Tampilkan postingan dengan label tanaman langka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tanaman langka. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 September 2014

BUAH LANGKA CAMPOLAY aka ALKESA aka SAWO MENTEGA aka SAWO BELANDA aka KANISTEL

Buah yang satu ini namanya ilmiahnya adalah Pouteria campechiana sedangakan nama lokalnya banyak ada yang sebut Campolai, Alkesa, Kanistel, Sawo Belanda, Sawo Mentega dan nama lokal lain yang berbeda di lain daerah.  Buah Campolay disebut Sawo Belanda atau Sawo Mentega ini mungkin agak asing ditelinga kita karena memang termasuk tanaman buah langka di Indonesia yang tidak bisa kita dapatkan secara mudah.  Untuk bisa mencicipi buah campolay atau alkesa ini anda bisa ke daerah Bogor dan bandung Jawa barat.   Bentuk Buah Sawo Belanda ini Cukup lucu yaitu seperti telur dan meruncing pada salah satu ujungnya.
 Tanaman sawo belanda tidak mengenal musim, artinya berbuah sepanjang musim, mau musim hujan atau kemarau dia tetap saja berbuah.  Diduga buah sawo mentega ini berasal dari daerah amerika tengah tepatnya di meksiko kemudian menyebar keseluruh dunia. Dan di meksiko sendiri dikenal sebagai buah Canistel.


Buah Kanistel banyak mengandung kalori, zat tepung, vitamin, mineral dan serat. Bila dilihat dari tekstur buahnya, alkesa juga cocok dijadikan bahan baku selai, dodol maupun dikeringkan menjadi tepung sebagai bahan campuran cake, brownies, kue talam, cookies atau kue kering.  
Sawo Belanda atau sawo mentega ini telah dibudidayakan secara komersiil di banyak negara latin, seperti Nikaragua, Panama, Kuba.  Sekitar tahun 1915 buah yang satu ini dibawa dari Kuba ke wilayan Negara Filipina,dan ahirnya menyebar ke bagian lain Asia Tenggara,dan Filipina adalah termasuk Negara penghasil terbesar buah sawo mentega ini.
Daging buah sawo belanda ini berwarna kuning empuk seolah kering menepung,(hampir mirip dengan ubi cilembu) rasanya manis dan enak tentunya,aromanya sangat khas yaitu harum yang sangat menggoda selera,bijinya warna coklat mengkilat dan kulitnya sangat tipis.

Jumat, 13 Juni 2014

MENGENAL TANAMAN LANGKA KAWISTA

Tanaman kawista termasuk tanaman yang langka di Indonesia dan hanya bisa dijumpai di beberapa tempat saja. Buah  Kawista terkenal sebagai bahan pembuat sirup kawista.  Sirup buah kawista biasa disebut jawacola karena dari segi rasa mirip cocacola.   Di Rembang Jawa Tengah, Sirup Kawista menjadi oleh-oleh khas kota tersebut.   

Buah kawista diduga berasal dari daerah India, kemudian menyebar ke daerah asia termasuk Indonesia. Pertumbuhannya sangat lambat, dari mulai menanam sampai kita dapat menikmati manfaat buah kawista diperlukan waktu antara10 sampai 15 tahun.


Buah Kawista bentuknya bulat kurang lebih sebesar Apel, kulit buahnya keras kasar layaknya kulit melon; Daging buah kecoklatan, berserabut dengan bertaburkan biji – biji kecil seperti biji jambu biji, rasa asam agak manis dan segar.

Buah Kawista atau buah Kawis ini dalam 100gram daging buah mengandung 70an gram air, protein 8 grm, lemak 1,5 gram, asam nitrat, karbohidat 7,5 gram  serta kalsium dan zat besi, dan dipercaya dapat menambah stamina tubuh yang lelah.
Pohon kawista masih satu keluarga dengan Jeruk (Rutaceae) dan bisa di sambung dengan pohon jeruk. Buah hasil sambung ini biasanya disebut dengan buah Kajer yang berasal dari kata “Kawista” dan “Jeruk”. Kajer banyak dijumpai didaeah pulau Madura.

