Lada atau Merica dari jaman dahulu sudah dibudidayakan masyarakat kita, dan gara-gara rempah-rempah ini penjajah berusaha menguasai negeri kita. Sampai saat ini Merica atau Lada masih sangat stabil haraganya, dan bertanam lada atau merica masih sangat menjanjikan. Banyak orang enggan menanam merica karena harus membuat tegakan atau rambatan tanaman merica, bahkan ada membuat rambatan merica yang dicor dari semen.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dalam bidang pertanian, kini jika anda mau bertanam merica tidak perlu membuat rambatan karena sudah ada yang namanya Lada Perdu. Lada perdu ini sebenarnya berasal dari Lada Panjat namun diberikan dengan perlakuan khusus pada waktu pembibitan sehingga tanaman tidak akan menjalar atau memanjat panjang.
Tanaman lada perdu ini lebih efisien dalam biaya
produksi dan memiliki produktivitas hasil panen yang lebih besar. Hal ini disebabkan lada perdu tidak membutuhkan media rambatan atau tegakan dalam
penanamannya. Lada perdu juga memiliki keunggulan dalam perawatan dan
pemanenan yang lebih mudah, karena tanaman ini tumbuh layaknya tanaman
jenis perdu lainnya.Disamping itu Lada perdu juga punya sisi unggul yaitu :
Bibit mudah didapat dari Stek.
Pembibitan lada perdu diperoleh dari perbanyakan
secara vegetatif (setek) cabang buah tanaman lada. Bahan tanaman yang
dipilih tersebut sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
Bahan tanaman bisa diambil dari cabang utama yang memiliki 3 – 4 daun .
Batang setek yang disiapkan, untuk bagian sulur panjatnya harus dibuang
agar tidak kembali menjadi bibit lada panjat / rambat. Setek juga bisa
diambil dari cabang tanaman yang sudah berbuah, dengan memotong pada
bagian pangkal batangnya.
Pembibitan dapat dilakukan dengan menggunakan media
tanam polibag, untuk memaksimalkan hasil sebaiknya digunakan kerubung
atau tutup dengan menggunakan plastik. Sebelum ditanam, bagian setek
pada pangkal yang sudah dipotong rata bisa direndam semalaman dengan air
kelapa yang dicampur dengan air biasa dengan perbandingan 1 : 4.
Perendaman dengan larutan air kelapa dengan tujuan untuk memacu
pertumbuhan dari batang setek. Lama pendederan adalah 6 – 9 bulan,
selama pendederan di polibag bunga atau buah yang terbentuk harus
dipotong atau dibuang. Setelah lebih dari 6 bulan dan bibit dianggap
sudah jadi, tutup atau kerubung plastik bisa dibuka dan bibit lada perdu
siap ditanam.
Biaya penanaman dan perawatan sangat Murah
Lada perdu tidak membutuhkan rambatan atau tiang
panjat dalam pertumbuhannya, karena itu petani tidak perlu menyiapkan
tegakan, sehingga lebih hemat biaya tanam. Petani cukup menyiapkan
lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 cm dengan jarak tanam 1,5 M antara
lubang satu dan lubang lainnya. Petani bisa menggunakan pupuk kandang
untuk memperkaya unsur hara tanah dalam lubang tanam sebagai tahap awal
sebelum bibit lada ditanam.
Lada perdu memiliki keunggulan cepat berbuah,
sehingga bisa berproduksi lebih awal dalam umur 2 tahun. Dan karena
tanaman yang bersifat perdu, maka penyiraman dan perwatan lainnya pun
akan lebih mudah. Bahkan beberapa petani menanam lada perdu dalam media
polibag, dengan menggunakan plastik atau wadah lainnya yang berukuran
besar. Dengan cara ini, tanaman lada bisa dengan mudah dipindah dan bisa
dimanfaatkan sebagai tanaman pekarangan atau halaman rumah.
Pemanfaatan lahan yang lebih maksimal
Penanaman lada perdu yang tidak membutuhkan media
rambatan atau tegakan. Membuat lada perdu bisa ditanam dengan jumlah
yang lebih banyak pada lahan. Dengan jarak tanam 1,5 M antara tanaman
satu dan lainnya, maka lahan sempit pun akan bisa dimanfaatkan dengan
lebih efisien. Lada perdu bisa ditanam secara tumpang sari dengan
tanaman lain, asalkan tanaman lainnya tidak menutup secara langsung
cahaya matahari. Sehingga lada perdu tetap bisa tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Pemanenan yang lebih mudah
Jika para petani lada mengalami kesulitan pemanenan
pada tanaman lada karena harus memanjat atau menggunakan alat bantu
untuk mencapai buahnya. Hal ini tidak berlaku pada proses pemanenan lada
perdu, karena lada perdu tidak tumbuh tinggi, sehingga pemanenan bisa
dilakukan dengan mudah. Petani budidaya lada perlu tidak lagi direpotkan
dengan proses pemanenan dan tidak perlu mengeluarkan biaya panen yang
besar.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, petani bisa
menunda masa panen. Caranya adalah dengan membuang bunga atau buah yang
terbentuk pada awal penanaman. Dengan cara ini maka tanaman akan
berkembang dengan lebih maksimal. Semakin berkembangnya tanaman, maka
hasil panen yang dihasilkan pun akan semakin banyak dan terus bertambah
setiap tahunnya.
