanah hingga rata, gembur dan subur. Tanah yang tidak terkena traktor/bajak dibagian sisi/pojok petakan dincangkul selanjutnya di buat bedengan dan parit serta pematang untuk batas petakan.
2. Biarkan 1 minggu hingga 2 minggu, kemudian buat bedengan dengan lebar 120 -180 cm lebar 100 cm, tinggi 20 - 30 cm (panjang tergantung kondisi lahan).
3. Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 30-40 cm dan kedalaman 40 cm.
4. Apabila pH tanah kurang dari 5 - 7 perlu diberi Dolomit/kaptan dengan dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 1 minggu. Selanjutnya tutup menggunakan mulsa perak secukupnya yang disesuaikan dengan lebar dan panjang bedengan.
5. Lahan siap untuk ditanam 
 
b. Penanaman Sedap Malam
Penyiapan lahan dengan memasang Mulsa Plastik Hitam Perak.  adapun cara memasang MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) antara lain dengan menarik kedua ujung MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) ke masing-masing ujung bedengan arah memanjang. Kemudian dikuatkan dengan pasak bilah bambu berbentuk "U" yang ditancapkan di setiap sisi bedengan. Berikutnya tarik pula lembar MPHP ke bagian sisi kiri kanan (lebar) bedengan hingga nampak rata menutup permukaan bedengan. Kuatkan dengan pasak bilah bambu pada setiap jarak 40 - 50 cm. Bedengan yang telah ditutup MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) dibiarkan dulu selama + 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) bibit sedap malam yang ditanam.
Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi/kaleng susu yang salah satu permukaannya telah dipotong dan diisi arang panas, berdiameter + 7 - 10 cm kemudian MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) akan berlubang berupa bulatan-bulatan kecil sesuai degan ukuran yang telah disiapkan (ukuran 20 x 25 cm), kemudian disusul dengan penyiapan benih menggunakan karung atau nampan.
Penyiapan benih : karena penyimpanan benih dilakukan dengan dikering anginkan dekat tungku dan biasanya kurang terkontrol dengan suhu udara panasnya kemungkinan besar benih tersebut ada sebagian yang rusak diakibatkan suhu terlalu panas sehingga benih jadi kropos dan umbinya tidak padat, maka perlua dilakukan penyortiran ulang yang bertujuan untuk menyamakan ukuran umbi yang baik sesuai dengan asturan perbenihan.
Cara tanam : Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu lubang tanam disiram hingga kapasitas lapang. Penanaman sedap malam dapat dilakukan sepanjang musim, asalkan tersedia sarana dan prasarana yang dibutuhkan tanaman tercukupi (air, pupuk, dan lain-lain). Waktu yang tepat sebaiknya untuk menanam disesuaikan dengan permintaan pasar/bulan baik yang diperkirakan panennya jatuh pada hari-hari besar (Tahun Baru keagamaan), umur dan waktu bunga bisa dipanen pada tanaman bunga sedap malam sekitar 4 - 5 bulan.
Penanaman dilakukan secara hati-hati agar pada lubang MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) tidak rusak, pembuatan lubang tanam dengan cara mengangkat tanah dengan sendok/garfu kecil sedalam 7 - 9 cm yang telah disiapkan pada MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) pada setiap lubang selanjutnya benih sedap malam dimasukkan sebanyak 1 umbi padatkan pada bagian sisi-sisi umbi. Umbi yang telah dimasukkan diatur tegak dengan arah tunas menghadap ke atas.
Penutupan lubang tanam yang telah diisi umbi menggunakan tanah gembur yang sudah jadi/ menggunakan tanah bekas galian lubang tanam yang sudah tercampur pupuk. Tebal tanah penutup berkisar ± 7,5 cm, yang bertujuan untuk menstabilkan suhu, agar pupuk cepat larut dengan air tanah dan merangsang pertumbuhan umbi. Setelah selesai menanam lakukan penyiram pada lubang tanam/bedengan untuk menjaga kelembaban.

Sumber: Dalmadi BBP2TP

Selasa, 15 Oktober 2013

POTENSI TANAMAN KESUMBA UNTUK PEWARNA ALAMI DARI MAKANAN SAMPAI TEKSTIL

Bixa orellana L atau biasa disebut dengan Kesumba merupakan tanaman perdu yang dikenal sebagai penghasil pigmen merah (bixin) dan penghasil norbixin atau pewarna alami untuk makanan dan kosmetik yang aman untuk digunakan.  Kesumba merupakan tanaman asli dari Amerika tropis dan Kesumba ini telah dibudidayakan secara komersial di Brazil dan negara-negara amerika latin. Penggunaan Kesumba sebagai pewarna alami telah dikenal sejak lama yaitu oleh suku Indian amerika untuk mewarnai tubuh mereka dengan warna merah, dan juga digunakan sebagai tabir surya dan obat sengatan serangga.
Karena warna buahnya yang cantik dan berwarna merah terang, Kesumba ini banyak di tanam sebagai tanaman hias di Indonesia. Kesumba dikenal sebagai penghasil zat pewarna untuk kebutuhan tekstil hingga makanan. Kesumba memiliki nama lain lipstick tree, karena digunakan sebagai bahan dasar lipstik sejak satu abad lalu. Pewarna alami dari kesumba Bixa orellana dapat diperoleh dari selaput bijinya. Komponen warna utama pada kesumba ini adalah bixin, yang mencapai 80 persen dari total pigmen pada selaput bijinya.

Di Bantul terdapat produk batik bermerk Batik-Bixa, dimana produsen batiknya tidak menggunakan bahan pewarna sintetis, tetapi kesumba. Perusahaan batik ini menjadi pionir dari pengguna pewarna alami pada industri tekstil di Indonesia.
Pada industri makanan, bixin biasanya diformulasikan untuk menampilkan warna pada kisaran kuning, oranye, jingga, sampai merah pada aneka makanan berbasis lemak (mentega, margarin, keju, yoghurt, krim) dan makanan ringan (kue, biskuit). Bixin juga digunakan sebagai pewarna minyak goreng, minyak jagung, dan salad.

Sabtu, 12 Oktober 2013

CARA BUDIDAYA TANAMAN BUAH MARKISA

Buah Markisa tentunya sudah tidak asing lagi buat penggemar tanaman dan buah, bahkan oleh-oleh sirup markisa sudah menjadi trademark daerah tertentu seperti di daerah Makassar Sulawesi Selatan.  Markisa ini aslinya bukan tanaman yang tumbuh alami diIndonesia tetapi berasal dari Amerika tropis.  Tanaman Markisa ini merupakan tanaman merambat yang harus diberi lanjaran dan habitat aslinya di daerah pegunungan berhawa sejuk, namun bisa juga ditanam di dataran rendah dan bisa berbuah juga. 
Markisa yang kita kenal ada 2 yaitu markisa buah kecil (Passiflora foetida) yang hidup liar dan markisa buah yang besar yang banyak budidaya oleh masyarakat.
Di Indonesia setidaknya ada 4 jenis Markisa yang banyak dibudidayakan masyarakat yaitu:
  1. Markisa Ungu (Passiflora edulis var. edulis)
  2. Markisa Konyal (Passiflora lingularis)
  3. Markisa Kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa).
  4. Markisa Erbis ( Passiflora quadrangularis).
Markisa ungu banyak ditanam di dataran tinggi di Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.  Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 800 – 1.500 m diatas permukaan laut. Tanaman markisa diperbanyak dengan stek batang.

Dari sisi manfaat salah satunya adalah ekstrak buah markisa kuning mengandung zat fitokimia yang mampu membunuh sel kanker berdasarkan sebuah penelitian.  Manfaat lain dari buah markisa bisa  untuk menyembuhkan badan lemah setelah sakit, kehilangan napsu makan, anemia disertai bibir pucat, terasa dingin pada anggota badan dan pusing, kurang susu setelah melahirkan, serta memulihkan kondisi tubuh setelah pengobatan khususnya yang disebabkan oleh parasit pada anak.

Cara Budidaya
Perbanyakan tanaman Markisa umunnya dilakukan dengan biji dan setek cabang.
Bibit dapat ditanam di kebun setelah punya tinggi lebih dari 50 cm (berdaun 3-4 helai).
Tanah dicangkul dengan baik agar gulma dan alang-alang yang tumbuh hilang hingga ke akar-akarnya. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman 30-40 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 10 kg. Bibit yang telah cukup umur ditanam dalam lubang. Jarak antar lubang tanam 2 m x 5 m. Bibit dalam polibag sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Penanaman markisa pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) akan memperlambat umur berbunga, yakni setelah 10-12 bulan. Penanaman pada akhir musim hujan menyebabkan tanaman akan berbunga pada umur sekitar enam bulan. Tanaman markisa dapat dirambatkan pada pohon hidup atau kayu Gliricidia. Markisa yang dirambatkan dengan sistem pagar produksinya lebih tinggi.

Pemeliharaan
Pemupukan dengan NPK (15:15:15) sebanyak 25-100 g per tanaman, tergantung umurnya. Dianjurkan perambatan dengan sistem pagar. Jaraknya 3 m agar pengaturan cabang lebih mudah dan dapat dikombinasi dengan tanaman lain (misalnya kopi). Sebagai tiang pagar dapat digunakan tanaman hidup (Gliricidia, kayu jaran Lannea grandis). Untuk menjalarkan batang markisa digunakan kawat yang dibentangkan mendatar seperti pada perambatan tanaman anggur. Setelah bibit yang ditanam di sepanjang pagar (jarak 2-3 m) mencapai bentangan kawat terbawah, ujung bibit segera dipotong. Dari tunas yang tumbuh, dipilih tiga tunas yang kekar. Dua tunas dijalarkan pada bentangan kawat terbawah dan satu lagi dibiarkan tumbuh mencapai bentangan kawat di atasnya. Pekerjaan seperti ini diulangi hingga semua kawat bentang dijalari oleh 1-2 tunas yang merupakan cabang buah. Bunga muncul pada ketiak daun, biasanya berdaun tunggal. Bila cabang-cabang buah belum berbunga maka ujung cabang perlu dipotong (dipotes). Buah akan bergantung pada kawat tersebut. Namun, petani di Indonesia tidak pernah melakukan pemangkasan seperti ini sehingga produksinya rendah.

Hama dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang tanaman markisa adalah lalat buah Dacus dorsalis dan nematoda bengkak akar yang disebabkan oleh Meloidogyne incognita. Kutu daun kuning Myzus persicae dan kutu putih Aphis gossypii sering terdapat pada daun. Hama ini dapat diatasi dengan semprotan insektisida Tamaron 0,2%. Penyakit yang biasa mengancam tanaman markisa adalah mati pucuk Phytophthora parasitica, penyakit layu Fusarium passiflorae, dan penyakit busuk leher akar (damping-offi pada bibit di persemaian yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani. Kondisi lahan yang basah merangsang tumbuhnya penyakit-penyakit tersebut. Bila belum terlambat, penyakit ini dapat diatasi dengan Benlate 0,2% atau lisol 10-50%.

Panen dan Pasca Panen
Buah markisa harus dipanen setelah matang pohon, yakni setelah berwarna kuning dan timbul aroma harum. Buah yang masih muda (warnanya hijau) sebaiknya tidak dipanen karena mutunya rendah.

Senin, 07 Oktober 2013

TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEMA COTTONII DENGAN MODEL TERAPUNG

Rumput Laut secara alami bisa kita temukan di hampir sepanjang pantai di Indonesia, terutama pantai yang berkarang. Ada banyak sekali jenis rumput laut yang bisa kita jumpai dan ini menjadi kekayaan hayati laut di negara kita.  Namun untuk budidaya rumput secara komersial tidak semua jenis rumput laut cocok untuk budidaya karena berbagai faktor.  Setidaknya ada empat jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, Gracilaria spp dan Sargassum spp.   

Yang paling banyak dikembangkan dari empat jenis tadi adalah Euchemma cottonii karena permintaan pasar yang sangat luas untuk kebutuhan industri kosmetik dan farmasi. Kalau anda suka makan es rumput laut, maka yang anda makan adalah rumput laut jenis ini. Daerah pembudidaya rumput laut Euchema cottonii bisa dijumpai di Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat.

Secara taksonomi bilogi, Eucheuma cottonii dapat digolongkan dan diklasifikasikan sbb:
Divisio            : Rhodophyta
Kelas               : Rhodophyceae
Ordo                : Gigartinales
Famili             : Solieriaceae
Genus              : Eucheuma
Spesies            : Eucheuma cottonii

Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan  thallus.  Pada Eucheuma cottonii, thallusnya bercabang-cabang berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar (sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk melindungi gametan. Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau kuning. Spina  Eucheuma cottonii  tidak teratur menutupi  thallus  dan cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau kuning, abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk sederhana sampai kompleks.  Metode budidaya yang digunakan adalah metode dasar dan lepas dasar atau metode terapung.

Untuk membudidyakan Rumput laut Eucemma cottonii yang harus diperhatikan adalah :

LOKASI BUDIDAYA
Lokasi yang mempunyai arus tidak terlalu keras tetapi juga tidak tenan. Untuk menghindari kerusakan secara fisik sarana budidaya maupun rumput laut dari pengaruh angin dan gelombang yang besar, maka diperlukan lokasi yang terlindung. Lokasi yang terlindung biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung oleh adanya penghalang atau pulau di sekitarnya.

SYARAT EKOLOGIS
Faktor ekologis suatu lokasi merupakan  faktor  terpenting, dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya. Parameter ekologis yang perlu diperhatikan antara lain : Ketersediaan bibit, arus, kondisi dasar perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran dan tenaga kerja.
3.1. Ketersediaan bibit
Lokasi yang terdapat stock alami rumput laut yang akan dibudidaya, merupakan petunjuk lokasi tersebut cocok untuk usaha budidaya rumput laut. Apabila tidak terdapat sumber bibit dapat memperolehnya dari  lokasi lain.  Pada lokasi dimana Euchema cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain seperti Gracilaria, dan Sargassum.
3.2. Arus
Rumput laut merupakan organisma yang memperoleh makanan melalui aliran air yang melewatinya atau melalui sintesa bahan makanan di sekitarnya dengan bantuan sinar matahari. Gerakan air yang cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya fluktuasi yang besar terhadap salinitas maupun suhu air. Suhu yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 25 –29oC.  Arus dapat disebabkan oleh arus pasang surut, maupun karena angin dan ombak. Besarnya kecepatan arus yang baik antara : 20 – 40 cm/detik. Suatu lokasi yang memiliki arus yang baik biasanya ditumbuhi karang lunak dan padang lamun yang bersih dari kotoran dan miring ke satu arah.
3.3.  Kondisi dasar perairan
Perairan yang mempunyai dasar pecahan-pecahan karang dan pasir kasar, dipandang baik untuk budidaya rumput laut Euchema cottonii. Kondisi dasar perairan yang demikian merupakan petunjuk adanya gerakan air yang baik, sedangkan apabila dasar perairan yang terdiri dari karang yang keras, menunjukkan dasar itu terkena gelombang yang besar dan apabila dasar perairan terdiri dari lumpur, menunjukkan gerakan air yang kurang.
3.4.  Kedalaman air.
Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Euchema cottonii dengan metoda lepas dasar  adalah 30 – 60 cm pada waktu surut terendah, dan 1 - 15 m untuk sistim apung, dengan metode rakit bambu, metode jalur dan long-line. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari.
3.5.  Salinitas.
Euchema  adalah alga laut yang bersifat stenohaline, relatif tidak tahan terhadap perbedaan salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik berkisar antara 28 - 34 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan salinitas demikian perlu dihindari lokasi yang berdekatan dengan  muara sungai.
3.6. Kecerahan.
Rumput laut memerlukan cahaya sebagai sumber energi guna pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya yang normal. Lokasi yang potensial hendaknya dipilih yang memiliki kecerahan air  tinggi.
Air yang keruh biasanya mengandung lumpur dan dapat menghalangi tembusnya cahaya di dalam air, dan dapat menimbun permukaan thallus, sehingga akan mengganggu  pertumbuhan dan perkembangannya. Lokasi yang baik bagi budidaya rumput laut memiliki kecerahan lebih dari 1,5 m pada pengukuran dengan alat secchi disk.
3.7.  Pencemaran.
Lokasi yang telah tercemar, baik yang berasal dari limbah rumah tangga, aktivitas pertanian, maupun limbah industri harus dihindari untuk budidaya rumput laut, Sebaiknya dihindari pula lokasi budidaya yang berdekatan dengan muara sungai, karena terutama pada saat musim penghujan, merupakan sumber sampah dan kotoran lumpur. Kondisi ini akan menutupi permukaan thallus rumput laut dan akan mempengaruhi pertumbuhannya.
3.8.  Tenaga kerja.
Dalam memilih tenaga kerja yang akan ditempatkan di lapangan sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya, dan memiliki kemauan bekerja. Hal ini dapat menghemat biaya.

TEKNIK BUDIDAYA

Sistim Lepas Dasar.
Metode ini merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah ditetapkan (lokasi budidaya) dipasang patok-patok secara teratur berjarak antara 50 – 100 cm.  Pada sisi yang berlawanan  dengan jarak 50 – 100 m juga diberi patok dengan jarak yang sama.   Satu patok dengan patok lainnya dihubungkan dengan  tali jalur yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman bebas dari lumpur (adanya sedimentasi)

Sistim Apung
a. Metode rakit
Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5 - 4 x 5 - 7 m.  Pada rakit tersebut dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm kemudian  rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut.   Berat bibit yang digunakan berkisar antara 50 – 100 gram. Setelah rumput diikat maka rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman perairan berkisar antara 0,5 – 10 meter.

b. Metode Long Line berbingkai
Konstruksi metode ini semuanya terbuat dari tali PE. Adapun teknik pembuatan konstruksinya sbb : Menyiapkan tali PE Ø 0,10 cm sepanjang 260 m. Kedua ujung tali tersebut dihubungkan kemudian dirancang  hingga berbentuk persegi panjang berukuran 100 x 25 m. Pada keempat sudut  dilengkapi dengan empat buah pelampung yang berfungsi mempertahakan konstruksi agar tetap  berada pada permukaan air. Agar konstruksi tersebut tetap pada posisi yang diharapkan maka pada keempat sudut yang sama dilengkapi dengan enam buah jangkar. Setelah selesai menyiapkan konstruksi maka tahap berikutnya adalah menyiapkan 165 buah tali jalur yang terbuat dari tali PE Ø 0,5 cm. Tali tersebut dipotong masing – masing 25 m sesuai dengan panjang konstruksi. Pada satu tali jalur dipasang 120 tali coban (tali
titik) berjarak 25 cm yang berfungsi sebagai tempat mengikat bibit yang akan digunakan.
Bibit yang digunakan adalah tanaman muda dari hasil budidaya. Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya sesuai dengan bobot yang dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan tanaman, ditentukan beberapa sampel dengan berat rata-rata 100 gram kemudian  setiap minggu  dilakukan penimbangan sampel tersebut.

c. Metode jalur (kombinasi)
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE Ø 0,6 cm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 7 m. perpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7 – 8 petak dan pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar.   Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE Ø 0,1 cm.  Setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25 cm x 30 cm.

Bibit.
Dalam satuan unit usaha budidaya rumput laut diperlukan perhatian khusus tentang bibit yang digunakan. Disarankan, untuk setiap kegiatan usaha budidaya rumput laut harus memiliki rakit khusus sebagai penyuplai bibit. Karena dengan rakit khusus ini bibit yang digunakan dapat  tersedia setiap saat dan dapat memenuhi kriteria bibit yang baik.   Kriteria bibit yang baik:
  1. Bercabang banyak dan rimbun,
  2. Tidak terdapat bercak dan terkelupas,
  3. Warna spesifik (cerah),
  4. Umur 25 – 35 hari,
  5. Berat bibit 50 – 100 gram.
Penanaman
Kegiatan penanaman untuk semua metode relatif sama, penanaman diawali dengan mengikat rumput laut (bibit) ke tali jalur yang telah dilengkapi dengan tali pengikat rumput laut. Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, umumnya dilakukan ditepi pantai di bawah pohon atau pondok yang disiapkan khusus.  Berat bibit yang ditanam berkisar antara 50 sampai 100 gram per ikatan.
Jarak tanam (jarak antar tali jalur) untuk metode  rakit dan metode jalur relatif sama yaitu 30 – 35 cm, sedangkan jarak tanam untuk metode long - line berkisar antara 50 – 100 cm.  Setelah selesai  mengikat rumput laut  maka tali jalur yang berisi rumput tersebut diikatkan pada kerangka yang telah tersedia.

Pengontrolan Rutin
Keberhasilan suatu usaha budidaya rmput laut sangat tergantung dari manajemen budidaya rumput laut. Kegiatan pengontrolan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sesering mungkin untuk membersihkan   tanaman dari tanaman pengganggu dan juga untuk melakukan penyulaman terhadap tanaman yang terlepas.  Khusus untuk kegiatan penyulaman hanya dilakukan pada minggu pertama setelah rumput laut  ditanam.

Panen dan Pasca panen
Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. Secara umum kebutuhan akan rumput laut Eucheuma cottonii (Kappaphucus alvarezii) adalah untuk mendapatkan bahan karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki kandungan karagenan sesuai dengan kebutuhan industri maka beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan adalah sebagai berikut:
Umur
Umur rumput laut akan sangat menentukan kualitas dari rumput laut tersebut.   Jika rumput laut tersebut akan digunakan sebagai bibit maka pemanenan dilakukan setelah rumput laut berumur 25 – 35 hari karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua.  Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan maka sebaiknya pemanenan dilakukan pada saat rumput tersebut berumur 1,5 bulan atau lebih karena pada umur tersebut kandungan karaginan cukup tersedia. 
Cuaca
Hal kedua yang sangat penting pada saat panen adalah cuaca. Jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca cerah maka mutu dari rumput laut tersebut dapat terjamin. Sebaliknya jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca mendung akan terjadi proses fermentasi pada rumput tersebut yang menyebabkan mutunya tidak terjamin.
Cara Panen
Pembudidaya yang memiliki usaha dalam jumlah besar hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara melepaskan tali jalur yang berisikan rumput laut siap panen. Rumput laut tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok atas direntangkan sehingga membentuk huruf Y.  Setelah itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan ke antara kedua patok tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur. Hal ini akan menimbulkan luka yang cukup banyak pada rumput laut tersebut. Kondisi ini akan memberikan dampak yang kurang baik dimana pada luka tersebut akan mengakibatkan keluarnya air termasuk karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Oleh sebab itu pemanenan yang baik adalah meminimalkan luka pada rumput laut dari setiap hasil panen tersebut.

Cara panen dan pasca panen hasil budidaya rumput laut yang dilakukan :
  1. Proses perontokan rumput laut dapat dilakukan seperti di atas tetapi cukup dengan satu tali jalur.
  2. Perontokan rumput dilakukan dengan memotong setiap tali pengikat rumput laut.
  3. Penjemuran rumput laut dilakukan sekaligus dengan tali jalur tanpa dirontokkan. Setelah hari ke dua rumput laut tersebut dapat dirontokkan dengan jalan memotong thalus tempat mengikat rumput laut tersebut.
  4. Penjemuran harus dilakukan diatas wadah penjemuran agar terhindar dari kotoran (sebaiknya di atas para-para).
  5. Penjemuran sebaiknya dilakukan selama 3 – 4 hari pada cuaca cerah (apabila cuaca mendung maka penjemuran dapat dilakukan lebih dari 4 hari).
  6. Hindari rumput laut yang dijemur dari air hujan dengan cara menyiapkan plastik atau terpal di lokasi penjemuran.
 Rumput laut industri kualitas eksport harus mempunyai kondisi sebagai berikut:
  1. Umur panen 45 hari atau lebih,
  2. Kurangi luka pada thallus saat panen,
  3. Penjemuran dilakukan di atas wadah,
  4. Kadar air 30 – 35 % dan
  5. Kemurnian minimal 97 %