Kulit buah dapat dijadikan bahan membuat kerajinan, diambil minyaknya untuk bahan kosmetik, dan menghasilkan bahan pewarna sutera. Lapisan lengket yang menyelaputi biji pada buah yang belum masak dapat dijadikan lem. Batang menghasilkan gum yang dapat dimakan dan kayu keras untuk bahan bangunan.

Selasa, 28 Januari 2014

TANAMAN LANGKA DEWANDARU YANG PENUH MITOS

Tanaman Dewandaru adalah salah satu tanaman langka yang kurang banyak diketahui oleh masyarakat kita, mungkin pernah dengar namun melihatnya secara langsung belum pernah. Dewandaru ini nama ilmiahnya adalah Eugenia uniflora, yang termasuk dalam keluarga jambu dan cengkeh.  Sebenarnya tanaman dewandaru ini bukan asli berasal dari Indonesia, melainkan dari benua Amerika tropis, maka dalam nama dagangnya disebut Suriname Cherry, Brazilian Cherry, atau Cayenne Cherry. Tempat yang terkenal dengan pohon dewandaru adalah kepulauan karimun jawa, konon katanya dewandaru dari karimun jawa tidak bisa dibawa keluar dari tempat tersebut karena dibawa oleh Sunan Nyamplungan dari negeri cina.
Buah dewandaru ini bisa dimakan dan bentuknya unik dan lucu. Buah dewandaru selain mengandung air juga mengandung protein, karbohidrat, dan vitamin C. Kulit kayunya mengandung tanin. Sedangkan daunnya banyak mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid.
Dewandaru (Eugenia uniflora) bisa digunakan sebagai peningkat kualitas astringent, mengurangi tekanan darah tinggi, penurun kolestrol, penurun metabolisme lipid, dan antioksidan.
Kayu dewandaru kerap kali dimanfaatkan untuk membuat aksesoris semisal tasbih, gelang, akik (batu cincin), dan kalung

Meski bersifat tanaman perdu tanaman Dewandaru bisa mencapai 5 – 7 meter tinggi jika batangnya tegak.
Di tempat asalnya di Brazil buah dan daun Dewandaru sudah dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati sakit sejak lama. Daun dan buah tanaman ini digunakan untuk mengatasi diare, rematik, antidiabetes dan bersifat antikolesterol.  Warga Brazil juga menggunakan biji dewandaru untuk mengobati diare.

Jumat, 24 Januari 2014

MENGENAL POHON KEMENYAN

Kemenyan identik dengan hal yang berbau mistis.  Saat malam kalau bau kemenyan sudah buat kita jadi merinding..hehe...Kemenyan yang digunakan oleh masyarakat kita berasal dari getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp).  Kemenyan ini termasuk ordo Ebenales, family Styraceae dan genus Styrax. Pohon kemenyan berukuran sedang sampai besar, diameter antara 20-30 cm, dan tinggi mencapai 20-30 m. Batangnya lurus, percabangannya sedikit, dan kulit batangnya berwarna coklat kemerah-merahan.

Kemenyan telah diperdagangkan semenjak zaman dahulu sebagai bahan parfum, setanggi, dan juga bahan obat-obatan. Kemenyan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai benzoin. Kata ini kemungkinan berasal dari bahasa Arab lubān jāwī (لبان جاوي, setanggi dari Jawa); yang melalui jaringan perdagangan Laut Tengah berubah dalam pengucapan menjadi benjawi dalam bahasa Katalunya, benjuì dalam bahasa Italia, dan akhirnya benzoë dalam bahasa Latin.

Kemungkinan pada masa lampau ada beberapa banyak bahan setanggi yang aroma dan sifatnya bermiripan, sehingga acap dipertukarkan nama dan penggunaannya. Pohon Liquidambar orientalis dari Turki menghasilkan resin yang serupa, yang dikenal dalam perdagangan sebagai storax atau Levant styrax. Diduga, kemenyan dari jenis inilah –setidaknya sebagian– yang pada masa lalu diperdagangkan di wilayah Yunani dan Romawi kuno; meskipun pada masa yang sebelumnya kemenyan dari sejenis Styrax –mungkin dari S. officinalis – memang diimpor oleh pedagang Funisia dari wilayah Timur Dekat. Beranekanya kemenyan yang beredar ini juga terlihat dari catatan Herodotos, ahli sejarah dari abad ke-5 s.M

Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu bulat memanjang dan ujungnya meruncing. Buah kemenyan berbentuk bulat, dan lonjong (agak gepeng); dan di dalamnya terdapat biji berwarna coklat. Tempat tumbuh tanaman kemenyan bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian tempat 60-2100 m dari permukaan laut (dpl). Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang istimewa. Tanaman ini dapat tumbuh pada jenis-jenis tanah: pod-solik, andosol, lotosol, dan regosol. Dan dapat tumbuh pada berbagai asosiasi lainnya, mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan, dan tanah yang kurang subur sampai yang subur. Selain itu, tanaman ini juga dapat tumbuh pada tanah yang berporositas tinggi, yaitu yang mudah meneruskan atai meresapkan air.
Tanaman Kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran. Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari, dan setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Oleh karena itu, tanaman kemenyan cocok ditanam di daerah-daerah yang beriklim tipe A san tipe B menurut pembagian iklim dari Schmidt & Ferguson.Jenis ini dapat tumbuh di hutan teduh dan hutan basah, pada ketinggian 200-1400 m dpl.Penyebarannya meliputi Sumatera dan Jawa

Cara menyadap getah Kemenyan mirip dengan menyadap getah pohon karet atau getah pohon pinus. Getah dihasilkan dari pemotongan pada kulit pohon. Getah mengeras dikumpulkan dan digunakan sebagai kemenyan dan mur.
Kegunaan lainnya adalah kemenyan digunakan dalam industri farmasi sebagai bahan pengawet dan campuran obat batuk serta dalam industri parfum sebagai bahan baku wewangian. Secara tradisional, kemenyan digunakan sebagai campuran dupa dalam ritual Kejawen. Kemenyan mempunyai sifat fiksatif sehingga mengikat minyak atsiri agar tidak terlalu cepat menguap. Penggunaan lainnya adalah sebagai bahan campuran dalam industri rokok klembak-menyan. Kemenyan mengandung olibanol, materui resin, an terpenes. Kandungan lain saponim, flavonoida dan polifenol.

Sabtu, 14 September 2013

BUAH MENTEGA / BISBUL BUAH LANGKA ASAL FILIPINA

Buah mentega ini mungkin kurang dikenal di Indonesia karena memang cukup langka dan hanya ada di beberapa daerah di jawa, namun cukup umum di filipina.  Nama ilmiah buah mentega adalah Diospyros blancoi A. DC dan sinonimnya adalah Diospyros discolor Willd.  Buah mentega ini berkerabat dekat dengan kayu hitam yang endemik Sulawesi Tengah dan buah kesemek karena satu genus yaitu genus Diospyros. 

Buah mentega dikenal juga dengan nama buah lemak (malaysia) dan juga buah bisbul. Menurut sejarahnya,  tanaman ini pada tahun 1881 diintoduksi dari tempat asalnya di Filipina oleh Ahli Botani pada masa itu ke Jawa untuk koleksi Kebun Raya Bogor, Malaysia  dan juga ke Kebun Raya Singapura, bahkan sampai ke Calcuta di India. Oleh sebab itu buah mentega ini paling mudah dijumpai di  daerah Bogor karena memang dekat dari Kebun Raya Bogor, musim buah mentega di bogor dimulai pada bulan maret-mei.  Penulis pernah lihat buah mentega ini hidup dan berbuah di daerah Madiun Jawa Timut.
 
Buah Mentega ini punya bulu halus kayak beludru.  Buah muda berwarna  cokelat kemerahan yang berubah menjadi merah terang, kemudian agak kusam jika matang. Sedangkan daging buah berwarna keputihan, agak keras dan padat, serta kering. Rasanya manis dan berbau khas, hampir menyerupai bau keju dan durian. Bijinya 0 – 10 butir per buah, berbentuk baji, ukurannya mencapai 4 x 2,5 x 1,5 cm. Buah Mentega umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Rasanya cukup enak dan lezat dan agak unik juga.

Selain manis, buah ini juga sangat manfaat. Setiap 100 gr buah bisbul mengandung protein 2,8 gr, lemak 0,2g, karbohidrat 11,8 gr, serat 1,8 gr, kalsium 46 mg, fosfor 18mg, zat besi 0,6mg, vitamin A 35 SI, vitamin C 18 mg, tiamin 0,02 mg, robflavin 0,03 dan energi 332 kj/100 gr. Buah mentega juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Dengan kandungan gizi yang demikian kaya, buah mentega ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mem-perbaiki saluran pencernaan, menghaluskan kulit, menjaga kesehatan mata dan mencegah sembelit.     

Tanaman buah mentega dapat tumbuh dari 0 s/d 800 m dpl, dan pada hampir segala jenis tipe tanah, tanaman ini sangat tahan terhadap angin topan. Perbanyakan umumnya dari hasil grafting dan mulai berbuah 6 – 8 tahun, untuk hasil yang baik pohon Buah Mentega harus tumbuh bersama dengan pohon lainnya agar menghasilkan banyak buah. Kalau ada pohon buah mentega lain di dekatnya, akan lebih banyak terjadi penyerbukan, kalau tidak ada ya tidak apa-apa masih tetap berbuah kok. 


Selain Buahnya, kayu dari pohon mentega ini  punya kualitas baik, warna kayu coklat kemerahan hingga hitam, bertekstur halus, kuat dan keras mirip kayu hitam sulawesi.  Di Filipina kayu pohon bisbul atau pohon mentega ini merupakan bahan kerajinan, meubel dsb yang berharga mahal dan termasuk pohon dilindungi.  Pohon jika sudah tua bisa mencapai 30 meter, dan lurus batangnya dan jika sudah terlalu tinggi kita harus pakai galah panjang untuk mengambil buahnya. 

Pembibitan
Buah mentega atau bisbul atau Diospyros blancoi kebanyakan diperbanyak dengan benih yang memerlukan waktu 24 hari untuk berkecambah. Juga dapat diperbanyak secara vegetatif dengan cangkokan, sambungan mata, atau sambungan pucuk. Cara terakhir ini dipraktekkan secara komersial di Filipina. Pada sambungan celah digunakan batang bawah bibit yang berumur 1 tahun. Batang atasnya diperoleh dari cabang dewasa yang tumbuh pada musim terakhir, yang memiliki kuncup ujung yang tumbuh balk, dipotong sepanjang 10-12 cm. Anakan pohon yang berasal dari sambungan dapat ditanam di lapangan dengan jarak tanam 810 m, pada awal musim hujan. Pohon yang berasal dari semai ditanam di sepanjang jalan dengan jarak tanam 10-15 m.
Pemeliharaan
Setelah tanaman tumbuh dengan baik di lapangan, pohon bisbul hampir tidak memperoleh perawatan apa pun. Tunas-tunas liar dan cabang-cabang yang bertumpang-tindih seringkali dipangkas; begitu pula cabang-cabangnya yang menyentuh tanah.
Hama dan Penyakit
Ada laporan mengenai beberapa jenis serangga yang memakan pucuk dan daun bisbul, seperti kumbang kecil penggulung daun, siput lunak dan ulat rumpun, cacing kantung, dan serangga bersisik merah. Akan tetapi dijumpai juga hamahama yang kurang berarti. Tidak diperoleh laporan mengenai penyakit yang berbahaya.
Panen dan Pasca Panen
Buah bisbul dianggap matang jika telah berubah dari coklat kehijau-hijauan menjadi merah kusam. Setelah dipanen buah bisbul dilap dengan secarik kain untuk menghilangkan bulu-bulunya agar penampilannya lebih menarik. Dalam 3-4 hari buah menjadi lunak dan harum baunya.
 

Selasa, 30 Juli 2013

MENGENAL SAWO KECIK YANG LANGKA

Sawo Kecik merupakan salah satu tanaman buah yang sudah langka di saat ini.  Sawo Kecik ini banya ditanam di lingkungan keraton di Jawa dan punya makna filosifis yang tinggi.  Sawo Kecik melambangkan kebaikan bagi pemilik atau orang yang menanamnya. Buahnya pada jaman dulu biasa dikunsumsi para puteri keraton agar badan senantiasa wangi dan segar.
Sawo Kecik disamping menghasilkan buah yang enak dimakan, batangnya mempunyai kayu yang keras dan kuat sehingga sangat baik untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga, alat-alat pertukangan, bahkan dimanfaatkan sebagai benda-benda seni seperti patung, ukir-ukiran bahkan sebagai peralatan musik seperti badan biola dan rebana.
Pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki) berukuran sedang dengan tinggi mencapai 25 m. Diameter (garis tengah) batang pohon Sawo Kecik mampu mampu mencapai 100 cm.
Daun-daun Sawo Kecik mengelompok pada bagian ujung batang. Di permukaan bawah daun Sawo Kecik berwarna keputihan dan halus seperti beludru dengan tangkai daun tidak menebal, panjang kelopak daun 7 mm.. Kuncup bunga Sawo Kecik berbentuk bulat telur.
Buah Sawo Kecik berbentuk bulat telur atau bulat telur sungsang berukuran kecil dengan panjang berkisar 3-4 cm. Buah Sawo Kecik mempunyai kulit pembungkus yang sangat tipis dan mudah dikupas. Buah Sawo Kecik, bila masak mempunyai rasa yang manis dan kadang-kadang terasa sedikit agak sepat.
Buah sawo kecik dipercaya mempunyai khasiat sebagai pengharum tubuh alami. Dengan mengonsumsi sawo kecik, tubuh kita akan menjadi wangi. Keringat, nafas, bahkan air kencing orang yang memakan buah ini akan tercium wangi. Itulah sebabnya putri-putri keraton sangat menggemari buah sawo kecik. Tidak heran jika kita menemukan pohon sawo kecik di keraton-keraton yang berada di Solo atau Yogjakarta.
Pohon sawo kecik dapat tumbuh di daerah yang tanahnya kritis alias kurang subur. Oleh karena itu, pohon sawo kecik difungsikan sebagai pohon pemulih areal-areal yang kurang subur dan tanah kritis.
Petani buah banyak yang menjadikan pohon sawo kecik sebagai batang bawah untuk okulasi atau penyambungan dengan pohon sawo manila, karena batangnya tidak besar sehingga sawo manila dapat berbuah cepat meski batangnya pendek saja.  Pada jaman dulu saat mainan modern belum berkembang, biji sawo kecik biasanya digunakan untuk mainan anak seperti mainan biji congklak.

Sabtu, 29 Juni 2013

BUAH TANGAN BUDDHA, JERUK YANG MIRIP TANGAN MANUSIA PENGHARUM RUANGAN ALAMI

Buah Tangan Budha ini bentuknya sangat unik, mirip sekali dengan tangan manusia.  Sebenarnya buah tangan budha termasuk dalam tanaman jeruk-jerukan.  Nama ilmiah dari buah tangan budha adalah Citrus medica var sarcodactylis, sedang nama pasar adalah fingered citron, jika  dilihat dari namanya pastinya manfaat dari jeruk aneh ini adalah untuk obat.  

Karena bentuk buahnya yang super aneh ini tidak salah jika anda gunakan juga sebagai tanaman hias yang pastinya akan menarik perhatian orang-orang yang datang ke rumah anda. 
Bentuk yang mirip tangan tadi sebenarnya adalah penonjolan dari kulit buah yang tebal dan berbenjol-benjol kemudian memanjang menjadi sebuah bentuk yang menyerupai tangan. 

Habitus dari Pohon Tangan Buddha berupa perdu yang tidak terlalu tingi. Batangnya memiliki banyak duri seperti halnya pohon jeruk. Daunnya besar berwarna hijau muda. Bunganya berwarna putih, harum baunya. Buah Tangan buddha hampir tidak memiliki daging buah. Bijinya juga kadang tidak ada. Hampir keseluruhan isinya hanya berupa kulit. Kulit ini banyak mengandung minyak atsiri sehingga baunya sangat tajam. Banyaknya kandungan atsiri juga membuat buah ini getir rasanya.
Buah tangan buddha banyak manfaatnya: Kulit buah ini bisa dipotong lalu diiris, bisa digunakan sebagai pengharum ruangan atau pengharum pakaian, Jika irisan buah itu dikeringkan, bisa menjadi bahan ramuan obat, Bisa pula dijadikan manisan untuk hiasan kue. 

Jumat, 12 April 2013

MENGENAL POHON KEPUH YANG MULAI LANGKA


Kepuh atau pranajiwa atau dalam bahasa latin dinamakan Sterculia foetida Linn. Dalam bahasa inggris disebut sebagai “wild almoun” karena bentuk bijinya seperti biji almoun. Rasanyapun juga gurih dan berlemak. Pranajiwa dibeberapa daerah dikenal dengan beberapa nama seperti, kepoh, jangkang, kalumpang, dan beberapa daerah menamakan sebagai buah gendruwo karena bentuk buah yang cukup aneh dan berukuran besar. Karena keberadaannya mulai jarang ditemui, maka tanaman pranajiwa sudah dikatagorikan Langka. Tanaman Pranajiwa saat ini hanya ditemukan dibeberapa tempat yang dianggap keramat seperti kuburan, punden ataupun tempat-tempat yang jauh dari keramaian manusia. Karena keberadaannya inilah tanaman pranajiwa dinamakan sebagai tanaman “gendruwo”

(Sterculia foetida L.) adalah tanaman tahunan yang banyak tumbuh dan berkembang di daerah tropis. Tanaman ini memiliki banyak manfaat, salah satunya memiliki potensi sebagai bahan biodiesel. Populasi yang semakin jarang dan sedikitnya informasi mengenai pranjiwa menyebabkan budidaya kurang maksimal. Upaya pelestarian dan budidaya yang tepat dapat dilakukan dengan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai tanaman ini, salah satunya dengan informasi genetik.
Klasifikasi:
  • Kingdom: Plantae
  • Divisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Magnoliopsida
  • Ordo: Malvales
  • Family: Sterculiaceae
  • Genus: Sterculia
  • Species: Sterculia foetida L
Pranajiwa / Kepuh atau dalam bahasa latinnya Sterculia foetida Linn. merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia. Tanaman ini berupa pohon yang cukup besar dengan tinggi mencapai 30 meter. Tanaman Kepuh dapat tumbuh dengan cepat dan merupakan spesies yang setiap bagian organ tubuhnya banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Di beberapa daerah di Jawa Tengah, tanaman kepuh hanya dijumpai ditempat-tempat yang dianggap keramat seperti kuburan, punden (kuburan atau sumber air atau tempat yang dikeramatkan), sehingga masyarakat mengenalnya sebagai tanaman keramat. Buah kepuh yang bentuknya cukup unik yaitu terdiri dari 5 benjolan (lokus) cukup besar dengan berat + 1 – 3 kg sering masyarakat menamakan sebagai buah ”Genderuwo”. Biji-biji kepuh dibiarkan jatuh dan tidak dimanfaatkan secara optimal karena banyak orang yang takut untuk memanfaatkannya.

Semua bagian tanaman dari kulit batang, daun atau buah dan bijinya sering dimanfaatkan sebagai campuran jamu. Kulit pohon dan daun dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit antara lain rheumatic, diuretic, dan diaphoretic. Kulit buah Kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue dan bijinya dapat dimakan. Kayu pohonnya dapat digunakan sebagai konstruksi bangunan rumah, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan kertas pulp. Biji kepuh mengandung minyak nabati yang terdiri atas asam lemak yaitu asam sterkulat yang berumus molekul C19H34O2. Asam lemak ini dapat digunakan sebagai ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelembut kain, cat, dan plastik. Asam lemak minyak Kepuh juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel yang memiliki titik tuang 180C menjadi 11,250C.

Secara ekologis, tanaman kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Di Taman Nasional Komodo (Pulau Komodo) dilaporkan bahwa populasi burung kakak tua jambul kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi menggunakan dan memanfaatkan pohon Kepuh sebagai sarangnya. Selain itu karena pohon Kepuh memiliki tajuk dan perakaran yang cukup besar, maka dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena akarnya dapat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.