Dari sisi dapat dimpulkan bahwa Keuntungan dari budidaya lada perdu adalah :
- Bibit tanaman mudah tersedia
- Tidak memerlukan tiang rambatan
- Populasi tanaman per satuan luas lahan lebih banyak
- Berumur genjah (mampu berproduksi setelah usia tanam 1 tahun)
- Pemeliharaan dan penen lebih mudah
- Pemanenan tidak memerlukan tangga
- Tidak memerlukan pemangkasan dan pengikatan sulur
- Dapat ditanam sebagai tanaman sela
- Memiliki nilai estetika jika ditanam di pekarangan atau di dalam pot
- Bermanfaat bagi kegiatan penelitian, misal untuk persilangan atau hibridisasi
- Dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan
- Risiko kematian tanaman akibat cekaman kekeringan relatif lebih kecil dibandingkan penanaman secara monokultur (tanpa naungan).
- Mampu memberikan nilai tambah yang cukup signifikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sub-balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat menunjukkan bahwa lada perdu dapat menghasilkan produksi
rata-rata 200 g/pohon pada umur dua tahun, dan 500 g/pohon pada umur 3
tahun.
Jika lada perdu ditanam dengan jarak tanam 1 x 2 m maka lahan seluas 1
hektar dapat ditanami sampai ±4500 pohon. Dengan jumlah tanaman
sebanyak ini, jika produksi lada mencapai 900kg maka dengan harga Rp.
30.000,- /kg pemasukkan yang didapat pada dua tahun pertama adalah Rp.
27.000.000,-
Pendapatan akan meningkat pada tahun ke tiga dimana produksi dapat
mencapai 2.250kg atau setara dengan pendapatan Rp. 67.500.000,-.Jika
kita memiliki lahan atau dak atap rumah seluas 100m2 maka kita dapat
memiliki sampai 750 polybag lada yang akan memberikan tambahan
pendapatan sebesar Rp. 4.500.000,- pada tahun ke dua dan Rp.
6.750.000,- mulai tahun ke tiga.
CARA BUDIDAYA LADA
Syarat Pertumbuhan
Iklim
– Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
– Suhu udara 200C – 34 0C.
– Kelembaban udara 50% – 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% – 80% RH.
– Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.
Jenis tanah :
- Laterit merah, Latosol coklat muda sampai coklat tua.
– Tanah lempung yang mengandung pasir 20 – 45 % (clay loam).
– Tanah lempung merah mengandung pasir
Media Tanam
– Subur dan kaya bahan organic
– Tidak tergenang atau terlalu kering
– pH tanah 5,5-7,0
– Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
– Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
– Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
– Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.
Pedoman Teknis Budidaya
Pembibitan
– Terjamin kemurnian jenis bibitnya
– Berasal dari pohon induk yang sehat
– Bebas dari hama dan penyakit
– Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)
Pengolahan Media Tanam
a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.
Dosis kapur pertanian :
– Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
– Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
– Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
– Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.
c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah
Teknik Penanaman
– Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m).Tetapi juga
bisa ditanam dengan tanaman lain.
– Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.
– Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
– Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim
kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
– Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat
kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat)
menghadap keatas.
– Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur Pupuk Organik.
– Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar :
– NPK 20 gram/tanaman
– Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.
– Segera setelah ditutup, disiram Pupuk Organik :
– Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
– Alternatif 2 : 1 botol Pupuk Organik diencerkan dalam 2 liter (2000
ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20
ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
– Pemberian Pupuk Organik selanjutnya dapat diberikan setiap 3 – 4 bulan sekali.
Pemeliharaan Tanaman
2.4.1.Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
2.4.2. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan
penyakit. Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang
produktif.Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda
kembali.
2.4.3. Pemupukan Susulan
Penyemprotan POC (4-5 tutup) atau POC (3- 4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 – 4 minggu sekali.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :
Umur
(bln) |
Pupuk makro (gram/pohon) |
Urea |
SP 36 |
KCl |
3-4 |
35 |
15 |
20 |
4-5 |
35 |
20 |
25 |
5-6 |
35 |
25 |
30 |
6-17 |
35 |
30 |
35 |
2.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.
2.4.5. Pemberian Mulsa
Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.
2.4.6. Penggunaan Anjang – Anjang
Sebaiknya gunakan anjang2 mati dari bahan kayu.
Pangkal Anjang2 diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk
menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi
Anjang2. Panjang Anjang 1 – 1,5 m.
Hama dan Penyakit
Hama
a. Hama Penggerek Batang
(Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka
menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila
Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang
tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTISIDA.
Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat
tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm.
Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak
dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan.
Pengendalian: penyemprotan PESTISIDA, serta dapat juga dilakukan
pemotongan pada tandan bunga.
Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap,
berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau
nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa
diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya
sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang,
dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.
Penyakit
a. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal
serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal
batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang.
Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan :
penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum
dan sesudah tanam.
b. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta
serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin
berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan
Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai
menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam.
Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi
dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang,
pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum
dan sesudah tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan
pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak
mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5
ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih
efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5
ml (1/2 tutup)/tangki.
Panen
Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya
berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau
merah).
Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan