Senin, 07 Oktober 2013

TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEMA COTTONII DENGAN MODEL TERAPUNG

Rumput Laut secara alami bisa kita temukan di hampir sepanjang pantai di Indonesia, terutama pantai yang berkarang. Ada banyak sekali jenis rumput laut yang bisa kita jumpai dan ini menjadi kekayaan hayati laut di negara kita.  Namun untuk budidaya rumput secara komersial tidak semua jenis rumput laut cocok untuk budidaya karena berbagai faktor.  Setidaknya ada empat jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, Gracilaria spp dan Sargassum spp.   

Yang paling banyak dikembangkan dari empat jenis tadi adalah Euchemma cottonii karena permintaan pasar yang sangat luas untuk kebutuhan industri kosmetik dan farmasi. Kalau anda suka makan es rumput laut, maka yang anda makan adalah rumput laut jenis ini. Daerah pembudidaya rumput laut Euchema cottonii bisa dijumpai di Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat.

Secara taksonomi bilogi, Eucheuma cottonii dapat digolongkan dan diklasifikasikan sbb:
Divisio            : Rhodophyta
Kelas               : Rhodophyceae
Ordo                : Gigartinales
Famili             : Solieriaceae
Genus              : Eucheuma
Spesies            : Eucheuma cottonii

Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan  thallus.  Pada Eucheuma cottonii, thallusnya bercabang-cabang berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar (sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk melindungi gametan. Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau kuning. Spina  Eucheuma cottonii  tidak teratur menutupi  thallus  dan cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau kuning, abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk sederhana sampai kompleks.  Metode budidaya yang digunakan adalah metode dasar dan lepas dasar atau metode terapung.

Untuk membudidyakan Rumput laut Eucemma cottonii yang harus diperhatikan adalah :

LOKASI BUDIDAYA
Lokasi yang mempunyai arus tidak terlalu keras tetapi juga tidak tenan. Untuk menghindari kerusakan secara fisik sarana budidaya maupun rumput laut dari pengaruh angin dan gelombang yang besar, maka diperlukan lokasi yang terlindung. Lokasi yang terlindung biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung oleh adanya penghalang atau pulau di sekitarnya.

SYARAT EKOLOGIS
Faktor ekologis suatu lokasi merupakan  faktor  terpenting, dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya. Parameter ekologis yang perlu diperhatikan antara lain : Ketersediaan bibit, arus, kondisi dasar perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran dan tenaga kerja.
3.1. Ketersediaan bibit
Lokasi yang terdapat stock alami rumput laut yang akan dibudidaya, merupakan petunjuk lokasi tersebut cocok untuk usaha budidaya rumput laut. Apabila tidak terdapat sumber bibit dapat memperolehnya dari  lokasi lain.  Pada lokasi dimana Euchema cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain seperti Gracilaria, dan Sargassum.
3.2. Arus
Rumput laut merupakan organisma yang memperoleh makanan melalui aliran air yang melewatinya atau melalui sintesa bahan makanan di sekitarnya dengan bantuan sinar matahari. Gerakan air yang cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya fluktuasi yang besar terhadap salinitas maupun suhu air. Suhu yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 25 –29oC.  Arus dapat disebabkan oleh arus pasang surut, maupun karena angin dan ombak. Besarnya kecepatan arus yang baik antara : 20 – 40 cm/detik. Suatu lokasi yang memiliki arus yang baik biasanya ditumbuhi karang lunak dan padang lamun yang bersih dari kotoran dan miring ke satu arah.
3.3.  Kondisi dasar perairan
Perairan yang mempunyai dasar pecahan-pecahan karang dan pasir kasar, dipandang baik untuk budidaya rumput laut Euchema cottonii. Kondisi dasar perairan yang demikian merupakan petunjuk adanya gerakan air yang baik, sedangkan apabila dasar perairan yang terdiri dari karang yang keras, menunjukkan dasar itu terkena gelombang yang besar dan apabila dasar perairan terdiri dari lumpur, menunjukkan gerakan air yang kurang.
3.4.  Kedalaman air.
Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Euchema cottonii dengan metoda lepas dasar  adalah 30 – 60 cm pada waktu surut terendah, dan 1 - 15 m untuk sistim apung, dengan metode rakit bambu, metode jalur dan long-line. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari.
3.5.  Salinitas.
Euchema  adalah alga laut yang bersifat stenohaline, relatif tidak tahan terhadap perbedaan salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik berkisar antara 28 - 34 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan salinitas demikian perlu dihindari lokasi yang berdekatan dengan  muara sungai.
3.6. Kecerahan.
Rumput laut memerlukan cahaya sebagai sumber energi guna pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya yang normal. Lokasi yang potensial hendaknya dipilih yang memiliki kecerahan air  tinggi.
Air yang keruh biasanya mengandung lumpur dan dapat menghalangi tembusnya cahaya di dalam air, dan dapat menimbun permukaan thallus, sehingga akan mengganggu  pertumbuhan dan perkembangannya. Lokasi yang baik bagi budidaya rumput laut memiliki kecerahan lebih dari 1,5 m pada pengukuran dengan alat secchi disk.
3.7.  Pencemaran.
Lokasi yang telah tercemar, baik yang berasal dari limbah rumah tangga, aktivitas pertanian, maupun limbah industri harus dihindari untuk budidaya rumput laut, Sebaiknya dihindari pula lokasi budidaya yang berdekatan dengan muara sungai, karena terutama pada saat musim penghujan, merupakan sumber sampah dan kotoran lumpur. Kondisi ini akan menutupi permukaan thallus rumput laut dan akan mempengaruhi pertumbuhannya.
3.8.  Tenaga kerja.
Dalam memilih tenaga kerja yang akan ditempatkan di lapangan sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya, dan memiliki kemauan bekerja. Hal ini dapat menghemat biaya.

TEKNIK BUDIDAYA

Sistim Lepas Dasar.
Metode ini merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah ditetapkan (lokasi budidaya) dipasang patok-patok secara teratur berjarak antara 50 – 100 cm.  Pada sisi yang berlawanan  dengan jarak 50 – 100 m juga diberi patok dengan jarak yang sama.   Satu patok dengan patok lainnya dihubungkan dengan  tali jalur yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman bebas dari lumpur (adanya sedimentasi)

Sistim Apung
a. Metode rakit
Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5 - 4 x 5 - 7 m.  Pada rakit tersebut dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm kemudian  rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut.   Berat bibit yang digunakan berkisar antara 50 – 100 gram. Setelah rumput diikat maka rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman perairan berkisar antara 0,5 – 10 meter.

b. Metode Long Line berbingkai
Konstruksi metode ini semuanya terbuat dari tali PE. Adapun teknik pembuatan konstruksinya sbb : Menyiapkan tali PE Ø 0,10 cm sepanjang 260 m. Kedua ujung tali tersebut dihubungkan kemudian dirancang  hingga berbentuk persegi panjang berukuran 100 x 25 m. Pada keempat sudut  dilengkapi dengan empat buah pelampung yang berfungsi mempertahakan konstruksi agar tetap  berada pada permukaan air. Agar konstruksi tersebut tetap pada posisi yang diharapkan maka pada keempat sudut yang sama dilengkapi dengan enam buah jangkar. Setelah selesai menyiapkan konstruksi maka tahap berikutnya adalah menyiapkan 165 buah tali jalur yang terbuat dari tali PE Ø 0,5 cm. Tali tersebut dipotong masing – masing 25 m sesuai dengan panjang konstruksi. Pada satu tali jalur dipasang 120 tali coban (tali
titik) berjarak 25 cm yang berfungsi sebagai tempat mengikat bibit yang akan digunakan.
Bibit yang digunakan adalah tanaman muda dari hasil budidaya. Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya sesuai dengan bobot yang dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan tanaman, ditentukan beberapa sampel dengan berat rata-rata 100 gram kemudian  setiap minggu  dilakukan penimbangan sampel tersebut.

c. Metode jalur (kombinasi)
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE Ø 0,6 cm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 7 m. perpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7 – 8 petak dan pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar.   Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE Ø 0,1 cm.  Setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25 cm x 30 cm.

Bibit.
Dalam satuan unit usaha budidaya rumput laut diperlukan perhatian khusus tentang bibit yang digunakan. Disarankan, untuk setiap kegiatan usaha budidaya rumput laut harus memiliki rakit khusus sebagai penyuplai bibit. Karena dengan rakit khusus ini bibit yang digunakan dapat  tersedia setiap saat dan dapat memenuhi kriteria bibit yang baik.   Kriteria bibit yang baik:
  1. Bercabang banyak dan rimbun,
  2. Tidak terdapat bercak dan terkelupas,
  3. Warna spesifik (cerah),
  4. Umur 25 – 35 hari,
  5. Berat bibit 50 – 100 gram.
Penanaman
Kegiatan penanaman untuk semua metode relatif sama, penanaman diawali dengan mengikat rumput laut (bibit) ke tali jalur yang telah dilengkapi dengan tali pengikat rumput laut. Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, umumnya dilakukan ditepi pantai di bawah pohon atau pondok yang disiapkan khusus.  Berat bibit yang ditanam berkisar antara 50 sampai 100 gram per ikatan.
Jarak tanam (jarak antar tali jalur) untuk metode  rakit dan metode jalur relatif sama yaitu 30 – 35 cm, sedangkan jarak tanam untuk metode long - line berkisar antara 50 – 100 cm.  Setelah selesai  mengikat rumput laut  maka tali jalur yang berisi rumput tersebut diikatkan pada kerangka yang telah tersedia.

Pengontrolan Rutin
Keberhasilan suatu usaha budidaya rmput laut sangat tergantung dari manajemen budidaya rumput laut. Kegiatan pengontrolan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sesering mungkin untuk membersihkan   tanaman dari tanaman pengganggu dan juga untuk melakukan penyulaman terhadap tanaman yang terlepas.  Khusus untuk kegiatan penyulaman hanya dilakukan pada minggu pertama setelah rumput laut  ditanam.

Panen dan Pasca panen
Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. Secara umum kebutuhan akan rumput laut Eucheuma cottonii (Kappaphucus alvarezii) adalah untuk mendapatkan bahan karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki kandungan karagenan sesuai dengan kebutuhan industri maka beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan adalah sebagai berikut:
Umur
Umur rumput laut akan sangat menentukan kualitas dari rumput laut tersebut.   Jika rumput laut tersebut akan digunakan sebagai bibit maka pemanenan dilakukan setelah rumput laut berumur 25 – 35 hari karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua.  Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan maka sebaiknya pemanenan dilakukan pada saat rumput tersebut berumur 1,5 bulan atau lebih karena pada umur tersebut kandungan karaginan cukup tersedia. 
Cuaca
Hal kedua yang sangat penting pada saat panen adalah cuaca. Jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca cerah maka mutu dari rumput laut tersebut dapat terjamin. Sebaliknya jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca mendung akan terjadi proses fermentasi pada rumput tersebut yang menyebabkan mutunya tidak terjamin.
Cara Panen
Pembudidaya yang memiliki usaha dalam jumlah besar hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara melepaskan tali jalur yang berisikan rumput laut siap panen. Rumput laut tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok atas direntangkan sehingga membentuk huruf Y.  Setelah itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan ke antara kedua patok tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur. Hal ini akan menimbulkan luka yang cukup banyak pada rumput laut tersebut. Kondisi ini akan memberikan dampak yang kurang baik dimana pada luka tersebut akan mengakibatkan keluarnya air termasuk karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Oleh sebab itu pemanenan yang baik adalah meminimalkan luka pada rumput laut dari setiap hasil panen tersebut.

Cara panen dan pasca panen hasil budidaya rumput laut yang dilakukan :
  1. Proses perontokan rumput laut dapat dilakukan seperti di atas tetapi cukup dengan satu tali jalur.
  2. Perontokan rumput dilakukan dengan memotong setiap tali pengikat rumput laut.
  3. Penjemuran rumput laut dilakukan sekaligus dengan tali jalur tanpa dirontokkan. Setelah hari ke dua rumput laut tersebut dapat dirontokkan dengan jalan memotong thalus tempat mengikat rumput laut tersebut.
  4. Penjemuran harus dilakukan diatas wadah penjemuran agar terhindar dari kotoran (sebaiknya di atas para-para).
  5. Penjemuran sebaiknya dilakukan selama 3 – 4 hari pada cuaca cerah (apabila cuaca mendung maka penjemuran dapat dilakukan lebih dari 4 hari).
  6. Hindari rumput laut yang dijemur dari air hujan dengan cara menyiapkan plastik atau terpal di lokasi penjemuran.
 Rumput laut industri kualitas eksport harus mempunyai kondisi sebagai berikut:
  1. Umur panen 45 hari atau lebih,
  2. Kurangi luka pada thallus saat panen,
  3. Penjemuran dilakukan di atas wadah,
  4. Kadar air 30 – 35 % dan
  5. Kemurnian minimal 97 %

Sabtu, 05 Oktober 2013

4 PRINSIP DASAR SISTEM PERTANIAN ORGANIK DI DUNIA

Saat ini kita sering mendengar istilah pertanian organik.  Dari kata organik ini mungkin pemahaman kita akan langsung tertuju pada bebas pestisida dan pupuk buatan alias pupuk anorganik.  Sejauh ini memang begitulah yang penulis ketahui tentang pertanian organik.  Ternyata kalau ditelusuri sejarah pertanian organik yang menjadi sebuah antitesa dari sistem pertanian umumnya saat ini yang sangat mengandalkan segalanya dari pabrik mulai dari benih, pupuk dan obat anti hama, sistem pertanian organik tidak hanya pada itu saja namun juga aspek sosial dan ekologinya juga menjadi perhatian. Sehingga organisasi pertanian organik dunia (IFOAM) merumuskan beberapa prinsip dasar pertanian organik yaitu:

1. Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem;tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan.
Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.

2. Prinsip Ekologi

Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal.
Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air .
3. Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik.
Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin  kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
4. Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh.  Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan
dan pemilihan teknologi di pertanian organik.
Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif.

Jumat, 04 Oktober 2013

CARA BUDIDAYA TERONG GELATIK ATAU TERUNG LALAP SKALA KEBUN

Ada banyak jenis terong yang kita kenal, selain terung untuk di masak atau disayur kita juga mengenal jenis terung untuk lalapan alias dimakan mentah.   Terung untuk lalap dari sisi bentuk dan ukuran tentu saja berbeda dengan terung sayur. Umumnya jenis terung lalap berbentuk bulat dan ukuran kecil. karena dimakan mentah sebaiknya untuk budidaya terung in


i secara organik sehingga orang yang mengkonsumsinya tidak terkena racun pestisida dan lebih sehat. Ada baiknya anda penyuka lalapan membudidayakan sendiri terung lalap ini. Terung lalap punya rasa manis dan renyah dan lagi tekstur daging yang empuk di mulut sangat cocok dimakan dengan sambal terasi weleh...weleh...Ada 2 jenis terong lalap yang biasa dikonsumsi yaitu :Terong Gelatik Ungu dan
Terong Gelatik.

BUDIDAYA TERONG LALAP

Terong sangat mudah dibudidayakan dan tidak perlu penanganan yang rumit. Terong dapat hidup didataran rendah dan tinggi dengan ketinggian 1-1.200 dpl dan suhu optimum 18 – 25 derajat Celcius. Untuk pembentukan warna buah , terong memerlukan pencahayaan yang cukup. Terung tumbuh dengan baik di tanah lempung berpasir dan mengandung abu vulkanis dengan PH 5-6. Waktu penanaman terung yang tepat adalah pada awal musim kemarau.
Terong banyak macamnya antara lain terung gelatik yang sering disebut terong lalap, terung kopek dengan ciri buahnya yang panjang, terong craigi yang buahnya berbentuk bulat panjang ujung meruncing , terong jepang dengan buah bulat dan panjang silindris, terung medan yang buahnya bulat panjang dan berukuran mini, terung bogor yang bentuknya bulat besar berwarna keputih-putihan.

Terong pada umumnya diperbanyak dengan biji. Untuk memperoleh biji terong yang betul-betul berkualitas dapat diperoleh dengan membeli ditoko pertanian. Setiap satu hektar dibutuhkan 150 s/d 500 gram biji atau tergantung luasan lahan yang akan dipakai. Sebelum ditanam biji terung disemaikan terlebih dahulu di- bedengan semai.

Agar diperoleh tanah yang baik untuk pertumbuhan terung, perlu dilakukan langkah-langkah dalam pengolahan tanah yaitu penggemburan, pembuatan bedengan, pengapuran dan pemberian pupuk dasar. Setelah penanaman maka perlu dilakukan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan meliputi pengairan, penyulaman, pembumbunan, penyiangan, pemupukan serta pemberantasan penyakit.

Terong pada masa pertumbuhannya tidak terlepas dari hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman terung antara lain belalang, kutu daun, kutu trip, kumbang totol hitam, lalat buah, lembing hijau, penggerek batang, tungau kuning, tungau merah, ulat jengkal dan ulat tanduk. Sedangkan penyakit yang menyerang terung adalah bakteri dan virus. Cara pencegahan hama dan penyakit dengan disemprot bahan kimia.

Terung rata-rata dapat dipanen pada umur 3,5 bulan sejak tanam. Bila dirawat dengan baik tanaman dapat berproduksi hingga umur 5-6 bulan. Panen yang baik dilakukan sore atau pagi hari terutama saat musim kemarau. Waktu seperti itu merupakan saat yang tepat karena buah sedang bagus-bagusnya sehingga bisa diperoleh terung berkualitas.

SYARAT TUMBUH

Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi
Suhu udara 22 – 30o C
Jenis tanah yang paling baik, jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan    drainase baik dan pH antara 6,8-7,3
Sinar matahari harus cukup
Cocok ditanam musim kemarau

PERSEMAIAN

Budidaya terong secara intensif dimulai dari persiapan media semai. Benih terong yang akan ditanam harus berasal dari benih hibrida sehingga hasil yang dicapai nanti lebih optimal. Disaat kita melakukan pemeraman benih terong dengan kertas basah maupun handuk lembab selama 24 jam, kita mempersiapkan media semai yang terdiri dari campuran tanah dan pukan (pupuk kandang) dengan perban-dingan 2 : 1. Penggunaan pestisida bahan aktif metalaksil (Saromyl 35 SD) sebagai pencegah jamur dapat menghindarkan bibit dari penyakit dumping off . Hasil campuran media tersebut dimasukkan ke dalam polybag dengan tinggi ± 8 cm dan diameter 5 cm.

PEMBIBITAN

Rendamlah benih dalam air hangat kuku selama 10 -15 menit
Bungkuslah benih dalam gulungan kain basah untuk diperam selama + 24 jam hingga     nampak mulai berkecambah
Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar barisan 10-15 cm
Siapkan campuran tanah dan pupuk kandang halus, kemudian masukkan benih satu persatu    ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk kandang halus.
Tutup benih tersebut dengan tanah tipis
Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang/ penutup lainnya
Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya
Siram persemaian pagi dan sore hari ( perhatikan kelembabannya )
Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan jika di perlukan semprot dengan    pestisida
Bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindahtanamkan

PERSIAPAN LAHAN
Setelah 24 jam benih tersebut melalui proses pemeraman yang dicirikan dengan munculnya radikula (calon akar), maka benih tadi siap dipindahkan ke media semai menggunakan pinset dengan posisi radikula dibawah. Selama benih di persemaian , kita dapat melakukan persiapan tanam dengan mengolah tanah. Persiapan lahan diawali dengan pembajakan sekali agar lapisan tanah yang ada di atas berada di bawah dan sebaliknya. Selanjutnya lahan diairi dengan cara di-leb/digenangi secara merata. Penggenangan sebaiknya dilakukan 3-5 jam dan selanjutnya dilakukan pembajakan kedua kalinya agar pembuatan bedengan lebih mudah.
Untuk mencapai hasil maksimal, maka untuk pupuk dasar sebaiknya diberikan pupuk kandang sebanyak 15 kg/ 10 m2, dolomit 10-15 kg/ 10 m2, (khusus untuk tanah basah/tergenang/bersifat asam). Setelah pupuk kandang ditaburkan merata, maka ditambahkan pupuk urea dengan dosis 2,5 kg/10 tanaman, SP-36 3 kg/10 tanaman dan KCl 1,5 kg/10 tanaman. Jika kita menggunakan NPK maka pemberian dapat dilakukan dengan dosis 3 kg/10 tanaman. Setelah tanah dicampur dengan pupuk maka barulah dibentuk bedengan – bedengan membentuk single row (satu baris satu tanaman) dengan jarak antar tanaman 75 cm untuk selanjutnya dipasang mulsa hitam perak.

PENANAMAN

Benih yang telah disemai selama 25 hari setelah semai (HSS) dapat ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Ciri dari bibit tanaman terong yang siap tanam adalah munculnya atau keluar 3 lembar helai daun sempurna atau mencapai tinggi ± 7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari setelah dilakukan penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan awal.
Sistem tanam yang digunakan untuk terong adalah sistem single row, dengan jarak antara tanaman 75 cm. Bibit yang siap tanam dimasukkan kedalam lubang tanam yang ditugal sedalam 10-15 cm kemudian ditekan ke bawah sambil ditimbun dengan tanah yang berada di sekitar lubang mulsa sebatas leher akar (pangkal batang). Untuk menjaga dari serangan hama dapat diberikan insektisida bahan aktif carbofuran.

Waktu tanam yang baik musim kering, dan air tersedia
Pilih bibit yang tumbuh subur dan normal
Tanam bibit di lubang tanam secara tegak lalu tanah di sekitar batang dipadatkan
Siram lubang tanam yang telah ditanami hingga cukup basah (lembab)

PENGAIRAN

Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan cuaca kering, dapat di-leb/ direndam beberapa jam atau disiram dengan gembor. Jika di leb / direndam biasanya 3-4 hari tanah tetap basah, tetapi hal ini tergantung pada struktur dan tekstur tanahnya, jika tanahnya banyak mengandung pasir maka tanah akan cepat kering.

PENYULAMAN

Sulam tanaman yang pertumbuhannya tidak normal, mati atau terserang hama penyakit
Penyulaman maksimal umur 15 hari

PEMASANGAN AJIR (TURUS)

Lakukan seawal mungkin agar tidak mengganggu (merusak) sistem perakaran
Turus terbuat dari bilah bambu/ kayu dll setinggi 80-100 cm dan lebar 2-4 cm
Tancapkan secara individu dekat batang
Ikat batang atau cabang terong pada turus

PENYIANGAN

Rumput liar atau gulma di sekitar tanaman disiangi atau dicabut
Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari dan 60-75 hari setelah tanam

PEMELIHARAAN
Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari tanaman lainnya, yaitu membutuhkan suplai air dan unsur hara yang cukup sehingga penyiraman yang teratur, maupun pemupukan susulan sangat perlu dilakukan.
Penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama seminggu pertama setelah tanam.
Sedangkan pupuk susulan diberikan pada tanaman umur 21 hst antara lain ZA dosis 2.5 – 3 gram/tanaman, SP-36 2.5 – 3 gram/tanaman, KCl sebanyak 1-1.5 gram/tanaman. Pupuk diberikan dipinggir tanaman dengan jarak 10 cm dari pangkal batang. Pupuk susulan kedua dilakukan pada umur 50 HST dengan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 8-10 gram per tanaman. Pemupukan ke – IV yang terakhir yaitu NPK Grand-S 15 pada saat panen yang kedua dilakukan dengan dosis sebanyak 10 gram.

Disamping penyiraman dan pemupukan, pencegahan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sesuai dengan ham atau penyakit yang menyerang . Sedangkan konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran dan interval penyemprotan sisesuaikan dengan intensitas serangan dan kondisi lingkungan.

PEMANGKASAN ( PEREMPELAN )

Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih produktif segera tumbuh

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT  TERONG

H A M A

Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah
,Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja. Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, jika jika diperlukan lakukan penyemprotan dengan Insektisida adapun merek bermacam-macam dapat di tanyakan ke toko pertanian terdekat.
Kutu Daun (Aphis spp.)
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda, akibatnya daun tidak normal, keriput atau keriting atau menggulung
Aphis spp sebagai vektor atau perantara virus
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, jika populasi Aphis banyak dapat di gunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Contak ” , tetapi disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Sistemik ” Jika ingin lebih aman gunakan Insektisida botani ‘ misalnya menggungkan Ekstrak Bawang putih, Aroma bawang putih tidak disukai oleh Aphis, tetapi penyemprotan ke-2 dst tidak terlalu berpengaruh terhadap Aphis.
Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan hebat musim kemarau. Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
Cara pengendalian sama seperti pada pengen dalian kutu daun, disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Sistemik “
Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari. Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh, pada siang hari ulat bersembunyi, sehingga sangat sulit menemukan ulat Agritus ipsilon pada siang hari.
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan ulat, Lakukan penyemprotan dengan insektisida pada sore ( 17.00 ) atau pagi kurang dari 05.00, gunakan insektisida dengan tipe ” Racun perut “, jika menggukanan racun kontak semprot pada malam hari ketika ulat mulai muncul, tetapi perlu di pertimbangkan penyemprotan pada malam hari akan terkendala oleh penerangan.
Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.)
Bersifat polifag. Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang.
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, mengumpulkan ulat, jika perlu gunakan Insektisida
Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan mudah terserang penyakit busuk buah.
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan buah terserang, lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun.

PENYAKIT

Layu Bakteri
Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum. Bisa hidup lama dalam tanah
Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi
Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak, Sebenarnya serangan Layu bakteri bersifat lokal, seperti pembuluh Xylem / pembuluh angkut, tetapi karena menyerangya pada akar atau leher akar sehingga pasokan air dan hara tanaman dari tanah ke daun terhambat sehingga gejala yang muncul adalah kelayuan yang bersifat sistemik.Pengendaliannya : Atur jarak tanam, sehingga kelembaban tidak terlalu lembab. Lakukan pergiliran tanaman, jangan menanam tanaman yang berjenis Solanaceae seperti tomat, tembakau dll karena akan memperparah serangan. Gunakan Bakterisida
Busuk Buah
Penyebab : jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp.
Gejala serangan adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah busuk.
Pengendalian : gunakan Fungisida
Bercak Daun
Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea
Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.
Antraknose
Penyebab : jamur Gloesporium melongena
Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam
Busuk Leher akar
Penyebab ; Sclerotium rolfsii
Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat
Rebah Semai
Penyebab : Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp. Gejala batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati
Cara pengendalian Penyakit: Tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, cabut

PANEN

Panen pertama terong dapat dilakukan saat tanaman berumur 30 hst atau sekitar 15 – 18 hst setelah munculnya bunga. Kriteria panen buah terong layak panen adalah daging belum keras, warna buah mengkilat, ukuran tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Sedangkan untuk terong jenis bulat kecil panen buah dapat dilakukan pada umur 10-15 hari setelah muncul bunga dengan ciri : buah kelihatan segar, warnanya cerah bagi terong tipe hijau dan belum berwarna kecoklatan bagi terong berwarna ungu, bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan dan warna daging masih putih bersih.

Pemanenan dapat dilakukan seminggu dua kali sehingga total dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi jumlah buah per tanaman bisa mencapai 21 buah. Setelah pemanenan yang ke delapan biasanya produksi mulai menurun baik kwalitas maupun kwantitasnya.

Selasa, 01 Oktober 2013

Santigi/Setigi Tanaman Pantai Karang Bakalan Bonsai Yang Banyak Diburu

Sentigi (setigi) atau Santigi punya nama ilmiah Pemphis acidula. Di Jogja atau terutama di panati daerah gungung kidul disebut dengan Kayu Drini. Tanaman ini merupakan bakalan bonsai yang sangat cantik karena daunnya kecil, kayu ulet dan keras berliuk-liuk dan secara alami tahan terhadap kekurangan makanan, karena biasa hidup di batu karang yang keras dan tandus.  Bonsai Setigi yang sudah jadi bisa mencapai harga puluhan hingga ratusan juta.   Tanaman santigi ini bisa dijumpai di hampir semua daerah di Indonesia yang mempunyai pantai berkarang.
Selain bakalan bonsai yang bagus, Kayu sentigi juga banyak dicari orang untuk tujuan lain yang berhubungan dengan mistik. Sentigi terancam punah di alam liar karena banyak diburu orang.  Kayu santigi bernilai budaya atau kerennya bernilai ETNOBOTANI karena diyakini memiliki tuah untuk keselamatan, anti santet, anti gigitan ular dan dijauhi ular.  Manfaat Kayu Santigi jika ditempelkan pada bagian tubuh yang tergigit atau tersengat binatang berbisa langsung menempel kemudian mengisap bisa yang berada di dalam tubuh korban hingga habis. Kemudian kayu setigi terlepas dari kulit dengan sendirinya. Selain itu rendaman kayu dalam air juga berkhasiat mengobati penyakit perut.
Kayu sentigi banyak dijadikan bijih tasbih kayu dan bernilai secara spiritual.   Kayu yang kering akan berbau harum bila digosok dengan ujung jari. Kayu Setigi relatif ringan namun tenggelam dalam air, meskipun hanya potongan kecil, sehingga kalau mau tes kayu setigi harus dimasukkan air.  Pemakai kayu setigi atau pembawa kayu setigi jangan sekali kali masuk air karena bisa tenggelam.

Daripada berburu di alam yang akan membuat punah sentigi, sebenarnya Santigi dapat dibudidayakan menanam dari biji santigi. Santigi hasil budidaya ternyata dapat tumbuh dan berkembang dengan cukup baik hingga dalam waktu beberapa tahun sudah mencapai besar batang tertentu hingga layak untuk dijadikan bonsai.

Rabu, 25 September 2013

TEKNIK BERTANAM ANGGUR DALAM POT DAN BERBUAH

Buah Anggur tentunya sangat kita kenal baik sebagai buah yang banyak manfaatnya. tanaman buah asli daerah sub-topis ini bisa kita budidayakan dan cocok ditanam di Indonesia. Untuk Anda yang tinggal di perkotaan dengan lahan sempitpun sebenarnya bisa menanam anggur di pekarangan rumahnya.  namun demikian anggur juga bisa ditanam di dalam pot dan bisa berbuah juga sebagai tanaman hias yang unik dan bisa kita nikmati keindahannya maupun buahnya. 
Ada teknik tersendiri supaya anggur yang kita tanam dalam pot dapat hidup sehat dan mampu berbuah sehingga ada kepuasan batin tersendiri saat buah dalam pot kita berbuah.

Saat menanam anggur di dalam pot ini tentunya kita harus membentuk percabangan anggur dengan baik dan enak dipandang sepeti membentuk bonsai layaknya .

TEKNIK BERTANAM ANGGUR DI DALAM POT
1.    Pemilihan Pot
Pot untuk menanam sebaiknya berdiameter 30cm dan tinggi 40cm, atau lebih besar juga tidak apa-apa. Sebaiknya pot harus yang bagus dan baik, sperti pot semen, pot plastic, atau pot tanah dan memenuhi kaidah estetika, karena tujuan awalnya adalah membuat tanaman hias. Bahan pot untuk tanaman anggur sebaiknya pot yang berbahan dasar tanah liat, hal ini cukup baik pengaruhnya bagi tanaman, karena pot dari bahan dasar tanah memiliki pori-pori pada bagian dasarnya yang dapat menyerap air.   Keuntungan dari pot tanah liat adalah akar tanaman tidak mudah kekeringan apabila terlambat menyiram dan tidak akan lembab apabila terlalu banyak air penyiraman karena air akan keluar lewat pori-pori pot, jadi sebaiknya gunakan lah pot yang terbuat dari tanah. Untuk masalah seni tidak usah khawatir karena pot dari bahan dasar tanah ini sekarang banyak yang memiliki ukiran-ukiran cantik pada bagian luarnya.

2.    Media Tanam
Media tanam yang digunakan untuk tanaman anggur di dalam pot harus sesuai dengan karakteristik tanaman anggur yang suka  media tanam yang  lembab, gembur, dan porous.  Media tanam yang cocok untuk anggur adalah pasir + pupuk kandang.  Bahan pasir mudah ditembus (porous) oleh akar tanaman aggur.  Media campuran pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.
Sebelum dimasukan kedalam pot pasir dan pupuk kandang diaduk terlebih dahulu. Untuk lebih bagus lagi sepertiga bagian bawah pot diisi oleh tanah gembur, supaya menghambat keluarnya air dari pot.

3.    Cara Menanam Anggur Dalam Pot
Pertama masukan pecahan batu bata atau genting pada dasar pot, kemudian masukan media tanam yang sudah dicampur rata, isi pot sampai hampir penuh. Kemudian buat lubang tanam ditengahnya lebih besar sedikit dari polybag yang dipakai bibit.

Selanjutnya polybag dilepas dan masukan bibit tersebut pada lubang yang telah disediakan, atur posisi tanaman agar kelihatan tegak, selanjutnya tutup permukaan dengan media tanam lagi.
Kemudian siram tanaman tersebut, ketika selesai penyiraman maka permukaan tanah akan menurun hingga 5 cm dari bibir pot, hal ini terjadi karena pemadatan media tanam. Selanjutnya simpan tanaman tersebut di tempat yang terkena sinar matahari secara penuh.

4.    Perawatan Tanaman Anggur dalam Pot
Perwatan yang dilakukan pada tanaman anggur yang ada di dalam pot sama halnya seperti merawat anggur yang ditanam di kebun. Namun, perawatan tidak sesulit yang dilakukan di kebun. Hal-hal perlu diperhatikan dalm merawat tanaman anggur dalam pot ini antara lain:

Penyiraman. Untuk melakukan penyiraman tanaman anggur dalam pot dilakukan setiap hari, dan waktunya pada sore hari. Kemudian pada waktu penyiraman harus hati-hati supaya percikan air tidak merusak media tanam yang berupa pasir dan pupuk kandang yang mudah bergerak apabila terkena air, jangan sampai merubah posisi akar.

Pemberian Ajir. Fungsi ajir pada tanaman anggur sangat penting, agar bibit anggur tumbuh lurus. Ajir bisa berupa kayu atau bilah bamboo setebal 1,5 cm dengan panjang 1 m. ajir ini hanya berfungsi sebagai penyangga bibit sampai tiba waktu pemangkasan pertama.

Pada awal penanaman, bibit anggur diikat longgar dengan ajir. Dalm pertumbuhannya, tanaman anggur dengan sendirinya akan tumbuh memanjat dengan bantuan sulur.
Untuk memperoleh cabang yang menarik, pohon anggur harus diberi penopang yang berfungsi sebagai panjatan. Panjatan ini ditanam di dalam pot, berupa bilah bambu setebal 2 cm dengan panjang 1,5 m yang berupa lilitan kawat.

Satu pot diberi empat bilahan bambu yang ditancapkan dipinggir pot. Penopang bambu ini akan menjadikan tanaman anggur dalam pot bisa dilihat dari berbagai arah. Bentuk percambahannya pun dapat diatur sehingga dapat berbentuk bulat seperti bola, slinder, atau paying.

Pemupukan. Tanaman angggur yang baru ditanam dalam pot dapat diberi pupuk urea, dosis yang diberikan cukup satu sendok makan. Pupuk tersebut diberikan setiap dua minggu sekali sampai tanaman berumur tiga bulan.Setelah berumur tiga bulan, pupuk yang diberikan diperbanyak menjadi dua sendok makan . pupuk diberikan sebulan sekali.

5.    Pemangkasan Agar Tanaman Anggur Cepat Berbuah

Tanaman anggur perlu dipangkas agar menghasilkan buah, karena di tempat asalnya anggur akan berbuah setelah musim gugur yaitu pada musim semi.  Adapun pemangkasan adalah untuk memperoleh bentuk dasar tanaman yang kokoh, rapi dan menghasilkan buah. Ada dua jenis pemangkasan, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan produksi.pemangkasan bentuk dimulai ketika tanaman anggur berumur 7-10 bulan. Pemangkasan pertama dilakukan ketika batang tanaman mencapai 75 cm. Batang dipangkas 50-60 cm dari permukaan media tanam. Dari sini nanti mengahasilkan cabang primer. Selang 1-1.5 bulan, dilakukan pemangkasan cabang primer dengan menyisakan 2-4 cabang sehat. Selajutnya dilakukan pemangkasan dengan selang 1-1.5 bulan sampai menghasilkan cabang tersier.
Pemangkasan produksi dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari satu tahun. Ranting-ranting atau daun yang tumbuh dari di cabang primer dan sekunder dipangkas dengan menyisakan cabang terpilih yang berbentuk runcing.  Pemangkasan produksi umumnya dilakukan pada maret-april dan diulangi lagi pada bulan juli-agustus. Dari pemangkasan ini akan dihasilkan tunas-tunas baru yang akan muncul bunga dan buah.  Setelah dipangkas maka anggur dalam pot akan berbuah

6. Pemupukan
Pada masa pertumbuhan buah, tanaman anggur di dalam pot perlu disiram setiap hari dan pemupukan dilakukan setiap bulan. Adapun pupuk yang diberikan berupa NPK sebanyak dua sendok makan.
Untuk detail pemberian pupuk dapat dilihat dibawah ini:
10 Hari-3 Bulan;    NPK 15-15-15; dosis  10 gr/pot, tiap  10 Hari Sekali
3-6 Bulan    NPK 15-15-15    20-30 gr/pot    15 Hari Sekali
6-12 Bulan    NPK 15-15-15    30-50 gr/pot    30 Hari Sekali
16 Bulan    Pupuk Kandang    2-3 kg/pot   
20 Bulan    Urea    150 gr/pot   
2 Tahun    KCl    100 gr/pot   

Rabu, 18 September 2013

POHON YANG BAGUS UNTUK TANAMAN PENEDUH JALAN

Pohon di pinggir jalan banyak manfaatnya selain untuk meneduhkan jalan yang panas juga menyerap kabondioksida.  Namun tidak semua pohon cocok ditanam sebagai tanaman peneduh jalan karena beberapa faktor seperti merusak badan jalan atau trotoar.  Mungkin sering kita saksikan trotoar jadi rusak dan badan jalan jadi bergelombang.
Karakter Pohon untuk ditanam di pinggir jalan sebaiknya :
1. Berakar tunggang yang masuk ke dalam tanah sehingga tidak merusak jalan atau trotoar.
2. Batang dan dahan pohon juga harus tidak mudah roboh atau patah.
3. Pohon bisa berumur panjang sehingga tidak mudah mati.

Dari kriteria di atas Pohon Yang Baik untuk ditanam di pinggir jalan antara lain:
- Asam Jawa (Tamarindus indica),
- Pulai (Alstonia scholaris),
- Kenari (Canarium sp),
- Kepel (Stelechocarpus burahol), dan
- Tanjung (Mimusops elengi).

Saat ini yang paling banyak kita lihat adalah tanaman angsana, namun angsana tidak cocok sebenarnya sebagai peghijauan di pinggir jalan.  Banyak Pemda yang mengganti Angsana dengan Trembesi namun cilakanya Trembesi juga tidak cocok sebagai tanaman pinggir jalan karena cabang dan dahan rapuh sehingga mudah patah, dan Akar trembesi juga merusak badan jalan.  Ini sama saja dengan lepas dari mulut singa jatuh ke mulut Buaya hehe.... Tanaman Mahoni juga sering kita lihat di tanam di pinggir jalan, namun sebenarnya ada kekurangan dari mahoni yaitu daunnya besar bikin mampet got dan buahnya besar dan keras kalau kena kepala juga lumayan. 
Yang paling bagus adalah Tanaman Asam Jawa, batang besar tegak lurus, dan akar tidak muncul di permukaan (tak berbanir).  Kalau anda lihat di jalan-jalan bekas peninggalan belanda banyak di tanama Pohon Asam dan masih hidup sampai sekarang jarang sekali ada yang tumbang. 

Sabtu, 14 September 2013

BUAH MENTEGA / BISBUL BUAH LANGKA ASAL FILIPINA

Buah mentega ini mungkin kurang dikenal di Indonesia karena memang cukup langka dan hanya ada di beberapa daerah di jawa, namun cukup umum di filipina.  Nama ilmiah buah mentega adalah Diospyros blancoi A. DC dan sinonimnya adalah Diospyros discolor Willd.  Buah mentega ini berkerabat dekat dengan kayu hitam yang endemik Sulawesi Tengah dan buah kesemek karena satu genus yaitu genus Diospyros. 

Buah mentega dikenal juga dengan nama buah lemak (malaysia) dan juga buah bisbul. Menurut sejarahnya,  tanaman ini pada tahun 1881 diintoduksi dari tempat asalnya di Filipina oleh Ahli Botani pada masa itu ke Jawa untuk koleksi Kebun Raya Bogor, Malaysia  dan juga ke Kebun Raya Singapura, bahkan sampai ke Calcuta di India. Oleh sebab itu buah mentega ini paling mudah dijumpai di  daerah Bogor karena memang dekat dari Kebun Raya Bogor, musim buah mentega di bogor dimulai pada bulan maret-mei.  Penulis pernah lihat buah mentega ini hidup dan berbuah di daerah Madiun Jawa Timut.
 
Buah Mentega ini punya bulu halus kayak beludru.  Buah muda berwarna  cokelat kemerahan yang berubah menjadi merah terang, kemudian agak kusam jika matang. Sedangkan daging buah berwarna keputihan, agak keras dan padat, serta kering. Rasanya manis dan berbau khas, hampir menyerupai bau keju dan durian. Bijinya 0 – 10 butir per buah, berbentuk baji, ukurannya mencapai 4 x 2,5 x 1,5 cm. Buah Mentega umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Rasanya cukup enak dan lezat dan agak unik juga.

Selain manis, buah ini juga sangat manfaat. Setiap 100 gr buah bisbul mengandung protein 2,8 gr, lemak 0,2g, karbohidrat 11,8 gr, serat 1,8 gr, kalsium 46 mg, fosfor 18mg, zat besi 0,6mg, vitamin A 35 SI, vitamin C 18 mg, tiamin 0,02 mg, robflavin 0,03 dan energi 332 kj/100 gr. Buah mentega juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Dengan kandungan gizi yang demikian kaya, buah mentega ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mem-perbaiki saluran pencernaan, menghaluskan kulit, menjaga kesehatan mata dan mencegah sembelit.     

Tanaman buah mentega dapat tumbuh dari 0 s/d 800 m dpl, dan pada hampir segala jenis tipe tanah, tanaman ini sangat tahan terhadap angin topan. Perbanyakan umumnya dari hasil grafting dan mulai berbuah 6 – 8 tahun, untuk hasil yang baik pohon Buah Mentega harus tumbuh bersama dengan pohon lainnya agar menghasilkan banyak buah. Kalau ada pohon buah mentega lain di dekatnya, akan lebih banyak terjadi penyerbukan, kalau tidak ada ya tidak apa-apa masih tetap berbuah kok. 


Selain Buahnya, kayu dari pohon mentega ini  punya kualitas baik, warna kayu coklat kemerahan hingga hitam, bertekstur halus, kuat dan keras mirip kayu hitam sulawesi.  Di Filipina kayu pohon bisbul atau pohon mentega ini merupakan bahan kerajinan, meubel dsb yang berharga mahal dan termasuk pohon dilindungi.  Pohon jika sudah tua bisa mencapai 30 meter, dan lurus batangnya dan jika sudah terlalu tinggi kita harus pakai galah panjang untuk mengambil buahnya. 

Pembibitan
Buah mentega atau bisbul atau Diospyros blancoi kebanyakan diperbanyak dengan benih yang memerlukan waktu 24 hari untuk berkecambah. Juga dapat diperbanyak secara vegetatif dengan cangkokan, sambungan mata, atau sambungan pucuk. Cara terakhir ini dipraktekkan secara komersial di Filipina. Pada sambungan celah digunakan batang bawah bibit yang berumur 1 tahun. Batang atasnya diperoleh dari cabang dewasa yang tumbuh pada musim terakhir, yang memiliki kuncup ujung yang tumbuh balk, dipotong sepanjang 10-12 cm. Anakan pohon yang berasal dari sambungan dapat ditanam di lapangan dengan jarak tanam 810 m, pada awal musim hujan. Pohon yang berasal dari semai ditanam di sepanjang jalan dengan jarak tanam 10-15 m.
Pemeliharaan
Setelah tanaman tumbuh dengan baik di lapangan, pohon bisbul hampir tidak memperoleh perawatan apa pun. Tunas-tunas liar dan cabang-cabang yang bertumpang-tindih seringkali dipangkas; begitu pula cabang-cabangnya yang menyentuh tanah.
Hama dan Penyakit
Ada laporan mengenai beberapa jenis serangga yang memakan pucuk dan daun bisbul, seperti kumbang kecil penggulung daun, siput lunak dan ulat rumpun, cacing kantung, dan serangga bersisik merah. Akan tetapi dijumpai juga hamahama yang kurang berarti. Tidak diperoleh laporan mengenai penyakit yang berbahaya.
Panen dan Pasca Panen
Buah bisbul dianggap matang jika telah berubah dari coklat kehijau-hijauan menjadi merah kusam. Setelah dipanen buah bisbul dilap dengan secarik kain untuk menghilangkan bulu-bulunya agar penampilannya lebih menarik. Dalam 3-4 hari buah menjadi lunak dan harum baunya.