Manfaat
Adapun manfaat dari tumbuhan ini ialah sebagai korek api dan Abu kulit buah dan buah kepuh dan kembang pulu memberikan warna merah Jawa Tengah. 
Buah kepuh, jeruk, kunyit dan kembang pulu menghasilkan warna jingga Jawa Tengah. 
Di Jawa biji kepuh dipakai sebagai bahan jamu. 
Kayunya berwarna putih keruh, ringan, dan kasar; tidak kuat, tidak awet, serta tidak tahan terhadap serangan serangga. Kayu ini, meskipun mudah didapatkan dalam ukuran besar, kurang baik untuk bangunan karena mudah rusak. Biasanya digunakan untuk membuat biduk, peti pengemas, dan batang korek api. Namun begitu, pohon kepuh yang tua dapat menghasilkan kayu teras bergaris-garis kuning yang cukup baik untuk membuat perahu dan peti mati. Mungkin juga kayunya ini cocok untuk mebel. 
Daun-daunnya konon digunakan untuk mengobati demam, mencuci rambut, dan sebagai tapal untuk meringankan sakit pada kaki dan tangan yang terkilir atau patah tulang. Kulit kayunya diseduh sebagai obat penggugur kandungan (abortivum). 
Kulit buahnya yang tebal dibakar hingga menjadi abu, dan digunakan untuk memantapkan warna yang dihasilkan oleh kesumba. Air rendaman abu ini juga digunakan sebagai obat penyakit kencing nanah. Biji kepuh mengandung minyak (khas, karena testanya juga mengandung minyak, selain pada embrio). Sebagaimana dicatat oleh Heyne[1], inti bijinya mengandung 40% minyak kuning muda yang tak mengering. Biji-biji ini disangrai untuk dimakan atau dibuat sambal. 
Biji kepuh dulu juga acap dikempa untuk diambil minyaknya, yang berguna sebagai minyak lampu, minyak goreng, atau, di Kangean, sebagai malam untuk membatik. Mengandung senyawa racun, biji ini juga dimanfaatkan sebagai obat (bahan jamu).

Sabtu, 02 Maret 2013

Mengenal Pohon Rukem Yang Mulai Langka

Rukam atau Rukem adalah nama pohon penghasil buah yang diduga merupakan tanaman asli Indonesia. Pohon Rukam yang dalam bahasa latin disebut Flacourtia rukam ini mulai langka di Indonesia punya cara unik jika ingin makan buahnya. Buag Rukam harus dipijit-pijit dulu sebelum dimakan untuk menghilangkan rasa sepat.

Di beberapa daerah di Indonesia disebut juga sebagai Rukem, Ganda Rukem, Gerendang (Jawa), klang tatah kutang (Kalimantan). Dalam bahasa Inggris buah Rukan atau Rukem ini disebut Indian Prune. Di beberapa negara lain, beberapa nama diberikan seperti; Rukam (Filipina) Ta Khop Thai (Thailand), Rukam Manis, Rukam Gajah, Rukem (Malaysia), Jawa Rukamu (Jepang). Sedangkan dalam basa latin tanaman langka ini disebut sebagai Flacourtia rukam atau juga (sinonim) Flacourtia euphlebia.

Rukam (Flacourtia rukam) terdapat di daerah Asia Tenggara dan juga India. Pohon ini tumbuh di daerah tropika basah sampai pada ketinggian 1500 m dpl. Namun di alam liar ditemukan dapat tumbuh pada ketinggian 2100 m dpl. Habitat alaminya di hutan primer dan sekunder. Tanaman ini mempunyai adaptasi yang cukup terhadap kisaran suhu, curah hujan dan kondisi tanah.
Diskripsi Rukam. Tinggi pohon Rukam atau Rukem mencapai 20 m dengan batang dan cabang-cabang biasanya berlekuk (bengkok-bengkok) dan beralur. Pada batang Rukam terdapat duri-duri yang panjangnya bisa mencapai 10 cm.

Daun Rukam atau Rukem berbentuk bundar telur lonjong atau lonjong melanset dengan panjang antara 10 – 18 cm dan lebar antara 4 – 9 cm. Pinggiran daun bergerigi kasar. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua mengkilat. Saat masih muda daun pohon Rukan berwarna merah kecoklatan.
Perbungaan Rukam (Flacourtia rukam) berbentuk tandan dengan sedikit bunga, berukuran pendek, berada di ketiak daun, berbulu halus; gagang bunga panjangnya 3-4 mm. Bunga Rukam atau Rukem berwarna kuning kehijau-hijauan, umumnya berkelamin tunggal.
Buah Rukam bertipe buah buni yang bentuknya bulat, bulat gepeng sampai bulat telur sungsang dengan diameter 2-2,5 cm. Buah berwarna hijau muda sampai merah jambu atau hijau-lembayung sampai merah tua. Buah Rukem memiliki daging buah berwarna keputih-putihan. Pada ujung buah masih ada bekas tangkai putik kecil-kecil sebanyak 4-8, mirip paruh, dalam bentuk lingkaran. Buah Rukem berbiji pipih, sebanyak 4-7 butir. Buah langka ini banyak mengandung air yang asam rasanya.
Pemanfaatan Rukam. Buah Rukam atau Rukem (Flacourtia rukam) dapat dimakan langsung tetapi agak berasa sepat. Untuk menghilangkan rasa sepat ini buah Rukam musti dipijit-pijit terlebih dahulu hingga berasa agak lunak kemudian baru dimakan.

Buah rukem dapat pula dijadikan rujak dan asinan, atau dicampur gula dijadikan selai. Buah yang masih muda dapat digunakan sebagai ramuan obat tradisional yang berkhasiat untuk mengobati diare dan disentri.
Daun muda Rukam dapat dimakan mentah sebagai lalap. Air perasan daunnya dipakai untuk mengobati kelopak mata yang bengkak. Di Filipina, seduhan akar Rukam diminum oleh wanita yang baru saja melahirkan. Kayu rukam keras dan kuat, dapat digunakan untuk membuat perabot rumah tangga, seperti alu dan mebel.

Jumat, 01 Maret 2013

KESEMEK TANAMAN LANGKA YANG BERPOTENSI EKONOMI

Buah Kesemek, mungkin anda pernah dengar namanya namun barangkali tidak pernah anda lihat dan memakannya.  Buah Kesemek memang kurang populer di Indonesia saat ini, walau pernah juga populer di masa lalu.  Buah Kesemek sebenarnya cukup penting dalam tradisi masyarakat Tionghoa, dan juga Jepang, Buah Kesemek punya nilai komersialnya tinggi di Cina dan Jepang. Meski Pernah umum di Indonesia namun tidak pernah secara serius dibudidayakan oleh masyarakat kita. Kini komersialisasi produksi kesemek telah  meluas ke berbagai negara antara lain Selandia Baru, Australia dan Israel. Ekspor dari Israel inilah yang dinamai sebagai Sharon fruit.

Kesemek merupakan buah-buahan dari genus Diospyros dan masih berkerabat dekat dengan Kayu Eboni (Diospyros celebica) asal sulawesi dan Ajan Kelicung (Diospyros macrophylla). Namun berbeda dengan Eboni dan Ajan Kelicung yang lebih kerap dimanfaatkan kayunya, pemanfaatan Kesemek sejatinya lebih pada buahnya. Saat ini buah Kesemek termasuk salah satu buah yang langka lantaran kalah bersaing dengan berbagai jenis buah lainnya, namun diluar negeri malah dibudidayak secara komersial.

Kesemek selain dikenal sebagai buah kaki juga disebut sebagai Semek, Buah Samak, dan Tasmak (Bahasa Banjar). Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Oriental persimmon.
Buah Kesemek yang sudah masak berwarna antara jingga kekuningan sampai kemerahan dan berdiameter antara 2-8 cm. Buah ini dapat dimakan langsung dalam keadaan segar setelah diolesi dengan air kapur dan diperam, agar rasa sepatnya hilang. Buah juga dapat dikeringkan atau diolah menjadi selai, agar-agar, es krim dan lain-lain. Buah kesemek segar mengandung 19,6% karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa, 0,7% protein, vitamin A dan kalium.

Zat tanin (dinamai tanin-kaki) terkandung dalam buah kesemek yang muda sehingga menimbulkan rasa sepat. Zat tanin ini akan berkurang seiring dengan masaknya buah.
Zat tanin-kaki ini dimanfaatkan untuk mengawetkan berbagai kerajinan tangan, membantu produksi arak-beras di Jepang, serta bahan pengobatan penyakit hipertensi. Sedangkan zat-zat lain yang terkandung dalam buah kesemek dipercaya mampu menjadi obat berbagai penyakit seperti asma, batuk, dan sakit perut.
Ada yang tertarik untuk mengembangkan buah langka ini??